3. Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran konvensional merupakan suatu istilah yang lazim diterapkan dalam pengajaran matematika. Konvensional adalah sebuah
pendekatan secara klasikal yang biasa digunakan olek setiap pendidik dalam mendidik siswanya, yang dimaksud dengan pendekatan ini adalah
pendekatan pengajaran yang menempatkan guru sebagai inti dalam keberlangsungan proses belajar mengajar. Guru memegang peranan
penting dalam keberlangsungan proses belajar mengajar karena guru harus menjelaskan materi secara panjang lebar untuk menjamin materi tersebut
dapat dipahami oleh semua peserta pembelajaran. Dengan demikian proses pembelajaran konvensional lebih berpusat pada guru.
Menurut Depdiknas, dalam pembelajaran konvensional cenderung pada hapalan yang mentolerir respon-respon yang bersifat konvergen,
menekankan informasi konsep, latihan soal dalam teks. Belajar hapalan mengacu pada penghapalan fakta-fakta, hubungan, prinsip dan konsep.
52
Menurut Nasution menjelaskan bahwa ciri-ciri pembelajaran biasa adalah:
53
1 tujuan tidak dirumuskan secara spesifik dalam bentuk kelakuan yang dapat diamati dan diukur, 2 bahan pelajaran disajikan
kepada kelompok, kepada kelas sebagai keseluruhan tanpa memperhatikan siswa secara individual, 3 kegiatan pembelajaran umumnya berbentuk
ceramah, kuliah, tugas tertulis, dan media lain menurut pertimbangan guru, 4 siswa umumnya pasif karena dominan mendengarkan uraian guru, 5
dalam hal kecepatan belajar, semua siswa harus belajar dengan kecepatan yang umum ditentukan oleh kecepatan guru mengajar, 6 keberhasilan
belajar umumnya dinilai oleh guru secara subjektif, 7 diharapkan bahwa hanya sebagian kecil saja hanya menguasai bahan pelajaran secara tuntas,
sebagian lagi akan menguasainya sebagian saja, dan ada lagi yang gagal,
52
Doantara Yasa, Pembelajaran Konvensional, dari http:ipotes.wordpresscompembelajaran-konvensional, 20 Januari 2010, 11:20 WIB
53
S. Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara h.209-211
8 guru terutama berfungsi sebagai penyebar atau penyalur pengetahuan sebagai sumber informasipengetahuan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa pembelajaran matematika secara konvensional adalah suatu kegiatan pembelajaran yang
dilakukan oleh guru pada umumnya dimana guru mendominasi kelas dengan metode ekspositori dan siswa hanya menerima saja apa yang
disampaikan oleh guru, sehingga aktivitas siswa dalam pembelajaran menjadi pasif dan proses belajar siswa menjadi kurang bermakna.
Berdasarkan keterangan di atas ada beberapa pokok perbedaan antara pembelajaran kontekstual dengan pembelajaran konvensinal.
Perbedaan tersebut antara lain tertera dalam tabel dibawah ini:
Tabel 1 Perbandingan Pembelajaran Kontekstual dengan Pembelajaran
Konvensional
No Pembelajaran KntekstualCTL Pembelajaran Konvensional
1 CTL menempatkan peserta didik
sebagai subjek belajar. Peserta didik berperan aktif dalam setiap proses
pembelajaran dengan cara menggali sendiri materi pembelajaran
Pembelajaran konvensional menempatkan peserta didik
sebagai objek belajar yang berperan sebagai penerima
informasi secara pasif 2
Dalam CTL peserta didik belajar melalui kegiatan kelmpok,
berdiskusi, saling menerima, dan memberi
Dalam Pembelajaran konvensional pembelajaran
bersifat inividual dengan menerima, mencatat, dan
menghafal materi pelajaran. 3
Dalam CTL, pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata secara real
Dalam Pembelajaran konvensional, pembelajaran
bersifat teoritis dan abstrak. 4
Dalan CTL, kemampuan didasarkan atas penggalian pengalaman
Dalam Pembelajaran konvensional, kemampuan
diperoleh melalui latihan-latihan
5 Tujuan akhir dalam proses pembelajaran CTL dalah kepuasan
diri Tujuan akhir dalam proses
pembelajaran konvensional dalah nilai atau angka.
6 Dalam CTL, perilaku dibangun atas
kesadaran diri sendiri, misalnya individu tidak melakukan perbuatan
tertentu karena ia menyadari bahwa perilaku itu merugikan dan tidak
bermanfaat Dalam pembelajaran
konvensional, tindakan atau perilaku didasarkan oleh faktor
dari luar dirinya, misalnya individu tidak melakukan
sesuatu dikarenakan hukuman 7 Dalam
CTL, pengetahuan
yang dimiliki setiap individu selalu
berkembang sesuai dengan pengalaman yang dialaminya, oleh
sebab itu setiap peserta didik bisa berbeda dalam memakai hakikat
pengetahuan yang dimilikinya Dalam pembelajaran
konvensional, kebenaran yang dimiliki individu bersifat absolut
dan final, oleh karena pengetahuan dikonstruksi oleh
orang lain. 8 Dalam CTL, peserta didik
bertanggung jawab dalam memonitor dan mengembangkan pembelajaran
mereka masing-masing Dalam pembelajaran
konvensional guru adalah penentu jalannya proses
pembelajaran 9 Dalam
CTL, pembelajaran
bisa terjadi dalam konteks dan seting
yang berbeda sesuai dengan kebutuhan
Dalam pembelajaran konvensional, pembelajaran
hanya terjadi didalam kelas 10 Tujuan CTL adalah seluruh aspek
perkembangan peserta didik. Dalam CTL, keberhasilan pembelajaran
diukur dari berbagai cara, misalnya dengan evaluasi proses peserta didik,
observasi, wawancara, dll Dalam pembelajaran
konvensional, keberhasilan biasanya diukur melalui tes
B. Hasil Penelitian Yang Relevan
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Ruspiani 2000 diperoleh kesimpulan bahwa kemampuan koneksi matematis siswa masih tergolong
rendah. Ruspiani mengungkap bahwa rata-rata nilai kemampuan koneksi matematik siswa sekolah menengah masih rendah, nilai rata-ratanya kurang
dari 60 pada skor 100, yaitu sekitar 22.2 untuk koneksi matematik dengan pokok bahasan lain, 44.9 untuk koneksi matematik dengan bidang studi
lain, dan 67.3 untuk koneksi matematik dengan kehidupan keseharian. Namun demikian, sikap siswa terhadap kemampuan koneksi matematis
menunjukkan kearah yang positif.
54
Selain itu hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan Tia Setiawati 2007 menunjukkan pendekatan contextual learning dapat meningkatkan
pemahaman konsep matematika siswa 8-4 SMP Jayakarta. Hal ini bisa dilihat dari data yang diperoleh nilai rata-rata tes kegiatan siklus 1 meningkat jika
dibandingkan rata-rata pada tes kegiatan pendahuluan dari 22,4 menjadi 61,4. Nilai rata-rata pada siklus 2 juga mengalami peningkatan yaitu 63,98. Begitu
pula nilai rata-rata pada siklus 3 mengalami peningkatan yaitu 76,5. Hal ini menyebutkan bahwa pendekatan contextual learning dapat meningkatkan
pemahaman konsep geometri siswa.
55
Adapun hasil penelitian eksperimen yang dilakukan oleh I Made Sumadi 2005 menunjukkan ada pengaruh positif pendekatan kontekstual
terhadap kemampuan penalaran dan komunikasi matematika siswa kelas II SLTP Negeri 6 Singaraja, serta terdapat perbedaan yang signifikan antara
siswa yang belajar dengan pendekatan kontekstual dan yang belajar dengan pendekatan konvensional, sehingga pendekatan kontekstual dapat
diimplementasikan dalam pembelajaran matematika di kelas.
56
54
Ruspiani, Op.Cit, hal: i
55
Tia Setiawati, Peningkatan Pemahaman Konsep Melalui Pendekatan Contextual Learning Pendidikan Tindakan Kelas di SMP Jayakarta Pada Kelas VIII-4
, Skripsi, Jakarta: Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah, hal: I, td.
56
I Made Sumadi, Pengaruh Pendekatan Kontekstual Terhadap Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematika Siswa Kelas II SLTP Negeri 6 Singaraja
, Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Volume 38 No.1 Januari 2005, hal: 14