Analisis Biaya Transaksi Analisis Kualitas Kelembagaan

34 Selain itu, interaksi antar aktor maupun antar stakeholder dianalisis dari hasil kuesioner dengan parameter keharmonisan dan sinergisme antar aktor yang kemudian dianalisis secara deskriptif. Tabel 3 berikut ini menyajikan matriks hubungan antar aktor maupun antar stakeholder yang terlibat dalam kelembagaan Gapoktan Desa Banyuroto. Tabel 3. Matriks Hubungan Antar Aktor Maupun Antar Stakeholder dalam Kelembagaan Gapoktan Desa Banyuroto Indikator Parameter Interaksi antar aktor maupun antar stakeholder Untuk mengetahui bagaimana pola interaksi antar aktor maupun antar stakeholder yang terlibat dalam kelembagaan Gapoktan Desa Banyuroto, kategorinya adalah: 1. Keharmonisan antar aktor  Tinggi, jika semuanya berjalan selaras dan tidak ada konflik  Sedang, jika masih terdapat konflik  Rendah, jika sering terjadi konflik 2. Sinergisme antar aktor  Tinggi, jika interaksi antar aktor saling mendukung dan bekerjasama  Sedang, jika interaksi antar aktor kurang saling mendukung dan bekerjasama  Rendah, jika interaksi antar aktor tidak saling mendukung dan bekerjasama

4.4.1.1. Analisis Biaya Transaksi

Analisis biaya transaksi pada penelitian ini lebih difokuskan pada biaya setting, biaya sosialisasi, dan biaya untuk menjalankan organisasi. Biaya setting adalah biaya yang dikeluarkan untuk pembentukan sebuah kelembagaan, kemudian biaya sosialisasi meliputi biaya untuk melakukan sosialisasi dan implementasi kelembagaan. Sedangkan biaya operasional meliputi biaya pengambilan keputusan biaya pertemuan musyawarah anggota, biaya operasional bersama, dan biaya kumpul rutin. Persamaan yang digunakan untuk biaya transaksi dalam kelembagaan Gapoktan Desa Banyuroto adalah sebagai berikut: 35 TrC = ∑ Sij Keterangan: TrC : Total Biaya Transaksi Sij : Komponen Biaya Transaksi

4.4.1.2. Analisis Kualitas Kelembagaan

Penelitian ini juga ditujukan untuk menganalisis kualitas kelembagaan dalam mencapai outcome kelembagaan yaitu peningkatan kemandirian, kesejahteraan petani, dan keberlanjutan pertanian strawberry. Selain itu, kualitas kelembagaan dianalisis untuk mengetahui bagaimana kelembagaan gapoktan tersebut selama ini bekerja menurut persepsi aktor-aktor yang bekerja di dalamnya. Untuk melihat persepsi petani anggota Gapoktan Desa Banyuroto terhadap kualitas kelembagaan, digunakan skala likert, yaitu antara 1sampai 3, dimana 3 = tinggi, 2 = sedang, dan 1 = rendah Rianse dan Abdi 2009. Tabel 4 berikut ini menyajikan parameter dan indikator yang digunakan dalam analisis kualitas kelembagaan Gapoktan Desa Banyuroto. Tabel 4. Matriks Analisis Kualitas Kelembagaan Parameter Indikator 1. Kejelasan kelembagaan 1. Kejelasan struktur kelembagaan meliputi: a. Kelengkapan susunan pengurus. b. Terdapat uraian kerja pembagian tugas dan wewenang. c. Anggota kelembagaan mengetahui susunan pengurus. d. Anggota kelembagaan menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik. e. Keteraturan waktu pergantian atau penyempurnaan pengurus kelembagaan. 2. Kejelasan aturan merupakan analisis untuk mengetahui aturan informal yang dibuat secara tertulis atau lisan. 3. Pengetahuan masyarakat terhadap kelembagaan. 2. Keefektivan kelembagaan 1. Partisipatif, indikatornya adalah: a. Demokrasi dalam kelembagaan 2. Efektivitas kelembagaan a. Perubahan perilaku. b. Tingkat keberhasilan program. Tabel parameter dan indikator analisis kualitas kelembagaan yang lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 6. 36

4.4.2. Analisis Keberhasilan Gapoktan