Penelitian Terdahulu TINJAUAN PUSTAKA

43 Penelitian ini menggunakan metode uji beda t-test. Adapun hasil analisis perbandingan ekuitas merek antara sepeda motor merek Honda dan Yamaha dalam penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut : a. Brand Awareness Dalam penelitian ini terdapat perbedaan yang signifikan antara kesadaran merek sepeda motor Honda dan Yamaha, dimana kesadaran merek sepeda motor Honda lebih baik dari Yamaha. Hal ini dapat diketahui dari nilai mean brand awareness sepeda motor Honda yang lebih besar dari Yamaha sebesar 4,195 3,798. Perbedaan ini bisa disebabkan karena konsumen pengguna motor Honda merasa merek Honda sudah melekat kuat di benak mereka dan merek Honda sendiri sangat terkenal di Indonesia. Sehingga konsumen cenderung membeli suatu merek yang sudah dikenal, karena dengan membeli merek yang sudah dikenal, mereka merasa aman, terhindar dari resiko pemakaian dengan asumsi bahwa merek yang sudah dikenal lebih dapat diandalkan. b. Brand Association Dalam penelitian ini terdapat perbedaan yang signifikan antara asosiasi merek sepeda motor Honda dan Yamaha, dimana asosiasi merek sepeda motor Honda lebih baik dari Yamaha. Hal ini dapat diketahui dari nilai mean brand association sepeda motor Honda yang lebih besar dari Yamaha sebesar 4,010 3,779. Perbedaan ini bisa disebabkan karena konsumen pengguna motor Honda merasa bahwa 44 harga beli sepeda motor merek Honda sesuai dengan kualitasnya dan sepeda motor merek Honda memiliki teknologi tinggi. Asosiasi menjadi pijakan dalam keputusan-keputusan pembelian dan loyalitas merek. c. Perceived Quality Dalam penelitian ini terdapat perbedaan yang signifikan antara persepsi kualitas sepeda motor Honda dan Yamaha, dimana persepsi kualitas sepeda motor Honda lebih baik dari Yamaha. Hal ini dapat diketahui dari nilai mean perceived quality sepeda motor Honda yang lebih besar dari Yamaha sebesar 3,976 3,644. Perbedaan ini bisa disebabkan karena konsumen pengguna sepeda motor Honda merasa bahwa sepeda motor Honda irit BBM dan mesin sepeda motor Honda awet atau tidak mudah rusak. Kesan kualitas akan membentuk persepsi kualitas dari suatu produk di mata konsumen. Persepsi terhadap kualitas keseluruhan dari suatu produk atau jasa dapat menentukan nilai produk atau jasa tersebut dan berpengaruh secara langsung kepada keputusan pembelian konsumen dan loyalitas mereka terhadap merek. d. Brand Loyalty Dalam penelitian ini terdapat perbedaan yang signifikan antara loyalitas merek sepeda motor Honda dan Yamaha, dimana loyalitas merek sepeda motor Honda lebih baik dari Yamaha. Hal ini dapat diketahui dari nilai mean brand loyalty sepeda motor Honda yang lebih 45 besar dari Yamaha sebesar 3,497 3,274. Perbedaan ini bisa disebabkan karena konsumen pengguna sepeda motor Honda merasa bahwa jika mereka akan membeli sepeda motor lagi, mereka akan membeli sepeda motor merek Honda dan merek sepeda motor Honda satu-satunya yang mereka beli dan gunakan. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Woo Gon Kim dan Hong-bum Kim 2004, dengan judul “Measuring Customer-based Restaurant Brand Equity“ Penelitian ini menggunakan metode uji beda t-test yang meneliti beberapa merek restoran cepat saji seperti McDonald’s, KFC, Burger King, Lotteria, Popeyes, Jakob’s dan Hardee’s. Penelitian ini dilakukan terhadap 394 responden yang mengunjungi sejumlah mall di Seoul, Korea Selatan. Adapun hasil analisis elemen-elemen ekuitas merek pada beberapa merek restoran cepat saji yang diteliti dalam penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut : a. Brand Awareness Dalam penelitian ini terdapat perbedaan nilai kesadaran merek antar merek restoran cepat saji. Penilaian ini dilihat dari nilai mean masing-masing merek yang diambil dari jawaban responden. Hasil penelitian ini menunjukkan McDonald’s sebagai merek yang paling diingat responden dengan nilai mean sebesar 4,46 yang diikuti oleh KFC 4,12, Lotteria 4,03, Burger King 3,75, Popeyes 3,12, Hardee’s 2,19 dan Jakob’s 1,45. Dalam penelitian ini dapat 46 diketahui bahwa nilai mean Jakob’s merupakan yang terendah dari semua merek restoran cepat saji yang diteliti, hal ini dikarenakan Jakob’s merupakan merek lokal yang baru didirikan pada tahun 1999. b. Brand Image Dalam penelitian ini terdapat perbedaan nilai citra merek antar merek restoran cepat saji. Penilaian ini dilihat dari nilai mean masing- masing merek yang diambil dari jawaban responden. Hasil penelitian ini menunjukkan McDonald’s sebagai merek dengan citra merek yang paling baik dengan nilai mean sebesar 4,43 yang diikuti oleh KFC 4,22, Lotteria 3,97, Burger King 3,93, Popeyes 3,85, Hardee’s 3,62 dan Jakob’s 3,55. c. Perceived Quality Dalam penelitian ini terdapat perbedaan nilai persepsi kualitas antar merek restoran cepat saji. Penilaian ini dilihat dari nilai mean masing-masing merek yang diambil dari jawaban responden. Hasil penelitian ini menunjukkan McDonald’s sebagai merek dengan persepsi kualitas yang paling baik dengan nilai mean sebesar 4,43 yang diikuti oleh Lotteria 4,13, Burger King 4,07, KFC 3,94, Popeyes 3,92, Jakob’s 3,92 dan Hardee’s 3,90. d. Brand Loyalty Dalam penelitian ini terdapat perbedaan nilai loyalitas merek antar merek restoran cepat saji. Penilaian ini dilihat dari nilai mean masing-masing merek yang diambil dari jawaban responden. Hasil 47 penelitian ini menunjukkan KFC sebagai merek dengan loyalitas merek yang paling baik dengan nilai mean sebesar 4,52 yang diikuti oleh McDonald’s 4,46, Burger King 4,41, Popeyes 4,18, Jakob’s 4,11, Lotteria 3,91, dan Hardee’s 3,08. 4. Penelitian yang dilakukan oleh Etria, Ujang Sumarwan dan Kirbrandoko 2004, dengan judul “Analisis Ekuitas Berbagai Merek Minyak Goreng” Penelitian ini dilakukan di enam kecamatan Kota Bogor dan meneliti beberapa merek minyak goreng, yaitu Bimoli, Tropical, Filma dan Sania. Adapun hasil analisis elemen-elemen ekuitas merek pada beberapa merek minyak goreng yang diteliti dalam penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut : a. Brand Awareness Pengukuran brand awareness menggunakan analisis deskriptif yang dibagi ke dalam tingkatan top of mind, brand recall, brand recognition dan unaware brand. Pada penelitian ini, merek yang menempati posisi top of mind adalah Bimoli dengan 81 jawaban, Tropical dengan 32 jawaban, Filma dengan 19 jawaban dan Sania dengan 17 jawaban. Sedangkan pada tingkatan brand recall, dan kedua Tropical. Selanjutnya pada tingkat brand recall, posisi pertama ditempati Sania dengan 81 jawaban, Tropical dengan 76 jawaban, Bimoli dengan 62 jawaban, Filma dengan 50 jawaban, Kunci Mas dengan 23 jawaban, 48 Fortune dengan 4 jawaban, Delima dengan 4 jawaban, Cap Sendok dengan 3 jawaban dan Avena dengan 2 jawaban. Pada tingkat brand recognition menunjukkan responden yang dapat mengingat merek Sania setelah diberi bantuan berjumlah 43 orang, sedangkan pada tingkat unaware of brand, terdapat 7 responden yang sama sekali tidak mengenal merek sania meskipun sudah diberi bantuan. b. Brand Association Pengukuran asosiasi merek dilakukuan dengan menggunakan Uji Chocran. Uji Chocran digunakan untuk menguji signifikansi hubungan setiap asosiasi yang ada pada suatu merek. Uji Chocran bertujuan untuk mencari atribut mana yang benar-benar merupakan asosiasi dari suatu merek. Pada merek Sania, asosiasi-asosiasi yang terbentuk yaitu warna kuning jernih dan kemasan yang menarik. Terdapat kesamaan asosiasi-asosiasi yang terbentuk pada merek Bimoli dan Tropical yaitu warna kuning jernih, kualitas masakan yang baik, dan mudah diperoleh. Sedangkan pada merek Filma, asosiasi yang terbentuk adalah warna kuning jernih, kualitas masakan yang baik, mudah diperoleh, dan teknologi proses yang baik. c. Perceived Quality Pengukuran perceived quality dilakukan dengan menggunakan analisis perbandingan importance tingkat kepentingan dan performance tingkat kinerja. Pengujian ini dilakukan untuk 49 mengetahui atribut mana yang kinerjanya sudah sesuai dengan harapan konsumen. Pada pengujian ini, konsumen menilai atribut yang kinerjanya sudah sesuai dengan harapan konsumen pada merek Bimoli, Tropical, Filma dan Sania yaitu warna dan kejernihan, kandungan pengawet, kandungan kolesterol, dan kualitas hasil masakan. Pada merek Sania, atribut yang menjadi diferensiasi dengan merek lain adalah kemasan yang menarik, akan tetapi konsumen tidak menganggap penting atribut ini. d. Brand Loyalty Pengukuran brand loyalty menggunakan uji diskriminan. Hasil pengukuran brand loyalty pada merek Sania menunjukkan 16 responden atau 40 konsumen Sania mudah berpindah merek. Hal ini menunjukkan bahwa loyalitas pengguna Sania masih masih rendah, karena penggunanya tidak punya keterikatan teradap Sania. Hasil pengukuran brand loyalty pada merek Bimoli menunjukkan 31,48 dari 54 responden konsumen Bimoli mudah berpindah merek. Akan tetapi pengguna Bimoli yang sudah menyukai merek ini mencapai persentasi terbesar dengan 35,19. Hal ini menunjukkan bahwa sudah terbentuk ikatan emosional yang kuat antara pelanggan dengan merek Bimoli. Hasil pengukuran brand loyalty pada merek Tropical menunjukkan 32,35 dari 34 responden konsumen Tropical mudah berpindah merek. Akan tetapi pengguna Tropical yang sudah 50 menyukai merek ini mencapai persentasi yang cukup tinggi dengan 29,41. Hal ini menunjukkan bahwa sudah terbentuk ikatan emosional antara pelanggan dengan merek Tropical. Hasil pengukuran brand loyalty pada 11 responden merek Filma menunjukkan konsumen Filma mudah berpindah merek. Hal ini menunjukkan bahwa loyalitas pengguna Filma masih masih rendah, karena penggunanya tidak punya keterikatan teradap Filma. 5. Penelitian yang dilakukan oleh Humdiana 2005, dengan judul “Analisis Elemen-Elemen Ekuitas Merek Produk Rokok Merek Djarum Black” Hasil analisis elemen-elemen ekuitas merek pada rokok merek Djarum Black dalam penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut : a. Brand Awareness Brand awareness meliputi top of mind, brand recall, brand recognition dan unaware brand. Pada penelitian ini, top of mind Djarum Black menempati posisi ke tiga dari empat merek rokok mild yang paling banyak disebut responden dengan proporsi 23,14. Posisi pertama dan kedua ditempati oleh A Mild dengan proporsi 40,61 dan Star Mild dengan proporsi 28,38. Sedangkan posisi keempat ditempati oleh LA light dengan proporsi 7,86. Selanjutnya pada tingkat brand recall, Djarum Black menempati posisi ke tiga dengan proporsi 30,01. Posisi pertama dan kedua ditempati oleh A Mild dengan proporsi 41,0 dan Star Mild dengan 51 proporsi 34,1, sisanya ditempati oleh Bentoel Mild dengan proporsi 21,4, LA light dengan proporsi 22,7 dan GG Signature dengan proporsi 3,5. Tingkat brand recognition Djarum Black sebesar 46,7, dengan demikian 107 responden harus diingatkan dalam kesadaran merek Djarum Black, sedangkan taraf unaware of brand Djarum Black sebesar 13,10, dengan demikian 30 responden tidak mengetahui keberadaan merek Djarum Black. Hal ini menunjukkan bahwa Djarum Black merupakan merek yang belum cukup dikenal oleh seluruh responden. b. Brand Association Asosiasi-asosiasi yang terbentuk untuk merek rokok Djarum Black adalah rokok hitam dengan kandungan tar dan nikotin rendah, rokok hitam untuk lelaki, berani tampil beda, iklannya menarik, imajinatif, dan kreatif. c. Perceived Quality Hasil analisis perceived quality merek produk rokok Djarum Black menunjukkan bahwa Djarum Black memiliki performance yang lebih rendah dari importance-nya. Fenomena ini menunjukkan bahwa perceived quality responden terhadap merek produk rokok Djarum Black masih belum sesuai dengan tingkat kepentingan atribut tersebut. Atribut-atribut yang harus dibenahi dan perlu dievaluasi kembali yaitu kadar tar dan nikotin, dan kemudahan memperoleh. Sedangkan atribut 52 rasa dan harga harus tetap dipertahankan kinerjanya. Adapun atribut kemasan, dinilai memiliki kinerja yang baik, akan tetapi responden tidak terlalu menganggap penting. d. Brand Loyalty Hasil pengukuran habitual buyer Djarum Black menunjukkan kebanyakan responden sebesar 88,67 merasa tidak setuju bahwa keputusan pembelian rokok merek Djarum Black adalah karena kebiasaan. Hasil pengukuran satisfied buyer dibagi pada dua bagian yakni satisfied buyer terhadap kualitas dan satisfied buyer terhadap rasa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 28 responden merasa puas terhadap kualitas, sedangkan 30 responden merasa puas terhadap rasa. Pengukuran committed buyer dilakukan untuk mengetahui tingkat kesetiaan komitmen pembelian rokok merek Djarum Black responden. Hasil penghitungan ini menunjukkan nilai committed buyer sebesar 8,67 yang termasuk ke dalam kategori rendah. Pengukuran brand switcher dilakukan untuk mengetahui tingkat sensitivitas konsumen terhadap perubahan harga, adapun jumlah responden yang sangat sensitive terhadap perubahan harga sebanyak 22,67. Pengukuran liking buyer rokok merek Djarum Black mencapai 30,67, hal ini menunjukkan baru 30,67 responden saja yang 53 menyukai rokok merek Djarum Black sehingga Djarum Black harus mempertahankan atribut-atribut yang menjadi alasan loyalitas kelompok ini. Adapun bentuk piramida brand loyalty Djarum Black cenderung berbentuk piramida tegak, hal ini menunjukkan bahwa konsumen Djarum Black cenderung kurangbelum loyal. 6. Penelitian yang dilakukan oleh Maya Widjaja, Serli Wijaya, dan Regina Jokom 2007, dengan judul “Analisis Penilaian Konsumen Terhadap Ekuitas Merek Coffe Shops di Surabaya” Pada penelitian ini, hasil analisis kesadaran merek brand awareness menunjukkan bahwa Starbucks merupakan coffee shop yang meraih top of mind paling tinggi. Dengan demikian, Starbucks merupakan coffee shop utama dari berbagai coffee shop yang diingat pertama kali oleh responden. Hasil analisis mengenai asosiasi merek brand associations menunjukkan bahwa Excelso merupakan coffee shop yang memiliki asosiasi merek yang paling positif. Hal ini berarti atribut yang diberikan responden kepada suatu merek dinilai sangat baik dan semakin banyak, dampaknya adalah semakin positif dan kuat image yang terbangun pada merek tersebut. Excelso yang merupakan bisnis lokal dapat mempunyai asosiasi merek yang lebih positif dibandingkan dengan Starbucks yang merupakan bisnis skala internasional. 54 Hasil analisis mengenai kesan kualitas perceived quality menunjukkan bahwa Starbucks merupakan coffee shop yang menjadi the best of perceived quality, artinya Starbucks dinilai paling mampu memberikan produk dan jasa yang sesuai dengan apa yang diharapkan konsumennya. Hasil analisis mengenai loyalitas merek brand loyalty menunjukkan bahwa Starbucks merupakan coffee shop yang menjadi the strongest of brand loyalty. Hal ini ditunjukkan dengan mayoritas jawaban responden bersedia untuk datang kembali, merekomendasikan Starbucks kepada orang lain, mengajak orang lain datang mengunjungi Starbucks dan bersedia membeli produk lain yang Starbucks tawarkan.

E. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran merupakan sebuah sintesa dari serangkaian teori yang tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternatif solusi dari serangkaian masalah yang ditetapkan, kerangka pemikiran dapat disajikan dalam bentuk bagan, deskripsi kualitatif, dan atau gabungan keduanya. Hamid dkk, 2010:15. Sesuai dengan teori ekuitas merek yang dikemukakan oleh David A. Aeker dalam Durianto dkk 2004, penelitian ini hanya menekankan pada empat elemen utama ekuitas merek, yakni brand awareness, brand association, perceived quality dan brand loyalty. 55 Empat komponen ekuitas merek tersebut akan dikaitkan dengan dua produk yang diteliti, yakni Kamera Canon dan Kamera Nikon, dan selanjutnya diambil perbandingan pada masing-masing variabel ekuitas merek dengan menggunakan metode analisis diskriminan. Berikut akan digambarkan kerangka pemikiran dalam penelitian ini. Gambar 2.7 Kerangka Pemikiran Brand Awareness Brand Association Perceived Quality Brand Loyalty Ekuitas Merek Kamera Canon Ekuitas Merek Kamera Nikon Analisis Diskriminan Kesimpulan 56

F. Hipotesis

Berdasarkan kajian teori, hasil penelitian sebelumnya dan rumusan masalah dari penelitian, maka hipotesis yang dirumuskan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : H01: Variabel brand awareness secara signifikan tidak dapat membedakan ekuitas merek pada merek kamera canon dan nikon Ha1: Variabel brand awareness secara signifikan dapat membedakan ekuitas merek pada merek kamera canon dan nikon H02: Variabel brand association secara signifikan tidak dapat membedakan ekuitas merek pada merek kamera canon dan nikon Ha2: Variabel brand association secara signifikan dapat membedakan ekuitas merek pada merek kamera canon dan nikon H03: Variabel perceived quality secara signifikan tidak dapat membedakan ekuitas merek pada merek kamera canon dan nikon Ha3: Variabel perceived quaility secara signifikan dapat membedakan ekuitas merek pada merek kamera canon dan nikon H04: Variabel brand loyalty seecara signifikan tidak dapat membedakan ekuitas merek pada merek kamera canon dan nikon Ha4: Variabel brand loyalty seecara signifikan dapat membedakan ekuitas merek pada merek kamera canon dan nikon 57

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Fotografi di Jakarta pengguna kamera merk Canon dan Nikon. Hal yang melatar belakangi dipilihnya objek tersebut karena Unit Kegiatan Mahasiswa Fotografi di Jakarta mulai tumbuh dan berkembang. Selain itu pemilihan mahasiswa fotografi sebagai responden penelitian dikarenakan mahasiswa sekaligus penghobi foto, merupakan salah satu target pasar produk kamera. Penelitian ini dilakukan dari bulan maret 2014 sampai agustus 2014. Penelitian dibatasi pada elemen-elemen utama ekuitas merek brand awereness, brand association, perceived quality dan brand loyalty pada produk kamera merek Canon dan Nikon .

B. Teknik Penentuan Sampel

1. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyeksubyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya Sugiyono, 2011:90. Populasi dari penelitian ini adalah anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Fotografi di Jakarta

Dokumen yang terkait

Pengaruh Perceived Quality, Brand Association, dan Brand Loyalty Terhadap Keputusan Pembelian Pasta Gigi Merek Pepsodent Pada Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

1 38 124

Pengaruh Ekuitas Merek (Brand Equity) Tas Sophie Martin Terhadap Kesediaan Membayar Harga Premium (Studi Kasus Pada BC Rosida Medan).

3 49 104

Analisis Sensitivitas Respon Konsumen Terhadap Ekstensifikasi Merek (Brand Extention) Pada Vaseline Hand & Body Lotion (Studi Kasus Mahasiswi Fakultas Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara)

2 79 103

Pengaruh Perceived Quality dan Brand Association Terhadap Brand Loyalty Mie Instan Merek Indomie (Studi Kasus Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara

1 42 105

Pengaruh Penempatan Posisi (Positioning) Terhadap Citra Merek (Brand Image) Pada Clear Men Shampoo (Studi Kasus : Mahasiswa S-1 Reguler Fakultas Ekonomi USU Medan)

2 65 105

Analisis pengaruh Brand Awareness, Perceived Quality, Brand Association, Dan Brand Loyalty terhadap keputusan pembelian pada produk pasta gigi 'Pepsodent (studi kasus pada Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

6 41 167

Analisis pengaruh ekuitas merek terhadap keputusan pembalian serta dampaknya terhadap tanggungjawab sosial produk sabun mandi lifebuoy

0 3 167

THE INFLUENCE OF BRAND AWARENESS, PERCEIVED BRAND QUALITY, BRAND ASSOCIATION AND BRAND LOYALTY TOWARD CUSTOMER PURCHASE DECISION TO CHOOSE GARUDA INDONESIA AIRLINES (CASE STUDY: CUSTOMER GARUDA INDONESIA IN JABODETABEK)

0 7 124

Ekuitas Merek Bank Syariah di Kalangan Mahasiswa Program Studi Muamalat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2 11 151

Purchase Decision Brand Loyalty Brand Awareness Brand Association Perceived Quality

0 0 19