Pada proses pembelajaran, guru hendaknya mampu menciptakan lingkungan belajar yang alamiah dan dinamis sehingga terjadi interaksi
yang sehat antara guru dengan siswa atau antara siswa dengan siswa baik di dalam maupun di luar kelas.
5. Pemodelan modeling
Maksudnya dalam sebuah pembelajaran selalu ada model yang bisa ditiru. Model berupa cara mengoperasikan sesuatu, cara melempar bola
dalam olahraga, cara menyelesaikan soal, atau guru memberi contoh cara mengerjakan sesuatu.
44
Dalam matematika, salah satu contoh pemodelan adalah bagaimana guru menyelesaikan soal. Guru memperagakan
bagaimana langkah-langkah yang ditempuh dalam menyelesaikan soal dengan baik, bagaimana menemukan kata kunci dalam membuat model
matematika. Prosedur ini perlu ditiru oleh siswa, guru memberi model tentang
bagaimana cara menyelesaikan soal dengan baik, namun demikian guru bukan satu-satunya model, seorang siswa bisa meniru melalui temannya
atau pihak lain untuk hal-hal yang perlu ditiru.
6. Refleksi reflection
Reffleksi merupakan cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir kebelakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan dimasa
lalu.
45
Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas yang dilakukan atau pengetahuan yang diterima.
Pengetahuan yang bermakna diperoleh dari proses belajar. Pengetahuan yang diperoleh siswa diperluas melalui bimbingan guru. Guru membantu
siswa membuat hubungan–hubungan antara pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang baru. Dengan refleksi, merasa
memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya tentang apa yang baru ia pelajari.
44
Sardiman, InteraksiMotivasi Belajar-Mengajar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008, hal: 226
45
Syaiful Sagala, opcit, hal.91
Wujud refleksi antara lain:
46
1 pernyataan langsung siswa tentang apa- apa yang diperoleh siswa setelah melakukan pembelajaran; 2 catatan
atau jurnal di buku siswa; 3 kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran itu; 4 diskusi; 5 hasil karya.
Realisasinya dalam pembelajaran bentuk refleksi dilakukan dengan
guru menyisakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi yang berupa pernyataan langsung tentang setelah melakukan pembelajaran.
7. Penilaian sesungguhnya authentic assesment
Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa.
47
Kemajuan belajar dinilai dari proses, bukan melalui hasil, dan dengan berbagai cara. Tes
hanya salah satunya itulah hakekat penilaian yang sebenarnya. Ciri-ciri penilaian autentik adalah:
48
1 dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung, 2 bisa digunakan formatif atau sumatif, 3
yang diukur keterampilan dan performansi, bukan mengingat fakta, 4 berkesinambungan, 5 terintegrasi, 6 dapat digunakan sebagai feed back.
Realisasinya dalam pembelajaran bentuk penilaian sesungguhnya dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung yaitu dilakukan ketika
diskusi kelompok dan setelah proses pembelajaran dilakukan dengan memberikan latihan.
Sebuah kelas dikatakan menggunakan pembelajaran kontekstual, jika menerapkan komponen utama dalam pembelajarannya. Penerapan
pembelajaran kontekstual secara garis besar langkah-langkahnya adalah:
49
1 kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi
sendiri pengetahuan barunya; 2 laksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua pokok bahasan; 3 mengembangkan sikap ingin tahu
siswa dengan bertanya; 4 menciptakan masyarakat belajar; 5
46
Sardiman, opcit, hal: 227
47
Ibid, hal:227-228
48
Ibid, hal: 228-229
49
Trianto, op.cit., hal: 106
menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran; 6 melakukan refleksi diakhir pertemuan; 7 melakukan penilaian sebenarnya dengan berbagai
cara. Berdasarkan karakteristik dan komponen pendekatan kontekstual,
beberapa strategi pengajaran yang dapat dikembangkan melalui pembelajaran kontekstual antara lain sebagai berikut:
50
1. Pembelajaran berbasis masalah
Pembelajaran berbasis masalah adalah suatu bentuk pengajaran yang menggunakan masalah-masalah dunia nyata sebagai suatu konteks
bagi siswa untuk belajar berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah.
2. Memanfaatkan lingkungan siswa untuk memperoleh pengalaman
belajar Guru memberikan penugasan yang dapat dilakukan diberbagai
konteks lingkungan siswa antara lain disekolah, keluarga, dan masyarakat. Penugasan yang diberikan oleh guru memberikan
kesempatan bagi siswa untuk belajar diluar kelas. 3.
Memberikan aktivitas kelompok Aktivitas belajar kelompok dapat memperluas perspektif serta
membangun kecakpan interpersonal untuk berhubungan dengan orang lain. Guru dapat menyusun kelompok terdiri dari tiga, lima, maupun
delapan siswa sesuai dengan tingkat kesulitan penugasan. 4.
Membuat aktivitas belajar mandiri Siswa mampu mencari, menganalisis, dan menggunakan informasi
dengan sedikit atau bahkan tanpa bantuan guru. Agar dapat melakukannya, siswa harus lebih memperhatikan bagaimana mereka
memproses informasi, menerapkan strategi pemecahan masalah, dan menggunakan pengetahuan yang mereka peroleh.
50
Masnur Muslich, Op.Cit., hal: 49-51
5. Membuat aktivitas belajar bekerja sama dengan masyarakat
Sekolah dapat melakukan kerjasama dengan orang tua siswa yang memiliki keahlian khusus sebagai guru tamu. Hal ini perlu dilakukan
guna memberikan pengalaman belajar secara langsung, dimana siswa dapat termotivasi untuk mengajukan pertanyaan. Selain itu, kerja sama
juga apat dilakukan dengan institusi atau perusahaan tertentu untuk memberikan pengalaman kerja. Misalnya siswa diminta untuk magang
ditempat kerja. 6.
Menerapkan penilaian autentik Menurut Johnson 2002: 165, penilaian autentik memberikan
kesempatan luas bagi siswa untuk menunjukkan apa yang telah mereka pelajari selama proses belajar mengajar. Adapun bentuk penilaian yang
dapat dilakukan oleh guru, yaitu portofolio, tugas kelompok, demonstrasi, dan laporan tertulis.
Sedangkan Blancard M.Nur, 2001 mengidentifikasi 6 strategi CTL sebagai berikut:
51
1. Menekankan pada pemecahan masalah
2. Menyadari kebutuhan akan pengajaran dan pembelajaran yang terjadi
dalam berbagai konteks seperti dirumah, masyarakat dan pekerjaan 3.
Mengarahkan siswa memonitor dan mengarahkan pembelajaran mereka sendiri sehingga mereka menjadi pembelajar yang mandiri
4. Mengaitkan pengajaran pada konteks kehidupan siswa yang berbeda-
beda 5.
Mendorong untuk belajar dari sesama teman dan belajar bersama 6.
Menerapkan penilaian autentik.
51
Mohammad Askin, Daspros Pembelajaran Matematika I, dari http:www.unnes.ac.id, 20 Januari 2010, 10:00 WIB
Berdasarkan karakteristik, komponen, serta strategi dalam pembelajaran kontekstual, maka beberapa tahapan yang dapat
dikembangkan melalui pembelajaran kontekstual dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut:
1. Siswa dibuat kelompok kecil sekitar 4-5 orang dengan kemampuan
yang heterogen. 2.
Pada awal pembelajaran guru memberikan apersepsi, manfaat materi yang akan dipelajarinya serta membahas beberapa soal PR yang
terpilih. 3.
Kelompok siswa diberikan permasalahan kontekstual dalam bentuk LKS yang menantang siswa, agar mencari solusinya.
4. Siswa mengeksplorasi pengetahuan dengan cara mengkoneksikan
pengetahuan yang sudah dimilikinya untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi, baik secara berkelompok ataupun sendiri.
5. Guru menggunakan sistem tanya jawab yang interaktif antara siswa
dengan siswa ataupun siswa dengan guru, untuk menjelaskan hal yang tidak dimengerti oleh siswa.
6. Saat siswa mengerjakan LKS per kelompok, guru berkeliling kelas
bertindak sebagai fasilitator dan moderator, dan membimbing siswa yang mengalami kesulitan.
7. Saat siswa selesai berdiskusi secara berkelompok, perwakilan salah satu
kelompok mempresentasikan hasil diskusinya ke depan kelas. Melalui interaksi siswa diajak membahas permasalahan yang disajikan.
8. Diakhir pertemuan, diadakan refleksi terhadap pembelajaran yang
sudah berlangsung. Siswa dapat merangkum hasil pembelajaran, selanjutnya guru memberikan beberapa soal latihan untuk dikerjakan
dirumah.
3. Pembelajaran Konvensional