84
Adanya kecenderungan ini dapat dijadikan peluang untuk memajukan wisata HPGW.
3. Lingkungan Politik dan Hukum
Lingkungan politik tidak berpengaruh besar kepada kelangsungan kondisi kunjungan pada HPGW. Pergantian pimpinan daerah setempat
tidak berdampak pada HPGW. Aspek hukum yang berpengaruh kepada HPGW adalah
diterbitkannya SK Menhut No. 188Menhut–II2005, yang menetapkan fungsi hutan kawasan HPGW sebagai Kawasan Hutan Dengan Tujuan
Khusus KHDTK. Pengelolaanya diserahkan kepada Fakultas Kehutanan IPB dengan tujuan khusus sebagai Hutan Pendidikan. Status
kawasan khusus ini memungkinkan manajemen HPGW untuk memposisikan HPGW sebagai hutan wisata pendidikan.
4. Lingkungan Teknologi
Perkembangan teknologi pada abad ini memungkinkan manusia untuk berkomunikasi antar sesama melalui jarak jauh. Akan tetapi,
kawasan HPGW yang tertutup oleh pepohonan tinggi membuat kawasan ini terisolir atau dengan kata lain sinyal telepon dan internet yang ada
masih rendah.
4.6.2. Lingkungan Industri Hutan Wisata Pendidikan 1. Ancaman Pendatang Baru
Untuk bergabung di industri segmen hutan wisata pendidikan yang relatif lengkap seperti Gunung Walat, diperlukan adanya SK menteri
beserta naungan institusi pendidikan tertentu, misalnya fakultas kehutanan, area yang luas, serta jejaring yang kuat. Adanya ketiga faktor
tadi membuat sulitnya pendatang baru untuk masuk.
2. Tingkat Rivalitas Diantara Pesaing yang Ada
85
Persaingan yang ditimbulkan oleh perusahaan pesaing adalah faktor terpenting dari lima faktor kompetitif strategi yang dijalankan
oleh sebuah perusahaan karena berpengaruh terhadap penguasaan pangsa pasar. Strategi yang diambil oleh satu badan usaha dapat
ditanggapi dengan langkah balasan, seperti penurunan harga, peningkatan kualitas, penambahan fitur, penyediaan layanan, dan
pengintesifan iklan. Dalam hal ini, pesaing HPGW yang utama dalam hutan wisata
pendidikan adalah hutan pendidikan Wanagama yang dimiliki oleh UGM di Yogyakarta. Akan tetapi, secara keseluruhan HPGW lebih siap
untuk mengakomodir wisata pendidikan karena lebih unggul dalam hal lokasi dan akomodasi fasilitas.
Disamping itu, terdapat berbagai tempat wisata alam berbasis non pendidikan di sekitar HPGW. Tempat wisata alam yang berada di sekitar
HPGW dapat menjadi ancaman sekaligus keuntungan tersendiri bagi HPGW. Menjadi keuntungan karena adanya tempat wisata alam lain di
sekitar sukabumi membuat kawasan lebih terkenal hingga daerah luar provinsi sehingga turut memperkenalkan kawasan HPGW secara tidak
langsung. Akan tetapi menjadi ancaman bila dipandang adanya perebutan pelanggan antar kawasan wisata alam. HPGW dapat
mengantisipasi dengan memperkenalkan keunikan tersendiri kawasan alam dan wisata pendidikan yang diperolehnya.
3. Tekanan Produk Pengganti
Produk pengganti adalah produk yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen dengan fungsi yang relatif sama terhadap produk lainnya.
Salah satu target pasar yang disasar HPGW dalam hal wisata alam pendidikan adalah sekolah tingkat dasar SD hingga sekolah tingkat
atas SMA. Sekolah yang dimaksud dapat melakukan kegiatan pendidikan di HPGW dengan cara mempelajari berbagai jenis tanaman,
teknik produksi hasil hutan, dan lain sebagainya. Oleh karena itu,
86
tekanan produk pengganti dapat berupa tempat wisata non alam. Contoh tempat wisata non alam adalah area bermain Dunia Fantasi dan
Monumen Nasional yang ada di Jakarta. Di kedua tempat ini, sekolah dapat melakukan kegiatan pendidikan yang tidak berkaitan dengan
pengetahuan alam hayati, misalnya aplikasi mata pelajaran fisika untuk Dunia Fantasi dan mata pelajaran sejarah di Monumen nasional.
Untuk kalangan institusi perguruan tinggi khususnya peneliti dari Fakultas Kehutanan – Institut Pertanian Bogor tempat wisata non alam
tidak dapat dijadikan alternatif produk pengganti karena obyek penelitian yang tentu tidak terdapat pada tempat wisata non alam. Selain
itu, bagi perusahaan yang ingin melatih karyawannya tentu membutuhkan tempat pelatihan yang tenang.
4. Kekuatan Tawar Menawar Pembeli