41 pemandangan yang paling dominan. Rumah-rumah penduduk relatif jarang dan
jaraknya tidak terlalu berdekatan. Akses lalu lintas menuju desa ini tidak sulit. Jalan menuju desa ini dalam
kondisi bagus dan layak tetapi jumlah kendaraan menuju desa ini masih terbatas. Untuk mencapai desa ini dapat ditempuh dengan angkutan umum dari Kabupaten
Magelang menuju Blabak, dilanjutkan ke pasar Ngablak, kemudian disambung lagi dilanjutkan angkutan umum sekitar menuju Desa Banyuroto. Total tempuh
perjalanan dengan kendaraan umum sekitar 45-60 menit dari Kabupaten Magelang.
5.2. Kondisi Penduduk Desa Banyuroto
Desa Banyuroto dibagi menjadi enam dusun, yaitu: Dusun Banyuroto, Dusun Suwanting, Dusun Sobleman, Dusun Garon, Dusun Grintingan, dan Dusun
Kenayan. Berdasarkan data monografi desa tahun 2011, jumlah penduduk di Desa Banyuroto sebanyak 3.985 jiwa terbagi dalam 1.298 kepala keluarga dengan
jumlah penduduk laki-laki adalah 1.875 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 2.110 jiwa.
Berdasarkan kategori kelompok umur penduduk Desa Banyuroto dikelompokkan menjadi sepuluh kelompok umur. Sebaran terbanyak berada pada
kelompok umur 30-39. Hal ini menandakan bahwa penduduk Desa Banyuroto memiliki jumlah penduduk usia dewasa produktif yang cukup tinggi.
Berdasarkan tingkat pendidikan, sebanyak 55,20 penduduk Desa Banyuroto hanya tamat sekolah dasar dan sebanyak 81,73 bermatapencaharian
sebagai petani. Hal ini menggambarkan bahwa sektor pertanian merupakan sumber penghidupan utama penduduk Desa Banyuroto yang terus berkembang
42 karena sesuai dengan kultur, kondisi lahan, dan lingkungan sekitar, serta mereka
bertani secara turun-temurun dan berdasarkan pengalaman. Keterangan lebih lanjut tentang penduduk Desa Banyuroto dijelaskan pada Tabel 6 berikut ini.
Tabel 6. Data Penduduk Desa Banyuroto
No Penduduk Desa Banyuroto
Jumlah dalam Jiwa Persentase
1 Rasio Jenis Kelamin
a. Laki-laki b. Perempuan
Total
1.875 2.110
3.985 47
52,9
100 2
Rasio Tingkat Usia a. 0-4 tahun
b. 5-9 tahun c. 10-14 tahun
d. 15-19 tahun e. 20-24 tahun
f. 25-29 tahun g. 30-39 tahun
h. 40-49 tahun i. 50-59 tahun
j. ≥ 60 tahun Total
324 442
402 343
329 394
600 459
431 256
3.985
8,1 11
10 8,6
8,2 9,8
15 11,5
10,8 6,4
100 3
Tingkat Pendidikan a. Tidak Tamat Sekolah
b. Tamat Sekolah Dasar c. Tamat SLTP
d. Tamat SLTA e. Perguruan Tinggi
Total
348 907
283 92
13
3.985
21,1 55,2
17,2 5,5
0,8
100 4
Mata Pencaharian a. PNS
b. ABRIPOLRI c. Pensiunan
d. Petani e. Pengangkutan
f. Pedagang g. Buruh Tani
h. Tukang i. Buruh
Total
13 1
5 2.590
28 172
198 86
76
3.196
0,4 0,03
0,15 81,8
0,8 5,4
6,4 2,7
2,4
100
Sumber: Data Kependudukan Kantor Desa Banyuroto 2011 Pertanian di Desa Banyuroto secara garis besar dibagi menjadi hortikultura
aneka macam sayur mayur, ternak sapi potong dan kambing, serta tanaman kehutanan. Petani di Desa Banyuroto sebagian besar merupakan petani pemilik
43 bahkan hanya 6,42 yang berprofesi sebagai buruh tani. Hal ini menggambarkan
bahwa petani Desa Banyuroto sudah mandiri dalam hal penguasaan lahan. 5.3. Gapoktan Desa Banyuroto
Gapoktan hasil inovasi kelembagaan pada program Prima Tani telah digagas mulai tahun 2005. Gapoktan Desa Banyuroto dikukuhkan dan disahkan pada
tahun 2007 berkat kerjasama oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian BPTP Jawa Tengah, seluruh perangkat desa beserta Lembaga Pemberdayaan Masyarakat
Desa LPMD, Lembaga Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga LPKK, dan Badan Permusyawaratan Desa BPD, serta perwakilan seluruh kelompok dan
rukun tani yang ada di Desa Banyuroto. BPTP Jawa Tengah memfasilitasi pembentukan gapoktan dengan tujuan utama memberikan kontribusi utama
berupa teknologi inovatif yang bersifat spesifik lokasi dan penumbuhan kelembagaan agribisnis yang sesuai dengan kondisi perdesaan. Kedua hal ini
diperkenalkan dalam suatu laboratorium desa agribisnis melalui programnya yang bernama Prima Tani.
Inovasi kelembagaan diarahkan untuk memberdayakan kelompok tani yang telah ada dan menumbuhkan kelembagaan baru yang diperlukan untuk
mengembangkan agribisnis.
Berdasarkan panduan
penumbuhan dan
pengembangan kelembagaan Prima Tani Balitbang 2007, perumusan inovasi kelembagaan mempertimbangkan prinsip dasar sebagai berikut:
Prinsip kebutuhan: Satu atau beberapa elemen lembaga tertentu dirumuskan
atau dibentuk hanya apabila secara fungsional dibutuhkan.
44
Prinsip efektivitas: Jaringan kelembagaan hanyalah sebuah alat, bukan tujuan. Sebagai alat maka elemen lembaga yang dikembangkan haruslah
efektif untuk upaya pencapaian tujuan yang diinginkan.
Prinsip efisien: Penumbuhan suatu elemen kelembagaan agribisnis dipilih opsi yang paling efisien, yaitu yang relatif paling murah, mudah, dan
sederhana namun tetap mampu mendukung pencapaian tujuan.
Prinsip fleksibilitas: Kelembagaan yang dikembangkan disesuaikan dengan sumberdaya yang tersedia dan budaya setempat.
Prinsip manfaat: Kelembagaan yang dikembangkan adalah yang mampu
memberikan manfaat paling besar bagi petani dan masyarakat pedesaan.
Prinsip pemerataan: Kelembagaan yang dikembangkan memberikan pembagian benefit sharing system secara proporsional kepada setiap
petani dan pelaku agribisnis lainnya di pedesaan. Kelembagaan kelompok dan rukun tani yang telah ada dan banyak
dikembangkan di Desa Banyuroto belum cukup memenuhi kualifikasi sebagai kelembagaan petani. Secara organisasi masih memiliki berbagai kelemahan,
antara lain belum memiliki keanggotaan yang jelas. Secara institusional sebagian besar kelompok tani belum memiliki aturan main, ketentuan hak dan kewajiban,
dan ketentuan sanksi pelanggaran pranata yang jelas dan tegas. Walaupun demikian, perkembangan permintaan telah memberi dampak yang baik terhadap
beberapa usaha. Petani strawberry pun mulai unggul dalam pencapaian keuntungan. Dengan pertimbangan perkembangan usaha dan daya tarik investasi,
maka telah diupayakan adanya perluasan dan perbaikan kualitas layanan, yang dikombinasikan dengan perbaikan keorganisasian dan institusional. Untuk
45 mewadahi komunikasi antar kelompok tani dan antara kelompok tani dengan
lingkungan eksternal maka dilakukan penumbuhan gabungan kelompok tani di tingkat desa, yang kemudian dinamai Gapoktan Desa Banyuroto.
Sumber: Gapoktan Desa Banyuroto 2012
Gambar 2. Unsur Pembentuk Gapoktan Desa Banyuroto
Pembinaan Gapoktan Desa Banyuroto oleh pihak BPTP Jawa Tengah dilakukan selama tahun 2005 hingga 2009. Setelah itu, Gapoktan Desa Banyuroto
resmi mandiri menjalankan segala aktivitasnya namun tetap dalam pengawasan Dinas Pertanian Kabupaten Magelang, Pemda Kabupaten Magelang, dan Balai
Penyuluhan Pertanian dan Kehutanan BPPK Kecamatan Sawangan Kabupaten Magelang. Gambar 2 tersebut menyajikan unsur-unsur pembentuk Gapoktan Desa
Banyuroto yang terdiri dari sekaligus membawahi seluruh kelompok tani dan rukun tani yang ada di Desa Banyuroto.
Unsur-unsur pembentuk Gapoktan Desa Banyuroto tersebut jelas menggambarkan bahwa aktor yang terlibat dalam gapoktan merupakan
perwakilan dari seluruh kelompok tani dan rukun tani yang terdapat di seluruh
Gapoktan Desa Banyuroto
Dusun Banyuroto:
- Kelompok tani
Tirtotani - Kelompok
tani Karya Mandiri
-Kelompok tani Karya
Mandiri 2 -Kelompok
tani Moncer Dusun
Kenayan: Rukun
Tani Dusun
Kenayan Dusun
Grintingan: Kelompok
tani kambing
Dusun Garon:
-Kelompok tani
Maju tani -Kelompok
tani RW 03 RT 04
Dusun Suwanting:
Kelompok tani Setio
Tani Dusun
Sobleman: Kelompok
tani Karya Makmur
46 dusun di Desa Banyuroto. Hal ini mencerminkan keterwakilan dan keadilan, agar
setiap transfer inovasi teknologi yang dilakukan dapat merata keseluruh petani di tiap-tiap dusun di Desa Banyuroto. Memang tidak semua anggota kelompok tani
atau rukun tani menjadi keterwakilan dan duduk dalam kepengurusan maupun anggota Gapoktan Desa Banyuroto. Alasan keefektivan dalam pengelolaan
gapoktan menjadi salah satu alasan paling kuat, mengapa hanya dipilih petani yang kompeten, mandiri, dan mampu melaksanakan tugasnya sebagai perwakilan
dari tiap-tiap kelompok tani di gapoktan.
47
VI. TATA KELOLA DAN KUALITAS KELEMBAGAAN GAPOKTAN DESA BANYUROTO