Kriteria : jika t
hit
t
tab
0,95 maka butir soal valid, dengan dk = n-2 dan n adalah jumlah siswa Arikunto, 2007.
Tabel 3.1 Analisis Validitas Butir Soal Uji Coba
Kriteria Jumlah
Nomor Soal
Valid 43
1, 2, 3, 5, 6, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 25, 26, 28, 29, 30, 31, 33, 34, 35, 36,
37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 49, 50
Tidak Valid 7
4, 7, 8, 24, 27, 32, 48 Data selengkapnya disajikan pada Lampiran 7
2. Reliabilitas
Suatu instrumen dikatakan mempunyai reliabilitas yang tinggi apabila memberikan hasil yang relatif tetap bila digunakan pada kesempatan lain.
Reliabilitas dalam rencana penelitian ini menggunakan rumus KR-21 yang dinyatakan dengan rumus :
Arikunto, 2007
Keterangan : r
11
= reliabilitas tes secara keseluruhan st
2
= varians skor total X t
=
n Y
= rata – rata skor total k
= jumlah butir soal Soal tes dinyatakan reliabel jika harga
≥ 0,70 Arikunto, 2007. Berdasarkan analisis terhadap data hasil validasi dapat diketahui bahwa
reliabilitas soal tes sebesar 0,92. Hal ini menunjukkan bahwa soal tes tersebut reliabel.
2 11
1 1
kst t
X k
t X
k k
r
3. Tingkat Kesukaran
Menurut Arikunto 2007:207, bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran difficulty index. Besarnya indeks
kesukaran antara 0,00 sampai 1,00. Tingkat kesukaran soal dihitung dengan menggunakan rumus:
JS B
P
Keterangan : P
= indeks kesukaran B
= banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar JS
= jumlah seluruh siswa pengikut tes Klasifikasi indeks kesukaran soal dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2. Klasifikasi Indeks Kesukaran
Interval Kriteria
P = 1,00 0,70
P 1,00 0,30
P 0,70 0,00
P 0,30 P = 0,00
Terlalu mudah Mudah
Sedang Sukar
Terlalu sukar Arikunto 2007:210
Tabel 3.3 Perhitungan Indeks Kesukaran Soal Uji Coba
Kriteria Jumlah
Nomor Soal
Mudah 19
1, 2, 4, 6, 7, 19, 22, 25, 27, 28, 35, 37, 38, 40, 41, 42, 43, 47, 50
Sedang 26
3, 5, 9, 10, 11, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 21, 23, 24, 26, 29, 30, 31, 33, 34, 36, 39, 44, 45, 46, 49
Sukar 5
8, 12, 20, 32, 48 Data selengkapnya disajikan pada Lampiran 7
4. Daya Beda
Menurut Arikunto 2007:211, daya pembeda butir soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa
yang berkemampuan rendah. Analisis daya pembeda dilakukan dengan tujuan untuk mengetahuai kemampuan soal dalam membedakan siswa yang termasuk
pandai kelas atas dan siwa yang termasuk kelas kurang kelas bawah. Cara menentukan daya pembeda sebagai berikut:
1 Seluruh siswa tes dibagi dua yaitu kelas atas dan bawah
2 Seluruh pengikut tes diurutkan mulai dari yang mendapat skor teratas sampai
terbawah 3
Menghitung tingkat kesukaran soal dengan rumus:
JB BB
JA BA
D
Keterangan : D = daya pembeda
BA = banyaknya siswa kelas atas yang menjawab benar
BB = banyaknya siswa kelas bawah yang menjawab benar
JA = banyaknya siswa pada kelas atas
JB = banyaknya siswa pada kelas bawah
Kriteria soal-soal yang dapat dipakai sebagai instrumen berdasarkan daya bedanya diklasifikasikan pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4. Kriteria Daya Pembeda
Interval Kriteria
D 0,00 0,00 D 0,20
0,20 D 0,40 0,40 D 0,70
0,70 D 1,00 Sangat jelek
Jelek Cukup
Baik Sangat baik
Arikunto 2007: 218 Tabel 3.5 Perhitungan Daya Pembeda Soal Uji Coba
Kriteria Jumlah
Nomor Soal
Sangat Baik 1
46 Baik
36 1, 2, 3, 5, 6, 9, 11, 13, 14, 15, 16, 20, 21, 23, 25, 26,
28, 29, 30, 31, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 42, 43, 44, 45, 47, 48, 49, 50
Cukup 7
10, 12, 17, 18, 19, 22, 41 Jelek
3 7, 24, 32
Sangat Jelek 3
4, 8, 27 Data selengkapnya disajikan pada Lampiran 7
5. Memilih Butir Soal yang akan Digunakan