Konsep Kebudayaan Dalam Organisasi

18 1 Kebutuhan yang bersifat fisiologis physiological needs, yang dapat dimanifestasikan dalam hal kebutuhan akan makan, minum, pakaian, tempat tinggal, dan kebutuhan lain yang bersifat fisiologis. 2 Kebutuhan akan rasa aman safety and security needs, misalnya dalam bentuk kebutuhan akan kebebasan dari segala macam ancaman, baik dalam dinas maupun di luar jam dinas, bebas dari segala macam tuduhan, kebutuhan akan keamanan jiwa maupun harta. 3 Kebutuhan sosial dan rasa memiliki social and belongingness. Yang termasuk dalam kebutuhan ini antara lain kebutuhan akan berkelompok, afiliasi, interaksi dan mencintai. 4 Kebutuhan akan penghargaan. 5 Kebutuhan untuk mempertinggi kapasitas kerja self actialization, yaitu kebutuhan untuk memenuhi diri sendiri dengan menggunakan kemampuan, keterampilan dan potensi.

1.2.4 Konsep Kebudayaan Dalam Organisasi

Masuknya disiplin ilmu lain termasuk Antropologi kedalam bidang studi organisasi pada akhirnya menghasilkan konsep-konsep baru dengan merujuk pada pemindahan konsep. Nancy Morey dan Fred Luthans Achmad Sobirim, 2007, mengatakan proses pemindahan konsep displacement of concept dari konsep budaya ke konsep organisasi dilakukan melalui beberapa tahap yaitu : Universitas Sumatera Utara 19 1. Transposition stage yaitu organisasi dipandang dalam cara pandang yang baru pada bidang Antropologi dengan analisisnya mengatakan masyarakat sekarang adalah organisasi. 2. Interpretation stage, dalam tahap ini konsep lama yang dipindahkan kesituasi yang baru digunakan untuk menginterpretasikan kejadian-kejadian pada konteks organisasi. 3. Correction stage, dengan adanya interpretasi yang berbeda terhadap kejadian yang sama menjadikan semakin luasnya perpekstif pemahaman organisasi. Meski demikan penggunaan konsep lama pada situasi baru harus dikoreksi atau dimodifikasi agar konsep lama tersebut betul-betul operasional. 4. Spelling out stage, menegaskan secara eksplisit bahwa konsep lama tersebut cocok untuk digunakan pada bidang studi yang baru untuk menghasilkan konsep yang baru. Kebudayaan dapat diwujudkan melalui tindakan-tindakan sosial yang bahkan dapat dilakukan dalam suatu organisasi. Achmad mengkaji tindakan sosial cenderung memusatkan perhatian pada organisasi sosial yang merujuk kepada kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam suatu konteks sosial tertentu. Sedangkan struktur sosial biasanya digunakan untuk merujuk konteks sosial itu sendiri, atau lebih tepatnya bagi seperangkat hubungan sosial yang menjalin keterkaitan individu-individu dalam masyarakat Achmad Fedyani, 2006. Universitas Sumatera Utara 20 Budaya dalam suatu perusahaan mempengaruhi suasana etis organisasi dan perilaku etis para anggotanya. Budaya sebuah organisasi yang memiliki standar etika yang tinggi adalah budaya yang tinggi toleransinya terhadap resiko tinggi, sedang dan rendah dalam hal keagresifan, dan fokus pada sarana dan hasil Achmad Fedyani, 2006. Budaya organisasi yang kuat akan lebih mempengaruhi karyawan atau anggota organisasi daripada budaya yang lemah. Salah satu hasil spesifik dari budaya yang kuat adalah menurunnya tingkat perputaran karyawan. Budaya yang kuat menunjukkan kesepakatan yang tinggi antar anggota mengenai apa yang diyakini organisasi, keharmonisan tujuan semacam ini dapat membangun kekompakan, loyalitas dan komitmen keorganisasian Setot Imam, 2010. Menurut Kotter dan Hesket yang dikutip Prabu Anwar 2005, kuat atau tidaknya perusahaan dapat diindikasikan dari faktor-faktor berikut : 1. Stablitas. Budaya yang kuat mampu memberikan identitas perusahaan, sehingga membuat perusahaan tidak terombang-ambing oleh keadaan internal maupun eksternal. 2. Kedalaman. Budaya yang kuat mampu menjelma menjadi nilai yang dianut oleh pegawai perusahaan. Nilai ini secara tidak disadari mengatur perilaku pegawai dibanyak aspek pekerjaan. Universitas Sumatera Utara 21 3. Cakupan. Budaya yang kuat mampu menjangkau sebanyak mungkin pegawai dan aspek pekerjaan, semakin banyak pegawai menganut budaya yang dimaksud dan semakin banyak aspek pekerjaan yang mengacu padanya 3

1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang dijelaskan , maka yang menjadi pokok permasalahan dari penelitian ini adalah apakah penerapan budaya perusahaan yang dibuat menjalankannya dengan baik atau perusahaan hanya membuat budaya perusahaan sebagai formalitas yang hanya untuk menaikkan pamor perusahaan. Dari rumusan permasalahan ini menghasilkan tiga pertanyaan penelitian terkait dengan tema dalam penelitian, yaitu : 1. Bagaimana suatu budaya organisasi dapat mempengaruhi perilaku dan bagaimana cara perusahaan menerapkan budaya perusahaannya pada seluruh jajaran perusahaan PT.Pegadaian Persero. 2. Faktor-faktor apa saja yang mendukung dan menghambat pelaksanaan budaya perusahaan di PT.Pegadaian Persero ? 3. Bagaimana pengawasan yang dilakukan PT.Pegadaian Persero terhadap budaya organisasi ?

1.4 Lokasi dan Waktu Penelitian

3 repository.usu.ac.idbitstream...6710...10E00589.p Universitas Sumatera Utara