1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini berkembang dengan pesat. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya
pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar mengajar Bactiar et al, 2009. Terdapat dua unsur yang sangat penting dalam
suatu proses belajar mengajar, yaitu metode mengajar dan media pembelajaran. Kedua unsur ini saling berkaitan. Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu
akan mempengaruhi jenis media pembelajaran yang sesuai. Kolaborasi yang baik antara metode mengajar dan media pembelajaran akan membantu pencapaian
tujuan pembelajaran Hasrul, 2011. Dewasa ini, sudah banyak sekolah yang menyediakan alat-alat penunjang
kegiatan belajar mengajar. Para guru dituntut agar menggunakan alat-alat yang sudah disediakan tersebut. Guru juga dituntut untuk mengembangkan
keterampilan dan kreativitas untuk membuat media pembelajaran inovatif yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar Bactiar et al., 2009. Pemakaian
media dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan minat siswa untuk belajar serta memotivasi siswa dalam proses pembelajaran di kelas Haryati et al.,
2013. Interaksi antara guru dengan siswa akan lebih lancar sehingga pembelajaran di kelas akan lebih efektif dan efisien.
SMA Negeri 1 Blora merupakan salah satu Sekolah Standar Nasional di Kabupaten Blora. Sekolah ini memiliki fasilitas-fasilitas yang memadai yang
dapat menunjang kegiatan pembelajaran antara lain perpustakaan, ruang komputer, dan laboratorium kimia. Selain itu juga terdapat fasilitas lainnya,
seperti LCD dan sebuah komputer yang terdapat disetiap kelasnya. Kendati demikian, berdasarkan observasi yang telah dilakukan, diperoleh suatu fakta
bahwa tidak semua guru memanfaatkan fasilitas tersebut secara maksimal. Pembelajaran kimia hanya memanfaatkan media cetak seperti buku paket dan
LKS sehingga pembelajaran masih bersifat teacher centered. Variasi media pembelajaran berbasis teknologi masih sangat kurang. Media pembelajaran
berbasis teknologi yang digunakan guru dalam mengajar yaitu slide Microsoft Power Point, sehingga mengakibatkan proses pembelajaran terkadang membuat
siswa jenuh, terlihat dari adanya siswa yang mengobrol sendiri atau terlihat mengantuk pada saat pembelajaran berlangsung. Secara umum partisipasi siswa
dalam pembelajaran relatif rendah. Hal ini menyebabkan kemandirian siswa kurang terlatih.
Media pembelajaran interaktif yang dapat digunakan dalam pembelajaran kimia berbasis teknologi adalah Digital Story Telling DST. Menurut Maddin
2011 Digital Story Telling DST adalah suatu kegiatan mengkombinasikan narasi cerita dengan konten digital, yang di dalamnya termasuk gambar, suara,
musik, atau video, sehingga dihasilkan sebuah film singkat yang menarik. Digital Story Telling merupakan salah satu media pembelajaran yang mencoba
menggabungkan beberapa
keterampilan yaitu
keterampilan berbicara,
keterampilan menulis,
keterampilan mendengarkan
dan keterampilan
mengoperasikan program yang memanfaatkan perkembangan ICT Bernard, 2008.
Kurikulum 2013 sebagai pengganti KTSP menjadikan manusia yang produktif, inovatif, kreatif, dan afektif. Kurikulum 2013 menuntut siswa untuk
bertindak menjadi agen pembelajar yang aktif. Guru diharapkan memberi banyak kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan ide-idenya sehingga mereka
terkesan dalam proses pembelajaran tersebut, dengan demikian proses pembelajaran bergeser dari diberi tahu menjadi aktif mencari tahu Dewi et al.,
2013. Pembelajaran Kurikulum 2013 menekankan siswa untuk mengenal sendiri pelajaran yang diberikan guru dengan mencari informasi dari berbagai sumber.
Siswa bukan hanya mengandalkan buku sebagai sumber belajar, tetapi juga sumber belajar lain yang ada di sekitar siswa, seperti internet, belajar dari masalah
sehari-hari, dan media audio visual Dewi et al., 2013. Hasil observasi yang dilakukan di SMA Negeri 1 Blora kelas XI ditemukan
bahwa konsep Kurikulum 2013 yang sedang dilaksanakan masih memiliki banyak kendala di sekolah. Sosialisasi Kurikulum 2013 yang dilaksanakan belum merata,
hanya sebagian guru saja yang telah mengerti konsep dari Kurikulum 2013 ini. Kendala lain yang ditemukan adalah dalam silabus Kurikulum 2013 siswa harus
memiliki keterampilan afektif dan psikomotorik yang tinggi. Guru sebagai pendidik yang terbiasa menggunakan pembelajaran konvensional diwajibkan
untuk membuat aktif siswa dalam pembelajaran.
Selain itu, perlu adanya salah satu upaya yang dapat ditempuh untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa. Pemahaman konsep merupakan salah
satu aspek yang perlu mendapatkan perhatian di dalam pembelajaran karena akan berujung pada hasil belajar siswa. Pemahaman konsep adalah proses, cara,
perbuatan mengerti atau mengetahui secara detail mengenai konsep tentang materi ajar yang diajarkan, yang tercermin dari meningkatnya hasil belajar siswa. Hasil
belajar siswa diorientasikan sebagai refleksi untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa maupun penguasaan siswa terhadap suatu materi Sastrika et al., 2013.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka guru sangat berperan dalam mendorong terjadinya proses belajar secara optimal sehingga siswa belajar secara
aktif. Sumarmo dalam Fachrurazi, 2011 mengatakan agar pembelajaran dapat memaksimalkan proses dan hasil belajar kimia, guru perlu mendorong siswa
untuk terlibat aktif dalam diskusi bertanya serta menjawab pertanyaan, berfikir secara kritis, menjelaskan setiap jawaban yang diberikan dan memberikan alasan
untuk setiap jawaban yang diajukan. Usaha perbaikan proses pembelajaran melalui pemilihan model pembelajaran yang tepat dan inovatif dalam konsep
koloid di sekolah merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting untuk dilakukan.
Materi koloid sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Penerapan sifat-sifat koloid banyak kita jumpai dalam bidang industri, pertanian,
maupun kedokteran. Salah satu model pembelajaran yang cocok untuk materi pokok sistem koloid adalah model Pembelajaran Berbasis Masalah. Pembelajaran
berbasis masalah atau Problem Based Learning yaitu strategi yang menuntun
siswa belajar melalui permasalahan-permasalahan praktis yang berhubungan dengan kehidupan nyata Wulandari Surjono, 2013. Problem Based Learning
PBL merupakan pembelajaran yang dimulai dengan pemberian masalah. Masalah yang diberikan memiliki konteks dengan dunia nyata, siswa secara
berkelompok aktif merumuskan masalah dan mengidentifikasi kesenjangan pengetahuan mereka, mempelajari dan mencari sendiri materi yang terkait dengan
masalah dan melaporkan solusi dari masalah. Sementara pendidik lebih banyak memfasilitasi Tan, 2003; Wee Kek dalam Fachrurazi 2011. Kegiatan dalam
PBL guru tidak menyajikan konsep pembelajaran dalam bentuk sudah jadi, namun melalui kegiatan pemecahan masalah siswa digiring ke arah menemukan konsep
sendiri. Sesuai dengan kompetensi dasar pada konsep koloid maka pembelajaran berbasis Problem Based Learning mempunyai kriteria yang cocok digunakan
pada pembelajaran konsep koloid, sehingga melalui model pembelajaran ini pemahaman konsep siswa dapat ditingkatkan.
Berdasarkan uraian diatas, media pembelajaran yang menarik seperti Digital Story Telling dapat mendukung berlangsungnya proses belajar mengajar yang
efektif dan efisien. Pembelajaran berbasis masalah khususnya pada mata pelajaran sistem koloid juga berpotensi untuk mengembangkan pemahaman konsep siswa.
Oleh karena itu peneliti memandang perlu dilakukan penelitian tentang “Pengembangan Media Digital Story Telling Berbasis Problem Based Learning
untuk Menin gkatkan Pemahaman Konsep Siswa”.
1.2 Rumusan Masalah