62
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Lokasi Penelitian
Kelurahan Kantin merupakan salah satu kelurahan yang berada di Padangdidimpuan Utara. Kantin merupakan salah satu kelurahan yang berada di
pusat Kota Padangsidimpuan. Daerah ini merupakan salah satu daerah yang strategis untuk dipilih menjadi tempat tinggal karena akses ke daerah lain sangat mudah.
Penduduk Kelurahan Kantin terdiri dari masyarakat yang heterogen baik secara agama, suku ataupun pekerjaan, walaupun dengan persentase yang sukup
signifikan, namun hal tersebut tidak menjadi alasan untuk bertengkar antar warga. Semua itu dijadikan kekayaan budaya dan saling menghormati. Kelurahan Kantin
Lombang merupakan daerah yang aman dan nyaman untuk bermukim. Kebanyakan penduduk di Kelurahan Kantin berumur 36-60 tahun yaitu
30,73, menandakan bahwa kebanyakan penduduk berada pada usia dewasa dan di usia produktif. Usia produktif menandakan bahwa pada kondisi tersebut seseorang
akan bekerja untuk memenuhi kebutuhannya. Di Indonesia yang dimaksud dengan angkatan kerja adalah penduduk yang berumur 15 tahun ke atas yang secara aktif
melakukan kegiatan ekonomis Mantra, 2009. Dari hal tersebut kita dapat menyebutkan bahwa penduduk Kelurahan Kantin rata-rata bekerja.
Dari data yang diperoleh komposisi penduduk terendah adalah 61 tahun yaitu 3,88. Umur 61 tahun merupakan masa lansia yang ditandai dengan terjadinya
penurunan kemampuan. Usia lanjut merupakan tahap akhir siklus kehidupan yang
Universitas Sumatera Utara
63 akan dialami oleh setiap individu. Menurut WHO 1989 dalam Notoatmodjo 2007,
dikatakan usia lanjut tergantung dari konteks kebutuhan yang tidak dipisah-pisahkan, yaitu biologi, sosial dan ekonomi. Jumlah penduduk 61 tahun sedikit mungkin
dikarenakan kesehatan penduduk yang masih rendah.
5.2 Karakteristik Responden Pengguna Air sungai Batang Ayumi
5.2.1 Umur
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia umur adalah lama waktu hidup atau ada sejak dilahirkan atau diadakan. Umur merupakan waktu yang dimiliki manusia
di muka bumi untuk beraktifitas di lingkungannya. Semakin lama dia hidup berarti umurnya semakin tinggi, dan semakin lama dia berinteraksi dengan lingkungannya.
Dari hasil analisis yang dilakukan diketahui bahwa responden lebih banyak berumur 20-30 tahun dan 50-60 tahun yaitu masing-masing 20 orang 31,3.
Berdasarkan Depkes 2009 klasifikasi umur tersebut dapat kita simpulkan bahwa klasifikasi penduduk Kelurahan Kantin Lombang yang dijadikan responden
berada pada masa remaja menuju dewasa awal dan dewasa menuju lansia. Masa remaja terjadi masa transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa, sehingga terjadi
perubahan fisik dan psikologis. Pada masa ini sering terjadi konflik dalam diri yang dapat menyebabkan banyak tinkah laku yang anehcanggung, dan kalau tidak
dikontrol bisa menimbulkan kenakalan. Sementara masa dewasa berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indoneisia merupakan suatu kondisi telah matang baik pikiran,
pandangan dan secara seksual. Masa dewasa biasanya merupakan suatu proses hasil
Universitas Sumatera Utara
64 pengalaman dan proses belajar dari masa anak-anak sampai remaja, sehingga masa
dewasa dapat memberikan gambaran kepada kita bagaimana masa remaja seseorang.
5.2.2 Pendidikan
Dalam penelitian ini pendidikan diklasifikasikan ke dalam kategori tidak sekolah, SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi. Dari data yang didapatkan diketahui
bahwa dari 64 responden, tingkat pendidikan terbanyak adalah SMA yaitu 22 orang 34.4. Namun lebih dari 50 warga masih berpendidikan sampai SMP
Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan Trianto, 2010. Data di atas menunjukkan masih
kurang meratanya pendidikan di masyarakat yang akhirnya tergambar dalam kebudayaan masyarakat nantinya.
Hal ini menjadi salah satu faktor yang diperhatikan karena melalui pendidikan akan diperoleh pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan merupakan sejumlah
pengalaman yang berpengaruh secara menguntungkan terhadap kebiasaan, sikap dan pengetahuan yang ada hubungannya dengan kesehatan perseorangan, masyarakat dan
bangsa Azwar dalam Machfoedz, I dan Eko, 2009. Dengan kata lain dengan pendidikan dapat meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat.
5.2.3 Pekerjaan Pekerjaan adalah profesi bekerja. Bekerja diartikan sebagai melakukan suatu
kegiatan untuk menghasilkan atau membantu menghasilkan barang atau jasa dengan maksud untuk memperoleh penghasilan berupa uang atau barang, dalam kurun waktu
tertentu Mantra, 2009. Dari data yang telah diperoleh diketahui bawa sebagian besar
Universitas Sumatera Utara
65 ibu yang dijadikan responden adalah tidak bekerjaIRT ibu rumah tangga yaitu 29
orang 45,3. Ibu rumah tangga menghabiskan sebagian besar waktunya di rumah untuk
mengurusi rumah tangga tanpa memperoleh gaji tau bayaran. Dipandang dari sisi ketenaga kerjaan ibu rumah tangga dianggap tidak bekerja karena bekerja pasti
mendapatkan upahgaji. Selebihnya responden bekerja sebagai PNS dan wiraswasta berusaha sendiri dan mendapatkan gaji untuk menambah pemasukan dalam
keluarga. Pekerjaan tidak dapat kita jadikan tolak ukur dalam mengukur perilaku
seseorang. Pada dasarnya ibu rumah tangga akan lebih memperhatikan keluarga dan lebih mengenal lingkungannya. Ibu setiap hari melakukan interaksi dengan
lingkungan disekitar rumah dalam jangka waktu yang lebih lama dibandingkan dengan ibu yang bekerja di luar rumah.
5.2.4 Lama Bermukim
Lama bermukim adalah waktu yang dihabiskan untuk bermukim disuatu tempat. Bermukim Pengertian dasar permukiman dalam Undang-Undang No.1 tahun
2011 adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai
penunjang kegiatan fungsi lain dikawasan perkotaan atau kawasan perdesaan. Dari data yang diperoleh, diketahui bahwa pada umumnya warga yang dijadikan
responden sudah bermukim 10 tahun yaitu 24 orang 37,5. Lamanya waktu yang telah dihabiskan responden untuk bertempat tinggal di
bantaran sungai Batang Ayumi paling banyak adalah 10 tahun. Hal ini juga
Universitas Sumatera Utara
66 menunjukkan lamanya waktu yang dihabiskan dan berinteraksi dengan lingkungan
Sungai Batang Ayumi. Perumahan yang dibangun di daerah aliran sungai Batang Ayumi tidak ditertibkan sehingga dapat terbentuk permukiman yang tidak layak dan
tidak serasi dengan alam yang memiliki kecenderungan tumbuh dan berkembang secara sporadis dengan pola yang tidak teratur di sepanjang sungai atau jalan
Mulyana, 2009. Keberadaan lahan permukiman di Daerah Aliran Sungai DAS
mengakibatkan berbagai macam masalah, mulai dari terjadinya banjir, berkurangnya ketersediaan air yang diakibatkan semakin sempitnya lebar sungai hingga terjadinya
pencemaran air yang mengakibatkan penurunan kualitas air sungai, dimana sebagian besar air sungai digunakan untuk menopang kehidupan masyarakat sekitar daerah
aliran sungai. Penurunan kualitas air akan menurunkan dayaguna, hasil guna, produktivitas, daya dukung dan daya tampung dari sumberdaya air yang pada
akhirnya akan menurunkan kekayaan sumberdaya air. Untuk menjaga kualitas air agar tetap pada kondisi alamiahnya, perlu dilakukan pengelolaan dan pengendalian
pencemaran air secara bijaksana.
5.3 Gambaran Pengetahuan, Sikap, Tindakan, Budaya dan Tokoh Masyarakat
5.3.1 Gambaran Pengetahuan Kelurahan Kantin
Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya mata, hidung, telinga dan
sebagainya Notoatmodjo, 2005. Data yang diperoleh pengetahuan 64 ibu yang
Universitas Sumatera Utara
67 dijadikan responden diketahui bahwa pada umumnya responden berpengetahuan
buruk yaitu 42 orang dengan persentase 65.6. Sesuai dengan tingkat pengetahuan yang diutarakan Notoatmodjo 2005,
dalam penelitian ini pengetahuan baik adalah suatu kondisi dimana pengetahuan telah melalui 6 tingkatan yaitu tahu. Responden telah memiliki memori tentang hal-hal
yang dapat mengurangi kualitas air sungai. Tingakatan berikutnya adalah sudah memahami sudah dapat menginterpretaseikannya secara benar tentang hal yang
dapat mengurangi kualitas air sungai, aplikasi responden telah memahami hal yang dapat mengurangi kualitas air sungai dan dapat menggunakan atau mengaplikasikan
yang diketahuinya tersebut pada situasinya, analisis kemampuan responden untuk menghubungkan hal-hal yang dilakukannya dengan kualitas air sungai, sintesis
kemampuan responden untuk menghubungkan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas air sungai secara logis, evaluasi kemampuan responden untuk menilai baik
atau buruknya kualitas air sungai. Masyarakat di tepi Sungai Batang Ayumi pada umumnya masih kurang
pengetahuannya, hal ini mungkin dikarenakan pendidikan yang masih rendah dan kurangnya informasi yang disampaikan kepada warga. Untuk mendapatkan
pengetahuan yang baik akan melalui proses belajar. Belajar akan memberikan pengetahuan sehubungan dengan kualitas air sungai sehingga kualitas Sungai Batang
Ayumi dapat dijaga kelestariannya.
Universitas Sumatera Utara
68
5.3.2 Gambaran Sikap Responden Kelurahan Kantin
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari 64 ibu yang dijadikan responden diketahui bahwa pada umumnya responden bersikap buruk 41 orang dengan
persentase 64,1. Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan
merupakan pelaksanaan motif tertentu, dengan kata lain sikap belum merupakan tindakan reaksi terbuka atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku
atau reaksi tertutup Newcomb dalam Notoatmodjo, 2005. Dari 64 reponden 64,1 mempunyai sikap yang buruk dan dapat diartikan bahwa responden tersebut belum
memiliki kesediaan atau kesediaan untuk bertindak walupun dia telah memiliki pengetahuan tentang kualitas air sungai dan faktor-faktor yang berkaitan dengan hal
tersebut. Sikap tidak dapat kita lihat secara langsung, namun biasanya orang yang
berpengetahuan baik memiliki sikap yang baik pula. Hasil analisis yang dilakukan diketahui pengetahuan warga buruk. Hal memungkinkan warga mempunyai sikap
yang buruk pula.
5.3.3 Gambaran Tindakan Responden Kelurahan Kantin
Tindakan adalah wujud dari sikap. Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab untuk mewujudkan tindakan perlu faktor lain, yaitu adanya fasiitas
atau sarana dan prasarana Notoatmodjo, 2005. Berdasarkan data yang diperoleh dari 64 ibu yang dijadikan responden pada umumnya mempunyai tindakan yang dinilai
buruk 41 orang dengan persentase 64,1.
Universitas Sumatera Utara
69 Sebagian besar penduduk masih dalam zona yang mempunyai tindakan buruk.
Hal ini merupakan perwujudan dari tidak meningkatnya sikap manjadi tindakan atau dari dasar memang belum dimiliki sikap atau pengetahuan yang baik tentang hal-hal
yang berkaitan dengan kualitas air sungai. Tindakan tidak terwujud bisa saja karena kurangnya dukungan misalnya, penyuluhan atau pendidikan yang memberikan
informasi tentang kualitas air sungai atau kurangnya kesadaran untuk peduli lingkungan.
5.3.4 Gambaran Perilaku Responden Kelurahan Kantin
Berdasarkan analisis yang dilakukan didapatkan gambaran bahwa penduduk Kelurahan Kantin pada umumnya berperilaku buruk yaitu 41 orang dengan
persentase 64,1. Skinner 1938 dalam Notoatmodjo 2010 merumuskan bahwa perilkau merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus rangsangan dari
luar, dengan demikian perilaku manusia terjadi melalui proses stimulus →organisme
→respons. Hasil wawancara yang dilakukan menunjukkan bahwa warga Kantin pada
umumnya berperilaku buruk. Perilaku yang buruk tentunya akan memberi dampak yang buruk pula dengan lingkungan. Hal ini memberikan gambaran kepada kita
bahwa perilaku ini akan menjadi salah satu sebab dari penurunan kualitas air Sungai Batang Ayumi. Untuk mengubah perilaku menjadi baik dan memberi efek positif
terhadap dilingkungan harus melalui proses yang panjang, yaitu dengan meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan warga dan pada akhirnya kualitas air
sungai dapat terjaga dan kembali sesuai dengan peruntukannya.
Universitas Sumatera Utara
70
5.3.5 Gambaran Budaya Responden Kelurahan Kantin
Budaya adalah buah budi atau hasil karya budi manusia. Sementara kebudayaan didefinisikan sebagai keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil
karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan cara belajar Koentjaraningrat, 2003. Dari 64 ibu yang dijadikan responden
diketahui bahwa pada umumnya responden mempunyai budaya yang dinilai tidak sesuai yaitu 48 orang dengan persentase 75,0.
Sesuai diasumsikan bahwa hasil karyatindakan responden dalam kelompok memberikan dampak positif terhadap lingkungan. Dari pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan diketahui bahwa 75 jawaban responden memberi arti negatif terhadap kualitas air sunga Batang Ayumi. Budaya sangat melekat dengan masyarakat,
diharapkan pihak terkait dapat menjaga kualitas air sungai melalui pendekatan budaya.
5.3.6 Gambaran Penilai Responden terhadap TOMA Kelurahan Kantin
Tokoh masyarakat memiliki peran penting di masyarakat yang dianggap sebagai pemimpin di masyarakat. Tokoh masyarakat yang dimaksud dalam penelitian
ini adalah pemimpin informal, yaitu kepemimpinan yang timbul dari adanya unsur kekayaan, pendidikan, keagamaan ataupun keturunan Sumintarsih, 1992. Dari 64
ibu yang dijadikan responden diketahui bahwa penilaian responden terhadap peran TOMA pada umumnya warga menganggap TOMA pasif yaitu 42 orang dengan
persentase 65,6. Data tersebut menjelaskan kepada kita bahwa responden menganggap bahwa
tokoh masyarakat sebagai pemimpin belum memberikan andil dalam menjaga
Universitas Sumatera Utara
71 kualitas air sungai Batang Ayumi. Untuk itu salah satu cara yang dapat digunakan
untuk menjaga kualitas air Sungai dengan melibatkan tokoh masyarakat yang dianggap aktif di lingkungan masyarakat.
5.4 Gambaran Hasil Analisis Kualitas Air Sungai Batang Ayumi
Dari pemeriksaan yang dilakukan diketahui bahwa perbandingan hasil analisis kualitas air sungai bagian hulu dan hilir adalah untuk parameter BOD meningkat,
COD meningkat, DO menurun, Detergen meningkat, TSS total Suspended Solid meningkat, Total Coliform dan Colifecal meningkat. Pemeriksaan tersebut
menyimpulkan bahwa kualitas air sungai Batang Ayumi mengalami penurunan kualitasnya. Adapun penjelasan diutarakan sebagai berikut:
5.4.1 Parameter Kimia 1. BOD
Menurut PP No.82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran, Biochemical Oxygen Demand BOD ini melebihi nilai
baku mutu. Hal ini diketahui dari hasil pemeriksaan BOD
5.
Dari pemeriksaan kualitas air sungai yang dilakukan di daerah hulu diketahui BOD rata-rata adalah
15,69 mgl, sedangkan untuk daerah hilir diketahui bahwa BOD rata-rata adalah 21,12mgl.
Hasil ini diketahui dengan melakukan pemeriksaan BOD
5,
yaitu diawali dengan pemeriksaan BOD harus bebas dari udara bebas. Kosentrasi sampel tersebut
juga harus berada pada suatu tingkat pencemaran tertentu, hal ini untuk menjaga supaya oksigen terlarut selalu ada selama pemeriksaan. Hal ini penting karena
Universitas Sumatera Utara
72 kelarutan oksigen dalam air terbatas dan hanya berkisar ± 9 ppm pada suhu 20ºC.
Penguraian bahan organik secara biologis di alam, melibatkan bermacam-macam organisme dan menyangkut reaksi oksidasi dengan hasil akhir karbon dioksida CO
2
dan air H
2
O. Pemeriksaan BOD tersebut dianggap sebagai suatu prosedur oksidasi dimana organisme hidup bertindak sebagai medium untuk menguraikan bahan
organik menjadi CO
2
dan H
2
O. Reaksi oksidasi selama pemeriksaan BOD merupakan hasil dari aktifitas biologis dengan kecepatan reaksi yang berlangsung sangat
dipengaruhi oleh jumlah populasi dan suhu. Karena selama pemeriksaan BOD, suhu harus diusahakan konstan pada 20ºC yang merupakan suhu umum di alam Putra,
2010. Biochemical Oxygen Demand BOD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan
oleh mikroorganisme di dalam air lingkungan untuk memecah mendegradasi bahan buangan organik yang ada di dalam air lingkungan tersebut. Sebenarnya peristiwa
penguraian bahan buangan organik melalui proses oksidasi oleh mikroorganisme di dalam air lingkungan adalah proses alamiah yang mudah terjadi apabila air
lingkungan mengandung oksigen yang cukup Wardhana, 2005. Peningkatan nilai BOD mengindikasikan semakin bertambahnya oksigen
yang dibutuhkan bakteri untuk menguraikan zat-zat organik dalam air. Hal ini diasumsikan berarti di dalam sungai Batang Ayumi banyak zat orgnik yang pada
salah satunya berasal dari sampah rumah tangga. Adapun jenis buangan tersebut antara lain sampah sayur-sayuran, sisa minyak rumah tangga, dan sisa makanan.
Semakin tingginya komposisi sampah rumah tangga dalam air akan menambah semakin beratnya pekerjaan bakteri untuk menguraikannya dan akan meningkatkan
Universitas Sumatera Utara
73 kebutuhan oksigen oleh bakteri dalam proses penguraian yang mengakibatkan
berkurangnya kadar oksigen dalam air sungai Batang Ayumi.
2. Parameter COD
Menurut PP No.82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran, Chemical Oxygen Demand BOD ini melebihi nilai baku
mutu. Dari pemeriksaan kualitas air sungai yang dilakukan di daerah hulu diketahui COD rata-rata 26,80 mgl, sedangkan untuk daerah hilir diketahui bahwa COD rata-
rata 38,50 mgl. COD menggambarkan jumlah total oksigen yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi bahan organik secara kimiawi, baik yang dapat didegradasi secara biologis Biodegradable maupun yang sukar didegradasi secara bioligis menjadi
CO
2
dan H
2
O. pada prosedur penentuan COD, oksigen yang dikonsumsi setara dengan jumlah dikromat yang diperlukan untuk mengoksidasi air sampel Boyd,
dalam Effendi, 2003. Peningkatan kadar COD merupakan salah satu indikator yang penurunan
kualitas air sungai. Semakin tinggi nilai COD maka semakin rendah kualitas air sungai. Hal ini dikarenakan semakin banyak sampah organik yang ada di dalam air
sungai maka semakin tinggi oksigen yang dibutuhkan untuk menguraikan sampah tersebut sehingga oksigen dalam air sungai akan berkurang. Setelah dilakukan
analisis COD dengan menggunakan kalium dikromat maka akan diketahui kadar COD tinggi.
Universitas Sumatera Utara
74
5.4.2 Paramter Fisika TSS
Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan maka diketahui bahwa kadar TSS rata-rata di daerah hulu adalah 11 mgl dan didaerah hilir diketahui TSS total
Suspended Solid rata-rata 14,67 mgl. TSS merupakan salah satu parameter dari kualitas air. TSS air sungai Batang Ayumi dalam kondisi ini masih dalam keadaan
normal. Padatan tersuspensi adalah padatan yang menyebabkan kekeruhan air, tidak
terlarut, dan tidak dapat mengendap langsung. Padatan tersuspensi terdiri dari partikel-partikel yang ukuran maupun beratnya lebih kecil daripada sedimen,
misalnya tanah liat, bahan-bahan organik tertentu, sel-sel mikroorganisme, dan sebagainya Fardiaz, 1992.
Bahan buangan padat yang tersuspensi dalam air dapat menyebabkan naiknya kepekatanberat jenis air. Adakalanya hal ini menyebabkan perubahan warna air,
sehingga dapat mengurangi penetrasi sinar matahari ke dalam air. Akibatnya, proses fotositesis tanaman dalam air menjadi terganggu. Jumlah oksigen dalam air
berkurang. Hal ini berakibat pula terhadap kehidupan organisme yang hidup dalam air Wardhana, 2005.
Seperti yang sudah diutarakan sebelumnya, limbah rumah tangga merupakan salah satu sumber sampah organik yang dibuang warga ke badan air. Sungai Batang
Ayumi yang di bantaran sungainya dihuni oleh warga menjadi sasaran pembuangan sampah organik yang menyebabkan adanya endapan tersuspensi di dalamnya. Namun
demikian endapan ini belum mencemaskan namun berpotensi akan meningkat jika tidak dilakukan tindakan pelestarian air sungai.
Universitas Sumatera Utara
75
5.4.3 Parameter Mikrobiologi 1. Parameter Total Coliform
Mikroorganisme yang terdapat dalam air berasal dari berbagai sumber seperti udara, tanah, sampah, lumpur, tanaman hidup atau mati, hewan hidup atau mati
bangkai, kotoran manusia atau hewan, bahan organik lainnya, dan sebagainya. Mikroorganisme tersebut mungkin tahan lama hidup dalam air, atau tidak tahan hidup
dalam air karena lingkungan hidupnya tidak cocok Fardiaz, 1992. Coliform terdapat dalam air permukaan atau badan-badan air yang mengalami
kontaminasi dengan tinja. Hadirnya indikator bakteri ini memberikan kesimpulan bahwa sesungguhnya air telah mengalami kontaminasi secara biologis Slamet, 2007
Berdasarkan hasil pemeriksaan kualitas air sungai yang dilakukan di daerah hulu diketahui Total Coliform rata-rata 23,33 jml100 ml, sedangkan untuk daerah
hilir diketahui Total Coliform rata-rata 40,33 Jml100 ml. Total Coliform merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui jumlah total bakteri golongan
coliform yang terdapat dalam sungai. Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan sungai Batang Ayumi belum
melebihi baku mutu sesuai dengan PP No 82 tahun 2001. Walaupun demikian kita harus tetap menjaga kelestarian air sungai Batang Ayumi sebagai salah satu sumber
air yang masih digunakan oleh warga masyarakat sekitarnya.
2. Parameter Colifecal
Pemeriksaan colifecal adalah pemeriksaan mikrobiologi yang digunakan untuk mengetahui banyak Escherichia coli yang terkandung dalam air sungai. Dari
hasil pemeriksaan yang dilakukan diketahui bahwa colifecal yang terkandung dalam
Universitas Sumatera Utara
76 air Sungai Batang Ayumi di daerah hulu colifecal rata-rata 12,17 jml100 ml
sedangkan untuk daerah hilir colifecal rata-rata 19 jml100 ml. Escherichia coli
adalah bakteri yang termasuk dalam family Enterobacteriaceae, bersifat gram negative, berbentuk batang dan tidak membentuk
spora. Escherichia coli salah satu bakteri yang tergolong dalam coliform dan hidup secara normal di dalam kotoran manusia maupun hewan, oleh karena itu disebut juga
Koliform fecal Fardiaz, 1992. Dari penjelasn tersebut dapat kita simpulkan bahwa pemeriksaan mikrobiologi
colifecal dilakukan mengetahui indikasi adanya tinja yang terlarut dalam air sungai. Hal ini dikarenakan tinja yang berasal dari manusia atau hewan mengandung flora
Escherichia coli yang dibuang ke dalam air sungai Batang Ayumi walaupun belum melebihi nilai ambang sesuai dengan PP No 82 tahun 2001 namun menurut
Direktorat Pengawasan Makanan dan Minuman, Departemen Kesehatan Republik Indonesia air yang dikonsumsi sebagai air minu tidak boleh mengandung bakteri
golongan coli dalam 100 ml contoh yang dianalisis.
5.5 Gambaran Hasil Observasi Sanitasi Dasar
Observasi yang dilakukan terhadap 64 penduduk yang bermukim tepat di tepi aliran sungai Batang Ayumi maka diketahui rumah penduduk masih dalam keadaan
belum memenuhi seluruh kriteria memenuhi kriteria sanitasi dasar.
Universitas Sumatera Utara
77
5.5.1 Gambaran Kepemilikan Sarana Air Bersih
Dari observasi yang dilakukan diketahui pada sebagian besar warga mempunyai sarana air bersih, bukan milik sendiri, berbau, berwarna, 23 orang 35,
9. Air sangat penting bagi kehidupan manusia. Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks. Manusia akan lebih cepat meninggal karena kekurangan air daripada
kekurangan makanan. Dalam tubuh manusia itu sendiri sebagian besar terdiri dari air Notoatmodjo, 2007.
Menurut Permenkes No 416 tahun 1990, air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat
diminum apabila telah dimasak. Dari hasil observasi yang dilakukan masyarakat menggunakan air sungai sebagai sumber air bersih. Berdasarkan hasil pemeriksaan
yang dilakukan total coliform yang seharusnya 0 dalam 100 ml air yang diperiksa sementara hasil pemeriksaan adalah di hulu diketahui Total Coliform rata-rata 23.33
jml100 ml, sedangkan untuk daerah hilir diketahui Total Coliform rata-rata 40,33 Jml100 ml.
5.6.2 Gambaran Kepemilikan Jamban
Hasil observasi yang dilakukan dari 64 rumah ibu yang dijadikan responden diketahui kondisi jamban terbanyak adalah tidak ada yaitu 31 rumah 48,4. Jamban
merupakan sebutan untuk tempat yang dibuat khusus untuk pembuangan kotoran manusia yang sering disebut tinja Notoatmodjo, 2007. Tinja adalah buangan yang
dikeluarkan dari tubuh manusia melalui anus sebagai sisa dari proses pencernaan makanan disepanjang sistem saluran pencernaan Soeparmin dan Soeparman, 2001.
Universitas Sumatera Utara
78 Jamban sangat perlu diperhatikan, karena tinja merupakan sumber penyakit
yang multikompleks. Air yang tercemar oleh tinja jika dikonsumsi dapat menyebabkan tifus, kolera, bermacam-macam cacing gelang, kremi, tambang, pita,
schistomisasis dan sebagainya Notoatmodjo, 2007. Jamban yang tidak dikelola dengan baik dapat mencemari air sungai.
Ditegaskan dengan terjadinya pendingkatan total coliform dan colifecal di hilir. Jika hal ini terus berlangsung di khawatirkan dapat mmenyebabkan penyakit yang
disebabkan water born disease. Oleh karena itu kepemilikan jamban harus diperhatikan.
5.6.3 Gambaran Kepemilikan Sarana Pembuangan Air Limbah SPAL
Berdasarkan oservasi yang dilakukan dari 64 rumah yang diobservasi kondisi SPAL pada umumnya adalah memiliki SPAL, dialirkan ke selokan terbukake sungai
yaitu 35 rumah dengan presentase 54,7. Pembuangan limbah cair langsung ke sungai meningkatkan kerja bakteri pengurai sehingga nilai BOD dan COD semakin
tinggi dan DO berkurang. Saluran pembuangan air limbah SPAL merupakan saluran yang dibuat untuk
mengalirkan air limbah yang berasal dari suatu tempat tinggal. Air limbah merupakan gabungan dari air dan bahan-bahan suspense yang terbuang dari sumber domestik
perkantoran, perumahan, perdagangan, sumber indusstri, dan pada saat tertentu tercampur dengan air tanah, air hujan, atau air permukaan Soeparmin dan
Soeparman, 2001. Pada penelitian ini yang diobservasi adalah SPAL dari limbah cair domestik.
Limbah cair domestic merupakan hasil buangan dari perkantoran, perumahan,
Universitas Sumatera Utara
79 perdagangan. Pembuangan limbah cair secara langsung ke badan air dapat
menimbulkan masalah kesehatan dan lingkungan yaitu: 1. Menjadi transmisi atau media penyebaran berbagai penyakit terutama:
kolera, tifus abdominalis, disentri baciller 2. Menimbulkan bau yang tidak sedap
3. Merupakan sumber pencemaran air permukaan, tanah dan lingkungan hidup lainnya
4. Mengurangi produktifitas manusia, karena dapat mengurangi kenyamanan.
5.6.4 Gambaran Sarana Pembuangan Sampah
Berdasarkan observasi yang dilakukan dari 64 rumah yang diobservasi kondisi pembuangan sampah responden kelurahan Kantin pada umumnya yaitu 28
rumah tidak ada sarana pembuangan sampah dengan persentase 43,8. Kebanyak dari mereka membuang sampah langsung ke sungai, sehingga meningkatkan kerja
badan air. Hal ini menyebabkan peningkatan kebutuhan oksigen yang dibutuhkan bakteri pengurai untuk menguraikan sampah. Ditegaskan dengan terjadinya
peningkatan BOD, COD, dan penurunan DO. Sampah ini juga akan membentuk suspense di air yang akhirnya tejadi peningkatan TSS air Sungai Batang Ayumi.
Dari observasi yang dilakukan masyarakat banyak membuang sampah langsung ke sungai. Mereka tidak memperdulikan kualitas air, keindahan maupun
banjir yang bisa saja terjadi. Namun demikian sudah ada masyarakat yang mengumpulkan sampahnya dengan mengikat dalam pelastik kemudian
Universitas Sumatera Utara
80 membuangnya ke dalam tempat pembuangan sampah yang sudah disediakan
pemerintah. Menurut definisi World Health Organization WHO sampah adalah sesuatu
yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya Chandra, 2006.
Pengelolaan sampah yang tidak benar memberikan dampak terhadap kesehatan maupun lingkungan. Menurut Chandra 2006, pengaruhnya antara lain:
a. Pengaruh terhadap kesehatan 1. Pengolahan sampah yang kurang baik akan menjadikan sampah sebagai
tempat perkembangbiakan sektor penyakit seperti lalat atau tikus 2. Insidensi penyakit Demam Berdarah dengue akan meningkat karena
vector penyakit hidup dan berkembang biak dalam sampah kaleng maupun ban bekas yang berisi air hujan
3. Terjadinya kecelakaan akibat pembuangan sampah secara sembarangan misalnya luka akibat benda tajam seperti besi, kaca dan sebagainya
4. Gangguan psikosomatis, misalnya sesak nafas, insomnia, stress dan lain- lain.
b. Pengaruh terhadap lingkungan 1. Estetika lingkungan menjadi kurang sedap dipandang mata
2. Proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme akan menghasilkan gas- gas tertentu yang menimbulkan bau busuk
3. Pembakaran sampah dapat menimbulkan pencemaran udara dan bahaya kebakaran yang lebih luas
Universitas Sumatera Utara
81 4. Pembuangan sampah ke dalam saluran pembuangan air akan
menyebabkan aliran air terganggu dan saluran air akan menjadi dangkal 5. Apabila musim hujan datang, sampah yang menumpuk dapat
menyebabkan banjir dan mengakibatkan pencemaran pada sumber air permukaan atau sumur dangkal
6. Air banjir dapat mengakibatkan kerusakan pada fasilitas masyarakat seperti jalan, jembatan dan saluran air.
5.6 Hubungan Perilaku, Budaya dan Penilaian terhadap Tokoh Masyarakat dengan Parameter Kimia, Fisika dan Mikrobiologi Air Sungai Batang
Ayumi
Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara variable dilakukan pengujian dengan menggunakan software SPPSS dengan uji Fishers Exact Test, yaitu
jika p 0,05 maka disimpulkan terdapat hubungan antara variable Dahlan, 2013.
Adapun pejnelasannya seperti berikut:
5.6.1 Hubungan Perilaku dengan Parameter Kimia, Fisika dan Mikrobiologi Air Sungai Batang Ayumi
Berdasarkan hasil pemeriksaan dan analisis yang dilakukan terhadap perilaku
dengan parameter kimia BOD, COD, DO, Detergen, fisika TSS dan mikrobiologi Total Coliform dan Colifecal maka diketahui bahwa terdapat hubungan antara
kedua variable dengan hasil uji Fishers Exact Test nilai p = 0,003 p 0,05. Dari aspek biologis perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme
atau makhluk hidup yang bersangkutan Notoatmodjo, 2010. Kualitas air sungai
Universitas Sumatera Utara
82 dapat diukur salah satunya dengan parameter kimia. Responden yang tinggal didaerah
aliran sungai Batang Ayumi tentunya melakukan kegiatan yang dapat menyebabkan penurunan kualitas parameter kimia air, seperti membuang sampah organik rumah
tangga, hal ini dapat mempengaruhi kualitas air sungai. Perilaku tentunya dipengaruhi oleh stimulus atau rangsangan dari luar Skiner
dalam Notoatmodjo, 2010. Stimulus tersebut antara lain pemberian informasi sepert dengan penyuluhan, pendidikan formal, dan pendekatan yang dilakukan pemerintah
atau tokoh masyarakat. Warga yang sudah mengetahui dan mau memahami belum tentu mewujudkannya menjadi sebuah tindakan. Oleh karena itu, perlu kerjasama
antar pihak-pihak yang terkait.
5.6.2 Hubungan Budaya dengan Parameter Kimia, Fisika dan Mikrobiologi Air Sungai Batang Ayumi
Berdasarkan hasil pemeriksaan dan analisis yang dilakukan terhadap budaya dengan parameter kimia BOD, COD, DO, Detergen, fisika TSS dan mikrobiologi
Total Coliform dan Colifecal maka diketahui bahwa terdapat hubungan antara kedua variable dengan hasil uji Fishers Exact Test nilai p = 0,016 p 0,05.
Seperti yang telah diutarakan di atas bahwa kebudayaan didefinisikan sebagai keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka
kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan cara belajar Koentjaraningrat, 2003. Masyarakat daerah aliran sungai Batang Ayumi memiliki
kebudayaan terkait dengan penggunaan air sungai, masyarakat memanfaatkan sungai tanpa memperhatikan kelestariannya. Tindakan dan kegiatan yang dilaksanakan di
sungai membuat kualitas air sungai berubah dari peruntukannya.
Universitas Sumatera Utara
83 Budaya merupakan salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku
seseorang Notoatmodjo, 2010. Budaya merupakan kebiasaan suatu kelompok masyarakat tertentu yang sulit untuk diubah. Budaya yang tidak sesuai tentunya akan
lebih memberi pengaruh buruk kepada masyarakat khusus ditepi sungai Batang Ayumi berkaitang dengan kualitas air sungai.
Masyarakat bantaran sungai mempunyai budaya yang menganggap sungai merupakan sarana tempat pembuangan sampah. Hal ini memberikan pengaruh buruk
terhadap kualitas air sungai. Sudah ada masyarakat yang sadar akan hal tersebut namun terkadang tindakan mereka masih ikut berperan menyumbangkan pencemaran
walaupun tidak dengan membuang sampah tetapi membaung limbah cair domestic dan pembuangan tinja ke sungai.
5.6.3 Hubungan Penilaian terhadap TOMA dengan Parameter Kimia, Fisika dan Mikrobiologi Air Sungai Batang Ayumi
Berdasarkan hasil pemeriksaan dan analisis yang dilakukan pada penilaian
terhadap TOMA dengan parameter kimia BOD, COD, DO, Detergen, fisika TSS
dan mikrobiologi Total Coliform dan Colifecal maka diketahui bahwa terdapat hubungan antara kedua variable dengan hasil uji Fishers Exact Test nilai p = 0,002 p
0,05. TOMA sebagai seseorang yang dihormati dan berpengaruh di masyarakat.
TOMA seharusnya ikut aktif untuk memberikan arahan dan informasi kepada masyarakat guna kelestarian kualitas air sungai Batang Ayumi. Masyarakat akan
lebih mengikuti dan menuruti arahan yang diberi oleh tokoh masyarakatnya karena masyarakat merupakan sosok yang dianggap dekat dan menaunginya.
Universitas Sumatera Utara
84 TOMA dapat memberikan arahan dan motivasi kepada responden untuk
menjaga kualitas air sungai. Motivasi tersebut akan membentuk keinginan dalam diri seseorang untuk melakukan tindakan, tingkah laku atau perilaku untu menjaga
kelestarian sungai. Responden dalam penelitian ini rata-rata menganggap TOMA kurang aktif dalam melaksanakan perannya di masyarakat untuk menjaga kelestarian
sungai.
Universitas Sumatera Utara
85
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Pada umumnya perilaku pengetahuan, sikap, tindakan, dikategorikan buruk; budaya warga tidak sesuai, dan peran tokoh masyarakat dianggap pasif.
2. Umur responden pada umumnya 20-30 tahun dan 50-60 tahun dengan tingkat pendidikan terbanyak adalah SMA, tidak bekerjaIRT ibu rumah tangga dan
sudah bermukim 10 tahun. 3. Hasil pemeriksaan, kualitas air Sungai Batang Ayumi di hulu dan hilir
mengalami penurunan kualitas. 4. Ada hubungan antara perilaku, budaya dan penilai warga terhadap peran
TOMA dengan kualitas air sungai Batang Ayumi parameter kimia, fisika dan mikrobiologi.
6.2 Saran