Lingkungan Belajar Siswa TINJAUAN TEORETIK

1995:138 mengatakan bahwa lingkungan sosial lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar siswa ialah orang tua dan keluarga itu sendiri. Orang tua harus memperhatikan sekolah anaknya yaitu dengan memperhatikan pengalaman- pengalamannya dan menghargai usaha-usahanya, serta orang tua harus menunjukkan kerjasamanya dalam cara mendidik anak belajar di rumah, hubungan yang harmonis antara orang tua dan anak. Sifar-sifat orang tua, suasana keluarga, kedewasaan orang tua dalam mendidik anak, letak rumah, semuanya dapat memberi dampak yang lebih baik atau buruk terhadap kegiatan belajar dan keberhasilan yang diperoleh anak. Contoh pengelolaan keluarga yang keliru yang diterapkan oleh orang tua yaitu kelalaian orang tua dalam memonitor kegiatan anak dapat menimbulkan akibat buruk. Hal demikian dapat menimbulkan akibat anak tidak mau belajar dan dapat mengakibatkan anak berperilaku menyimpang. Keluarga merupakan faktor lingkungan sosial yamg pertama kali diperkenalkan oleh anak, sehingga perkembangan anak di dalam keluarga ditentukan oleh kondisi keluarga serta pengalaman yang dimiliki oleh orang tuanya. Maka, dalam faktor lingkungan keluarga ini anak dapat memperoleh prestasi yang maksimal. Adapun faktor-faktor yang sangat mempengaruhi perkembangan anak dalam belajar dalam lingkungan keluarga menurut Ahmadi, 1982:86-87 sebagai berikut : a. Status sosial ekonomi keluarga Keadaan sosial ekonomi keluarga mempunyai peranan terhadap perkembangan anak-anak. Misalnya keluarga yang cukup akan sangat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI mudah dalam menunjang proses belajar karena anak tidak mengalami kesulitan dalam keperluan sekolah dan anak tidak akan mengalami gangguan dalam mencukupi kebutuhan keluarga, sehingga anak akan mendapat perhatian yang lebih dalam belajar. b. Faktor keutuhan keluarga Dalam keluarga yang utuh terdiri dari ayah, ibu dan anak yang lengkap, harmonis maka, interaksi dalam keluarga akan mudah antara orang tua dan anak. Sehingga dalam belajar anak tidak mengalami gangguan yang berarti dan orang tua akan mendukung anaknya dalam belajar. c. Sikap dan kebiasaan-kebiasaan orang tua Sikap orang tua yang mau memperhatikan anaknya dan membiasakan sikap-sikap yang dapat membantu anak dalam proses belajar seperti tidak bersikap otoriter dan tidak memaksa anaknya untuk mengikuti perintah-perintah orang tuanya, melakukan pengawasan terhadap anak dalam segala tindakan. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar yang berpengaruh terhadap prestasi belajar dalam lingkungan keluarga menurut Roestiyah, 1982:159 adalah sebagai berikut: a. Cara mendidik Orang tua yang memanjakan anaknya, maka setelah anak sekolah akan menjadi siswa yang kurang bertanggung jawab dan takut menghadapi tantangan kesulitan. Juga orang tua yang mendidik anaknya secara keras, anak akan mengalami ketakutan. b. Suasana keluarga Hubungan antara keluarga yang kurang intim menimbulkan suasana yang kaku, tegang, kurang komunikatif di dalam keluarga. Hal ini menyebabkan anak kurang semangat dalam belajar. Untuk itu dalam keluarga yang menyenangkan, akrab, dan penuh kasih sayang, anak akan termotivasi yang mendalam pada anak dalam hal belajar. c. Pengertian orang tua Anak belajar perlu dorongan dan pengertian dari orang tua. Bila anak sedang belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas di rumah. Kadang- kadang anak mengalami lemah semangat, orang tua wajib memberi pengertian dan dorongannya, membantu sedapat mungkin kesulitan yang dialami anak di sekolah. Kalau perlu menghubungi gurunya untuk mengetahui perkembangan anak. d. Keadaaan sosial ekonomi keluarga Anak belajar memerlukan sarana-sarana dalam menunjang belajar yang kadang-kadang harganya mahal. Bila keadaan ekonomi keluarga yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI tidak memungkinkan hal ini menjadi penghambat anak dalam belajar. Namun, bila keadaan sosial ekonomi keluarga tercukupi, hal ini anak tidak akan mengalami kendala-kendala dalam belajar sehingga anak akan dapat belajar dengan senang. e. Latar belakang kebudayaan Hal ini dimaksudkan adalah tingkat pendidikan dan kebiasaan di dalam keluarga akan mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Oleh karena itu anak perlu ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik supaya dapat mendorong semangat anak dalam belajar. Dalam keluarga yang kondisi lingkungannya baik akan mempengaruhi siswa belajar dengan giat. Sedangkan jika siswa yang berada dalam lingkungan keluarga buruk, dan tidak mendapat perhatian dari orang tua maka siswa tersebut malas untuk belajar. Maka dapat ditarik kesimpulan lingkungan keluarga tergantung dari tindakan orang tua kepada anaknya. Jika orang tua memiliki hubungan yang baik dengan anaknya, memberikan perhatian , maka anak tersebut akan berusaha belajar dengan baik dan memperoleh prestasi belajar yang baik pula. 2. Lingkungan Sekolah Sekolah tidak hanya terdiri dari gedung saja melainkan juga sarana dan prasarana lain yang menunjang pendidikan. Sekolah merupakan tempat anak didik belajar, mempelajari sejumlah materi pelajaran. Oleh karena itu harus diciptakan lingkungan sekolah yang benar-benar dapat mendukung anak untuk belajar. Menurut Roestiyah 1982:159-161, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa yang datang dari sekolah yaitu : a. Interaksi guru dan murid. Guru yang kurang berinteraksi dengan murid secara intim, menyebabkan proses belajar-mengajar itu kurang lancar. Jika siswa merasa jauh dari guru, maka segan berpartisipasi secara aktif dalam belajar. b. Cara penyajian. Guru yang senior biasa mengajar dengan metode ceramah saja. Siswa menjadi bosan, mengantuk, pasif, dan hanya mencatat saja. Guru yang progresif berani mencoba metode-metode yang baru, yang dapat membantu meningkatkan kegiatan belajar mengajar, dan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. c. Hubungan antara murid. Guru yang kurang mendekati siswa dan kurang bijaksana, maka tidak akan melihat bahwa di dalam kelas ada group yang saling bersaing secara tidak sehat. Jiwa kelas tidak terbina, bahkan hubungan masing- masing individu tidak tampak. d. Standar pelajaran di atas ukuran. Guru berpendidikan untuk mempertahankan wibawanya, perlu memberi pelajaran di atas ukuran standar. Akibatnya anak merasa kurang mampu dan takut kepada guru. Bila banyak siswa yang tidak berhasil dalam mempelajari mata pelajarannya, guru semacam itu merasa senang. Tetapi berdasarkan teori belajar, yang mengingat perkembangan psikis dan kepribadian anak yang berbeda-beda, hal tersebut tidak boleh terjadi. Guru dalam menuntut penguasaan materi harus sesuai dengan kemampuan siswa masing-masing. Yang penting tujuan yang telah dirumuskan dapat tercapai. e. Media pendidikan. Kenyataan saat ini dengan banyaknya jumlah anak yang masuk sekolah, maka memerlukan alat-alat yang membantu lancarnya belajar anak dalam jumlah yang besar pula, seperti buku-buku di perpustakaan, laboratorium atau media-media lain. Kebanyakan sekolah masih kurang dalam memiliki media jumlah maupun kualitetnya. f. Kurikulum. Sistem instruksional sekarang menghendaki proses belajar-mengajar yang mementingkan kebutuhan anak. Guru perlu mendalami siswa dengan baik, harus mempunyai perencanaan yang mendetail, agar dapat melayani anak belajar secara individual. Kurikulum sekarang belum dapat memberikan pedoman perencanaan yang demikian. g. Keadaan Gedung. Dengan jumlah siswa yang luar biasa jumlahnya, keadaan gedung dewasa ini terpaksa kurang, mereka duduk berjejal-jejal di dalam setiap kelas. h. Waktu sekolah. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Akibat meledaknya jumlah anak yang masuk sekolah, dan penambahan gedung sekolah belum seimbang dengan jumlah siswa. Akibat selanjutnya banyak siswa yang terpaksa masuk sekolah di sore hari. Hal mana sebenarnya kurang dapat dipertanggungjawabkan. Dimana anak harus beristirahat, tetapi terpaksa masuk sekolah. Mereka mendengarkan pelajaran sambil mengantuk dan sebagainya. Sebaiknya anak belajar di pagi hari, di mana pikiran masih segar, jasmani dalam kondisi yang baik. i. Pelaksanaan disiplin. Banyak sekolah yang dalam pelaksanaan disiplin kurang, sehingga mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Kurang bertanggung jawab, karena bila tidak melaksanakan tugas, toh tidak ada sangsi. Hal mana dalam proses belajar siswa perlu disiplin, untuk mengembangkan motivasi yang kuat. j. Metode belajar. Banyak siswa melaksanakan cara belajar yang salah. Dalam hal ini perlu pembinaan dari guru. Dengan cara belajar yang tepat akan efektif pula hasil belajar siswa itu. Juga dalam pembagian waktu untuk belajar. Kadang-kadang siswa belajar tidak teratur, atau terus-menerus, karena besok akan ujian. Dengan belajar demikian siswa akan kurang beristirahat, bahkan mungkin dapat jatuh sakit. Maka perlu belajar secara teratur setiap hari, dengan pembagian waktu yang baik, memilih cara belajar yang tepat dan cukup istirahat akan meningkatkan hasil belajar. k. Tugas rumah. Waktu belajar adalah di sekolah, waktu di rumah biarlah digunakan untuk kegiatan-kegiatan lain. Maka diharapkan guru jangan terlalu banyak memberikan tugas yang harus dikerjakan di rumah, sehingga anak tidak mempunyai waktu lagi untuk kegiatan yang lain. 3. Lingkungan Masyarakat Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan dalam lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Siswa merupakan bagian dari warga masyarakat sekitar tempat tinggal. Oleh karena itu siswa dapat menjalin hubungan dengan anggota masyarakat lainnya. Hubungan tersebut terjalin dengan teman sebaya, dengan orang yang lebih tua atau lebih muda . Anak perlu bersosialisasi dengan anak PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI lainnya, tetapi perlu dijaga jangan sampai mendapat teman bergaul yang buruk atau menyimpang. Perbuatan yang kurang baik mudah menular pada orang lain, sehingga perlu dikontrol dengan siapa mereka bergaul. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar siswa berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa menurut Roestiyah, 1982:159-162 adalah sebagai berikut: a. Mass media Keberadaan mass media dan televisi serta banyak bacaan berupa buku- buku, novel, majalah yang kurang dipertanggungjawabkan secara pendidikan. Kadang-kadang anak asyik membaca buku yang bukan buku pelajaran, sehingga anak lupa akan tugas belajarnya. Maka, bacaan perlu diawasi dan diseleksi. Televisi yang banyak menyajikan hiburan yang berupa film-film akan dapat mengakibatkan anak untuk malas belajar dan moral anak akan rusak misalnya adanya adegan kekerasan dan pemerkosaan hal ini yang tidak dapat dipertanggung jawabkan dalam pendidikan. b. Teman bergaul Anak perlu bergaul dengan anak yang lain di lingkungan masyarakat sekitar untuk mengembangkan sosialisasinya. Dalam pergaulan anak perlu dijaga dan dikontrol dengan siapa mereka bergaul sehingga tidak mengganggu kegiatan belajar. c. Kegiatan lain Anak mempunyai kegiatan-kegiatan lain di luar sekolah seperti olah raga, bermain drama. Hal tersebut perlu diawasi sehingga anak tidak lupa untuk belajar. d. Cara hidup lingkungan Cara hidup bertetangga di sekitar rumah dimana anak itu tinggal, besar pengaruhnya pada pertumbuhan anak, misalnya di lingkungan masyarakat memiliki jam belajar secara otomatis anak tersebut akan belajar sesuai dengan jam belajar masyarakat. Siswa banyak menghabiskan waktunya di lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga itu sendiri merupakan bagian dari masyarakat. Dalam anggota masyarakat komunikasi dapat memberi pengaruh yang baik atau PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI yang buruk bagi siswa. Menurut Syah 1995:138 mengatakan bahwa kondisi masyarakat yang berada di lingkungan yang kumuh, serba kekurangan dan terdapat anak-anak yang pengangguran dapat mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Dalam kondisi masyarakat yang demikian jika anak tidak berhati-hati dalam pergaulannya anak dapat melupakan tugas sebagai pelajar. Di lingkungan masyarakat yang anak-anaknya rajin belajar, dapat menjadi daya dorong terhadap siswa lain untuk rajin belajar. Hal demikian ditegaskan oleh Roestiyah 1982:163 yang mengatakan bahwa di lingkungan yang anak-anaknya rajin belajar, kemungkinan besar anak akan terpengaruh untuk rajin belajar tanpa disuruh. Anak akan malu jika mendapat prestasi rendah, jika teman-temannya mendapat prestasi yang tinggi. Oleh karena itu anak akan berusaha untuk bersaing dengan belajar yang rajin agar tidak ketinggalan dengan teman-temannya. Dalam lingkungan masyarakat yang aman, nyaman serta tidak terdapat gangguan yang mempengaruhi proses belajar siswa. Maka, siswa akan dapat belajar dengan optimal. Sehingga prestasi yang diraih oleh siswa dapat meningkat.

C. Prestasi Belajar siswa

1. Belajar Menurut pendapat tradisional, belajar dianggap sebagai pengumpulan sejumlah ilmu saja Nasution, 1984:10 Sedangkan menurut Roestiyah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 1982:149, belajar itu adalah suatu proses di mana guru terutama melihat apa yang terjadi selama siswa menjalani pengalaman edukatif, utnuk mencapai sesuatu tujuan. Menurut Winkel 1991:16, belajar merupakan aktifitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan sikap. Hal ini sejalan dengan pengertian dari Suryabrata, 1984:253 yang menjelaskan bahwa belajar itu membawa perubahan yang pada dasarnya akan memiliki kecakapan atau keterampilan yang baru yang disebabkan oleh usaha disengaja . Dengan demikian unsur-unsur dari belajar tersebut ada hubungan dengan orang lain yaitu pendidik dan juga dari peserta didik untuk saling berhubungan. Seorang anak yang belajar di lingkungan belajar seperti di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat akan memperoleh sesuatu dari hasil belajar yaitu kecakapan atau keterampilan yang baru. Misalnya anak akan dapat berbicara karena adanya bimbingan maupun didikan dari orang tua di dalam lingkungan keluarga. 2. Prestasi Belajar Seseorang di dunia pada dasarnya mempunyai tujuan yang jelas di dalam menjalankan kehidupannya, di antara tujuan yang dicapai tersebut antara lain adalah keinginan untuk berprestasi. Prestasi dalam hal belajar

Dokumen yang terkait

Media Belajar dan Prestasi Belajar (Pengaruh Media Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas III-IPA SMA NEGERI 2 MEDAN)”

0 49 123

Komunikasi Antarpribadi Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa (Studi Kasus tentang Komunikasi Antarpribadi Guru – Siswa terhadap Peningkatan Motivasi Belajar Siswa SMK Negeri 8 Medan)

8 70 93

Persepsi siswa tehadap kepribadian guru hubungannya dengan minat belajar siswa pada mata pelajaran PAI : ( studi kasus di kelas VIII SMPN 3 Bogor )

0 58 118

Hubungan pergaulan lingkungan sekolah dengan prestasi belajar siswa pada pelajaran IPS (studi penelitian di SMP Negeri 6 kota Tangerang Selatan)

0 9 131

Hubungan antara komunikasi orang tua dan siswa dengan prestasi belajar siswa : studi penelitian pada siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Pamulang

0 5 94

Korelasi antara minat belajar dengan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran al-qur’an hadits di Madrasah Tsanawiyah Ta’lim Al-Mubtadi Cipondoh

2 7 91

Hubungan lingkungan belajar siswa dengan prestasi belajar siswa : studi kasus pada siswa Kelas III Santa Maria I, Cirebon.

0 1 155

Hubungan antara motivasi belajar siswa dan lingkungan belajar siswa dengan prestasi belajar akuntansi : studi kasus SMK Kristen 2 Klaten.

0 0 2

HUBUNGAN LINGKUNGAN BELAJAR SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA

0 0 153

HUBUNGAN MINAT BELAJAR SISWA DAN LINGKUNGAN BELAJAR SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA Studi Kasus Pada Siswa Kelas III SMA Negeri 2 Klaten SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Aku

0 0 177