Saran Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kualitas Air Sungai Batang Ayumi Kelurahan Kantin Kecamatan Padangsidimpuan Utara Kota Padangsidimpuan Tahun 2013

85 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Pada umumnya perilaku pengetahuan, sikap, tindakan, dikategorikan buruk; budaya warga tidak sesuai, dan peran tokoh masyarakat dianggap pasif. 2. Umur responden pada umumnya 20-30 tahun dan 50-60 tahun dengan tingkat pendidikan terbanyak adalah SMA, tidak bekerjaIRT ibu rumah tangga dan sudah bermukim 10 tahun. 3. Hasil pemeriksaan, kualitas air Sungai Batang Ayumi di hulu dan hilir mengalami penurunan kualitas. 4. Ada hubungan antara perilaku, budaya dan penilai warga terhadap peran TOMA dengan kualitas air sungai Batang Ayumi parameter kimia, fisika dan mikrobiologi.

6.2 Saran

1. Memberikan penyuluhan dan informasi berhubungan dengan kualitas air sungai oleh lembaga terkait bekerjasama dengan TOMA kepada masyarakat. 2. TOMA sebagai panutan yang dipercaya dimasyarakat lebih aktif untuk mengajak dan bekerjasama dengan masyarakat untuk menjaga kualitas air sungai Batang Ayumi. 3. Warga bersama-sama menjaga kualitas air Sungai Batang Ayumi. Universitas Sumatera Utara 86 DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Asdak, C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Badan Pusat Statistik. 2000. Penduduk Menurut Kelompok Umur. http:www.bps.go.idsectorpopulationPop_indo.htm [Diakses 10 Meret 2013]. Bahri, S. 2011. Kantor LH Sidimpuan Teliti Air Sungai. http:www.medanbisnisdaily.comnew [Diakses: 15 Januari 2013 Balai Lingkungan Keairan. 2004. Status Mutu Air Sungai Studi Kasus Sungai Citarum. Bandung. Benedict, R. 1980. Patterns of Culture. Boston: Houghton Mifflin Co Chandra, B. 2007. Pengantar kesehatan lingkungan. Jakarta: EGC. Darmono. 2010. Lingkungan Hidup dan Pencemaran. Jakarta: UI Press Depkes RI. 1992. Tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air. Jakarta Depkes RI. 2009. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Penerbit Kanisisus. Fardiaz. S, 1992. Polusi Air dan Udara. Yogyakarta: Penerbit Kanius. Gayo, Y. 1994. Perbaikan dan Pengaturan Sungai. Jakarta: PT Pradnya Paramita. Hanum, F. 2002. Proses Pengolahan Air Sungai Untuk Keperluan Air Minum. Medan: USU digital library. Harini. 2007. Air Bersih Yang Dilupakan. http:www.buletincf.com [Diakses 14 Januari 2013]. Harris, Marvin. 1988.Culture, People, Nature; An Introduction to General Anthropology . New York: Harper and Row Publishers. Universitas Sumatera Utara 87 Howard, G dan Jamie B. 2003. Domestic Water Quantity, Service Level and Health . http:www.who.intwater_sanitation_health [Diakses 4 Februari 2013]. Iskandar, B.Y. 2003. Tantangan Pemerintah dalam Pengelolaan Sumderdaya Air yang berkelanjutan, disampaikan dalam forum Seminar Peran Budaya Lokal Dalam Menunjang Sumberdaya Air yang Berkelanjutan. Jakarta. Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI. 2001. Edisi Ketiga. Jakarta: Penerbit Balai Pustaka Kasjono, H dan Yasril. 2009. Teknik Sampling Untuk penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Kementerian Lingkungan Hidup. 2012. Kualitas Lingkungan Hidup. http:www.menlh.go.id [Diakses 12 Januari 2013]. Kementerian Lingkungan Hidup. 2012. Pemantauan Kualitas Air Sungai 33 Provinsi Dana Dekonsentrasi 2011 . Jakarta. Kementerian Lingkungan Hidup. 2003. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 112 Tahun 2003 Tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik. www.menlh.go.id [Diakses 15 Januari 2013]. Koentjaraningrat. 2003. Pengantar Antropologi. Jilid 1, cetakan kedua. Jakarta: Rineka Cipta Kristanto, P. 2002. Ekologi Industri. Yogyakarta: Penerbit ANDI. Kusnoputranto, H. 1986. Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Penerbit Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Mackinnon, K. dkk. 2000. Ekologi Kalimantan. Jakarta: Prenhallindo. Machfoedz, I dan Eko. 2009. Pendidikan Bagian dari Promosi Kesehatan. Yogyakarta: Fitramaya Mantra, I. B. 2009. Demografi Umum. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Martua, A. 2011. Sungai Batang Ayumi di Kota Padang Sidempuan: Pelestariannya Mulai dari Pemecahan Masalah Sanitasi . http:waspadamedan.com [Diakses: 15 Januari 2013]. Universitas Sumatera Utara 88 Mulyana, R. 2009. Konsep Permukiman Sehat dan Berwawasan Lingkungan di Daerah Aliran Sungai Deli, Provinsi Jawa Barat . Disertasi Sekolah Pascasarjana IPB. Notoatmodjo, S. 2003. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. ___________. 2005. Metodologi penelitian Kesehatan. Edisi ke- 3. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, ___________ . 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, ___________. 2010. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, Palupi, W. 2006. Bahaya Bahan Kimia pada Kesehatan dan Lingkungan. Jakarta: EGC. Peraturan Menteri Kesehatan No 416 tahun 1990 Tentang Air Bersih. Jakarta Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air . Jakarta Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 tahun 2011 Tentang Sungai. Jakarta. Raharja, K. 2012. Pencemaran Sungai di Indonesia Meningkat. http:www.republika.co.id [Diakses 15 Januari 2013]. Ramdhani, N. 2009. Sikap dan Beberapa Pendekatan dalam Memahaminya. http:neila.staff.ugm.ac.id [Diakses : 5 Mei 2010]. Slamet. 2007. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Status Lingkungan Hidup SLHI. 2004. Status Mutu Air Sungai. Balai Lingkungan Keairan. http:www.pusair-pu.go.idartikelketiga.pdf [Diakses: 30 Januari 2013]. Sunu, P. 2001. Melindungi lengkungan dengan menerapkan ISO 14001. Jakarta: Grasindo. Sumintarsih, et el. 1992. Sistem Kepemimpinan di dalam Masyarakat Pedesaan Daerah Istimewa Yogyakarta . Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Supardi. 2003. Lingkungan Hidup dan Kelestariannya. Bandung: PT ALUMNI. Universitas Sumatera Utara 89 Soeparman dan Soeparmin. 2001. Pembuangan Tinja dan Limbah Cair. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Suriawiria C.T. 1991. Teknologi penyediaan Air Bersih. Jakarta: P.T. Rineka Cipta. Suryanto. 2012. Kualitas Air Medan Utara Buruk. http:www.antaranews.com [Diakses 15 Januari 2013]. Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kharisma Putra Utama Undang-Undang No. 23 tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. http:bk.menlh.go.idfilesUU-2397.pdf [Diakses 15 januari 2013] Veenstra. 1995. Wastewater Treatment International Institute For Infrastructural Hydraulic and Enviromental Enginnering IHE. Netherland: Delf. Wardhana, W. A. 2005. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: Andi Universitas Sumatera Utara 90 Lampiran I KUESIONER FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENCEMARAN AIR SUNGAI BATANG AYUMI TAHUN 2013 Nama : Umur : Pendidikan Terakhir : Pekerjaan : Lama bermukim :

I. Pengetahuan

1. Air sungai merupakan salah satu sumber air bersih. Ya Tidak 2. Air sungai yang bersih adalah tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau. Ya Tidak 3. Sungai berwarna kuning kecoklatan dikatagorikan kotor. Ya Tidak 4. Air sungai mengeluarkan bau, hal ini menandakan menurunnya kualitas air sungai Ya Tidak 5. Baik atau buruknya kualitas air sungai dapat mempengaruhi populasi ikan Ya Tidak 6. Peningkatan pertumbuhan eceng gondok merupakan salah satu indikator pencemaran sungai. Ya Tidak 7. Sampah rumah tangga yang dibuang ke sungai dapat menyebabkan penurunan kualitas air sungai. Ya Tidak 8. Air buangan dapur yang langsung dibuang ke sungai menyebabkan penurunan kualitas air sungai. Ya Tidak Universitas Sumatera Utara 91 9. Air buangan kamar mandi yang langsung dibuang ke sungai merupakan salah satu penyebab pencemaran air sungai. Ya Tidak 10. Saluran pembuangan tinja yang langsung dibuang ke sungai dapat memperburuk kualitas air sungai. Ya Tidak 11. Tahukah ibu jarak pembuangan tinja dengan air sungai mempengaruhi kualitas air sungai? Ya Tidak 12. Penggunaan ditergen dapat mempengaruhi kualitas air sungai. Ya Tidak 13. Sampah plastik yang dibuang ke sungai sulit terurai dan dapat memperngaruhi kualitas air sungai. Ya Tidak 14. Minyak tidak dapat menyatu dengan air sehingga minyak yang dibuang ke sungai dapat menghalangi air untuk berikatan dengan oksigen Ya Tidak 15. Limbahsampah rumah tangga dapat mencemari sungai? Ya Tidak Alasannya: 16. Kualitas air sungai yang memburuk dapat menyebabkan penyakit seperti diare dan gatal-gatal alergi kulit Ya Tidak 17. Menurut ibu, apakah sampah yang mudah membusuk daun, sayur-sayuran, ikan,dll dapat mempengaruhi kualitas air sungai? Ya Tidak 18. Tahukah ibu oksigen sangat dibutuhkan dalam air? Ya Tidak Universitas Sumatera Utara 92 19. Sampah dari bahan yang sukar membusuk misalnya plastik yang dibuang ke sungai lebih mencemari daripada sampah dari bahan yang sukar membusuk daun-daunan sayuran, sisa ikan Ya Tidak 20. Jika air sungai tercemar kesehatan dan ketenangan kita khususnya yang tinggal di daerah aliran sungai serta kehidupan biota air dapat terganggu. Ya Tidak

II. Sikap

1. Masyarakat turut bertanggungjawab menjaga kebersihan air sungai, setujukah anda dengan pernyataan tersebut? Ya Tidak 2. Apakah anda turut berpartisipasi menjaga kualitas air sungai? Ya Tidak 3. Pemerintah juga turut bertanggungjawab atas pencemaran air sungai. Ya Tidak 4. Apakah anda mau bekerjasama dengan pemerintah untuk menjaga kebersihan air sungai? Ya Tidak 5. Air sungai dapat digunakan langsung sebagai air bersih Ya Tidak 6. Sungai salah satu sumber daya yang dapat digunakan secara cuma-cuma. Ya Tidak 7. Tidak boleh membuang sampah sembarangan ke sungai. Ya Tidak 8. Jika air sungai bersih kita dapat mencuci piring dan alat masak di sungai Ya Tidak 9. Tidak boleh membuang bangkai hewan ke sungai Ya Tidak 10. Penurunan kualitas air sungai perlu dikhawatirkan. Ya Tidak Universitas Sumatera Utara 93 11. Sungai dapat dijadikan sebagai tempat pembuangan sampah dan limbah cair. Ya Tidak 12. Alam akan menetralisir sendiri bahan pencemar di sungai namun masyarakat harus turut menjaga kualitas air sungai Ya Tidak 13. Pada hakikatnya sungai bukan tempat pembuangan sampah dan limbah cair. Ya Tidak 14. Limbah rumah tangga sebaiknya tidak dibuang ke sungai Ya Tidak 15. Sumber air bersih harus terhindar dari bahan pencemar. Ya Tidak

III. Tindakan

1. Ibu tidak membuat saluran instalasi pembuangan air limbah rumah tangga. Ya Tidak 2. Apakah bapakibu menggunakan sungai sebagai air bersih? Ya Tidak 3. Ibu tidak membuang sampah jenis plastik, bahan logam, dan sampah dari pepohonan ke sungai? Ya Tidak 4. Ibu memilih penggunaan ditergen yang ramah lingkungan. Ya Tidak 5. Ibu menggunakan air sungai untuk mencuci peralatan dapur Ya Tidak 6. Ibu menggunakan air sungai untuk mencuci pakaian? Ya Tidak 7. Ibu atau anggota keluarga lain menggunakan air sungai untuk mencuci kenderaan. Ya Tidak 8. Ibu memanfaatkan air sungai untuk menyiram tanaman Ya Tidak 9. Apakah ibu membangun jamban berjarak 10 meter dari sungai Ya Tidak Universitas Sumatera Utara 94 10. Apakah Ibu menggunakan air sungai sebagai sumber air minum? Ya Tidak 11. Apakah ibu tidak membuang sisa minyak ke sungai minyak goreng, minyak tanah, oli bekas, dll ke badan air. Ya Tidak 12. Rumah tidak memiliki septic tank. Ya Tidak 13. Rumah Ibu memiliki saluran dan penampungan air limbah sehingga tidak langsung dibuang ke badan air. Ya Tidak 14. Ikut melakukan gotong royong membersihkan badan air Ya Tidak 15. Ibubapakanggota keluarga lain ikut berpartisipasi dalam organisasi masyarakat yang mengawasi pencemaran air sungai? Ya Tidak

IV. Budaya

1. Apakah anda mempunyai kebiasaan buang hajat disungai? Ya Tidak 2. Apakah anda lebih merasa nyaman mencuci di sungai? Ya Tidak 3. Sungai adalah tempat berkumpul dengan tetangga lainnya. Ya Tidak 4. Anak-anak tidak suka bermain disungai marlubuk walaupun air sungai kotor. 5. Ya Tidak 5. Ibu merasa leluasa melakukan kegiatan disungai karena ada slogan “sambil” yaitu mencuci sekaligus memandikan anak, bercerita dengan tetangga dan lain-lain. 6. Ya Tidak Universitas Sumatera Utara 95 6. Kamar mandi berukuran kecil sehingga merasa sempit untuk mencuci. 5. Ya Tidak 7. Buang air besar di WC kurang menyenangkan karena gelap, sempit dan hanya sendiri. 8. Ya Tidak 8. Menghemat waktu karena mencuci pakaian atau piring bisa langsung dicelupkan ke dalam air. Ya Tidak 9. Biasanya rumah di pinggir sungai hanya memiliki 1 kamar mandi, sehingga sungai dijadikan kamar mandi alternatif. 9. Ya Tidak 10. Sungai tidak perlu antri sehingga siapapun dan berapa orangpun tidak harus menunggu untuk BAK, BAB atau mencuci. Ya Tidak

V. TOMA Tokoh Masyarakat

1. Tokoh masyarakat merupakan orang yang paling berpengaruhi dimasyarakat. Ya Tidak 2. Tokoh masyarakat berperan aktif dalam menjaga kualitas air sungai. Ya Tidak 3. Tokoh masyarakat telah membentuk organisasi masyarakat untuk menjaga kualitas air sungai. Ya Tidak 4. Tokoh masyarakat telah menghimbau untuk tidak membuang sampah ke sungai. Ya Tidak 5. Tokoh masyarakat telah menghimbau untuk tidak membuang limbah dari dapur, saluran pembuangan air kamar mandi dan tinja ke sungai. Ya Tidak Universitas Sumatera Utara 96 6. Tokoh masyarakat telah melakukan musyawarah dengan penduduk lain untuk menanggulangi terjadinya tindakan yang mencemari air sungai. Ya Tidak 7. Sudah dilakukan pengawasan untuk menjaga kualitas air sungai yang diprakarsai tokoh masyarakat. Ya Tidak 8. Sudah dilakukan tindakan untuk menanggulangi pencemaran sungai yang diprakarsai oleh tokoh masyarakat. Ya Tidak Tindakannya, antara lain: 9. Tokoh masyarakat selalu mengikut sertakan warga dalam kegiatanmusyawarah untuk merencanakan penanggulangan pencemaran air bersih Ya Tidak 10. Tokoh masyarakat sebagai tokoh yang segani telah membuat kesepakatan antar warga, jika melakukan tindakan yang mencemari sungai diberi sanksi hukuman. Ya Tidak Universitas Sumatera Utara 97 Lampiran II LEMBAR OBSERVASI SANITASI DASAR LINGKUNGAN KELURAHAN KANTIN DOLOK KOTA PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2013 KEPMENKES RI NOMOR 829MENKESSKVII1999 TENTANG PERSYARATAN KESEHATAN PERUMAHAN No Komponen yang Dinilai Kriteria Nilai Bobot Sanitasi Dasar 25 1 Sarana Air Bersih a. Tidak ada b. Ada, bukan milik sendiri, berbau, berwarna dan berasa 1 c. Ada, milik sendiri berbau, berwarna, tidak berasa 2 d. Ada, milik sendiri tidak berbau, tidak berwarna, tidak berasa 3 e. Ada, bukan milik sendiri, tiak berbau, tidak berwarna, tidak berasa 4 2 Jamban sarana pembuangan kotoran a. Tidak ada b. Ada, bukan leher angsa, tidak ada tutup, disalurkan kesungaikolam 1 c. Ada, bukan leher angsa, ada tutup, disalurkan kesungai atau selokan 2 d. Ada, bukan leher angsa, ada tutup, septic tank 3 e. Ada, leher angsa, septic tank 4 3 Sara Pembuangan Air Limbah SPAL a. Tidak ada, sehingga tergenang tidak teratur di halaman b. Ada, diresapkan tetapi mencemari sumber air jarak sumber air 10 meter 1 c. Ada, dialirkan keselokan terbuka 2 d. Ada, diresapkan dan tidak mencemari sumber air jarak dengan sumber air 10 meter 3 e. Ada, dialirkan keselokan tertutup saluran kota untuk diolah lebih lanjut 4 Universitas Sumatera Utara 98 4 Sarana Pembuangan Sampah a. Tidak ada b. Ada, tetapi tidak kedap air 1 c. Ada, kedap air dan tidak tertutup 2 d. Ada, kedap air dan tertutup 3 TOTAL HASIL PENILAIAN Total Hasil Penilaian : ∑ Nilai X Bobot Kriteria 1. Sehat : ≥ 334 2. Tidak Sehat : 334 Universitas Sumatera Utara 99 Lampiran IV Prosedur Pemeriksaan Kualitas Air oleh BTKL ANALISA TOTAL SUSPENDED SOLID TSS RUANG LINGKUP Metode ini digunakan untuk menentukan residu tersuspensi yang terdapat dalam sampel air dan air limbah secara gravimetric. PRINSIP Sampel yang telah homogen disaring dengan kertas saring yang telah ditimbang. Residu yang tertahan pada saringan dikeringkan sampai mencapai berat konstan pada suhu 103°C sd 105°C. Kenaikan berat saringan mewakili padatan tersuspensi total TSS. Jika padatan tersuspensi menghambat saringan dan memperlama penyaringan, diameter pori-pori saringan perlu diperbesar atau mengurangi volume sampel. METODE SNI 06-6989.3-2004 BAHAN a. Kertas saring dengan beberapa jenis : 1. Whatman 934 AH, dengan ukuran pori 1.5 μm 2. Gelman AF, dengan ukuran pori 1.0 μm 3. Saringan dengan ukuran pori 0.45 μm b. Air suling Universitas Sumatera Utara 100 PERALATAN a. Desikator yang berisi silica gel b. Oven, untuk pengoperasian pada suhu 103°C sd 105°C c. Neraca analitik dengan ketelitian 0.1 mg d. Corong penyaring e. Gelas ukur f. Erlenmeyer g. Botol semprot h. Pengaduk magnetic i. Penjepit PROSEDUR ANALISA A. PENIMBANG KERTAS SARING KOSONG 1. Letakkan kertas saring di atas corong penyaring. Sebagai penampung gunakan Erlenmeyer. 2. Bilas kertas saring dengan air suling sebanyak 20 ml. 3. Keringkan kertas saring tersebut dalam oven pada suhu 103°C sd 105°C selama 1 jam, dinginkan dalam desikator selam 10 menit, kemudian timbang. 4. Ulangi langkah pada butir 3 sampai diperoleh berat konstan atau sampai perubahan lebih kecil dari 4 terhadap penimbangan sebelumnya atau lebih kecil dari 0.5 mg. Universitas Sumatera Utara 101 B. PENIMBANGAN RESIDU TERSUSPENSI 1. Siapkan kertas saring yang sudah disimpan tadi di atas corong penyaring. Sebgai penmapung gunakan erlemeyer. 2. Pipet 100 ml sampel, masukkan ke dalam gelas ukur, lakukan pengadukan untuk mendapatkan smapel yang lebih homogeny. 3. Saring sampel, dan lakukan pembilasan dengan air suling sebanyak 10 ml dan dilakukan 3 kali pembilasan. 4. Keringkan kertas saring tsb dalam oven pada suhu 103°C sd 105°C selama 1 jam, dinginkan dalam desikator selama 10 menit, kemudian timbang. 5. Ulangi langkah pada butir 3 sampai diperoleh berat konstan atau sampai perubahan lebih kecil dari 4 terhadap penimbangan sebelumnya atau lebih kecil dari 0.5 mg. PERHITUNGAN TSS mgL = A-B x 1000 Vol. sampel mL Dimana : A adalah berat kertas saring+residu kering mg B adalah berat kertas saring kosong mg Catatan : a. Jika penyaringan sempurna membutuhkan waktu lebih dari 10 menit, perbesar diameter kertas saring atau kurangi volume sampel Universitas Sumatera Utara 102 b. Jika berat kering residu kurang dari 2.5 mg, perbesar volume sampel sampai 1000 ml. Universitas Sumatera Utara 103 ANALISA DETERJEN ANIONIK RUANG LINGKUP Metode meliputi cara penentuan deterjen anionic pada air, air limbah, dan air laut pada konseentrasi 0 sd 0.275 mgL. PRINSIP Penyerapan pada panjang gelombang 605 nm dengan menggunkan spektrofotometer. METODE Spektrofotometri PERALATAN 1. Spektrofotometer 2. Gelas Ukur 3. Corong Pisah 500 mL BAHAN 1. Benzena 2. Bulffer Solution, Sulfate Type 3. Detergent Reagent Powder Pillow PROSEDUR ANALISA 1. Pilih program analisa untuk anionic detergents atau dengan menekan angka 1850 Universitas Sumatera Utara 104 2. Layar spektrofotometer akan menampilkan tulisan : HACH PROGRAM : 1850 Detergents, Anion 3. Masukkan 500 mL sampel ke dalam corong pisah 500 mL 4. Tambahkan 10 mL Sulfate Buffer Solution, tutup dan kocok 5 detik 5. Tambahkan satu bungkus Detergent Reagent Powder Pillow, tutup dan kocok 6. Tambahkan 30 mL benzene, tutup dan kocok selama 1 menit 7. Atur timer untuk 30 menit reaksi 8. Setelah timer berbunyi menandakan 30 menit reaksi telah selesai, buang lapisan bawah pada larutan yang terdapt dalam corong pisah 9. Masukkan 25 ml lapisan atas yang tersisa ke dalam kuvet 10. Isi kuvet kedua dengan 25 mL benzene sebagai blanko 11. Masukkan kuvet yang berisi blanko ke dalam spektrofotometer, tutup dan tekan tombol ZERO 12. Keluarkan kuvet yang berisi blanko tadi, dan ganti dengan kuvet yang berisi sampel. Tutup dan baca konsentrasi deterjen yang terbacaa di layar spektrofotometer Universitas Sumatera Utara 105 ANALISA CHEMICAL OXYGEN DEMAND COD RUANG LINGKUP Metode ini meliputi cara penentuan COD pada air dan air limbah pada konsentrasi 0 sd 2.5 mgL METODE Spektrofotometri PERALATAN 1. Spektrofotometer NOVA 60 2. COD reactor BAHAN 1. Reagent COD A 2. Reagent COD B PROSEDUR ANALISA 1. Ke dalam tabung reaksi kuvet dicampurkan 0.4 mL reagent COD A dan 2.3 mL reagent COD B. Biarkan bercampur sempurna 2. Tambahkan 3 mL sampel 3. Panaskan di COD reactor selama 2 jam pada suhu 140°C 4. Setelah 2 jam, keluarkan dan biarkan sampai mencapai suhu kamar 5. Tempatkan kuvvet ke dalam ruang sel, dan konsentrasi COD akan terbaca di laya Universitas Sumatera Utara 106 ANALISA DISSOLVED OXYGEN DO RUANG LINGKUP Metode ini meliputi cara uji kadar oksigen terlarut Dissolved Oxygen, DO dari sampel air dan air limbah dengan menggunakan metose yodometri modifikasi azida untuk kadar oksigen terlarut sama atau di bawah kejenuhannya PRINSIP Oksigen terlarut bereaksi dengan ion mangan II dalam suasana basa menjadi hidroksida mangan dengan valensi yang lebih tinggi Mn IV. Dengan adanya ion iodide I - dalam suasana asa,, ion mangan IV akan kembali menjadi ion mangan II dengan membebaskan iodine I 2 yang setara dnegan kandungan oksigen terlarut. Iodin yang terbentuk kemudian dititrasi dengan sodium thiosulfat dengan indikator amilum. METODE SNI 06-6989.14-2004 BAHAN a. Mangan Sulfat, MnSO 4 .4H 2 O; MnSO 4 .2H 2 O atau MnSO 4. H 2 O b. Air Suling c. Natrium Hidroksida, NaOH atau Kalium Hidroksida, KOH d. Natrium Iodida, NaI atau Kalium Iodida, KI e. AmilumKanji Universitas Sumatera Utara 107 f. Natrium Azida, NaN 3 g. Asam salisilat h. Asam sulfat, H 2 SO 4 pekat i. Sodium thisulfat, Na 2 S 2 O 3. 5H 2 O j. Kalium dikromat, K 2 Cr 2 O 7 PERALATAN a. Botol winkler 250 mL atau 300 lmL b. Buret 25 mL c. Pipet volume 5 mL, 10 mL, dan 50 mL d. Pipet ukur 5 mL e. Erlenmeyer 125 mL f. Gelas piala 400 mL g. Labu ukur 1000 mL PERSIAPAN PEMBUATAN PEREAKSI 1. Larutan Mangan Sulfat Larutkan 480 g MnSO 4. 4H 2 O atau 400 g MnSO 4. 4H 2 O, atau 364 g MnSO 4. 4H 2 O dengan air suling ke dalam labu ukur 1000 mL, tepatkan sampai tanda tera

2. Larutkan alkali iodide azida

Larutkan 500 g NaOH atau 700 g KOH dan 135 g NaI atau 150 g KI dengan air suling, encerkan sampai 1000 mL. Tambahkan larutan 10 g NaN 3 dalam 40 mL air suling. Universitas Sumatera Utara 108

3. Larutan kanji amilum

Larutkan 2 g amilum dan 0.2 g asam salisilat, HOC 6 H 4 COOH sebagai pengawet dalam 100 mL air suling yang dipanaskan mendidih.

4. Larutan Sodium Thiosulfat 0.025 N

Timbang 6.205 g Na 2 S 2 O 3 .5H 2 O dan larutkan dengan air suling yang telah didihkan bebas oksigen,tambahkan 1.5 mL NaOH 6 N atau 0.4 g NaOH dan encerkan hingga 1000 mL lakukan standarisasi dengan kalim dikromat

5. Larutan baku kalium dikromat, K

2 Cr 2 O 7 0.025 N Larutkan 1.2259 g K 2 Cr 2 O 7 yang telah dikeringkan pada 150°C selama 2 jam dengan air suling dan tepatkan sampai 1000 mL

6. Larutan sodium thiosulfat 0.025 N

Timbang 6.025 g Na 2 S 2 O 3. 5H 2 O dan larutkan dengan air suling yang telah didihkan bebas oksigen, tambahkan 1.5 mL NaOH 6 N atau 0.4 g NaOH dan encerkan hingga 1000 mL. Lakukan standarisasi degan kalium dikromat

7. Larutkan baku Kalim Dikromat K

2 Cr 2 O 7 0.025 N Larutkan 1.2259 g K 2 Cr 2 O 7 yang telah dikeringkan pada 150°C selama 2 jam dengan air suling dan tepatkan sampai 1000 mL STANDARISASI LARUTAN NATRIUM TIOSULFAT a. Larutkan 4.904 g K 2 Cr 2 O 7 p.a dalam air suling dan larutkan hingga 1000 mL untuk mendapatkan larutan 0.1 N. Simpan di botol tertutup Universitas Sumatera Utara 109 b. Ke dalam 80 mL air suling, tambahkan sambil diaduk 1 mL H 2 SO 4 pekat, 10 mL 0.1 N K 2 Cr 2 O 7 dan 1 g KI, aduk dan simpan di tempat gelap selama 6 menit c. Titrasi dengan 0.1 Na 2 S 2 O 3 sampai terjadi perubahan warna d. Hitung normalitas larutan Na 2 S 2 O 3 sampai terjadi perubahan warna e. Hitung normalitas larutan Na 2 S 2 O 3 dengan rumus sebagai berikut : N Na 2 S 2 O 3 = N 2 x V 2 V 1 Dimana : N adalah normalitas Na 2 S 2 O 3 V 1 adalah mL Na 2 S 2 O 3 V 2 adalah mL K 2 Cr 2 O 7 yang digunakan N 2 adalah normalitas larutan K 2 Cr 2 O 7 PROSEDUR ANALISA 1. Ambil sampel yang sudah disiapkan 2. Tambahkan 1 mL MnSO 4 dan 1 mL alkali iodide azida dengan ujung pipet tepat di atas permukaan larutan. 3. Tutup segera dan homogenkan hingga terbentuk gumpalan sempurna. 4. Biarkan gumpalan mengendap 5 menit sampai 10 menit. 5. Tambahkan 2 mL H 2 SO 4 pekat, tutup dan homogenkan hingga endapan larut sempurna. 6. Pipet 50 mL, masukkan ke dalam Erlenmeyer 150 mL. Universitas Sumatera Utara 110 7. Titrasi dengan Na 2 S 2 O 3 dengan indikator amilum kanji sampai warna biru tepat hilang. Catatan : Penambahan volume pereaksi di atas berdasarkan botol winkler 250 mL sampai dengan 300 mL, bila menggunakan botol winkler dengan volume yang lain agar dihitung secara proporsional. PERHITUNGAN Oksigen terlarut mgL = V x N x 8000 x F 50 Dengan pengertian : V = mL Na 2 S 2 O 3 N = N Na 2 S 2 O 3 F = faktor volume botol dibagi volume botol dikurangi volume pereaksi MnSO 4 dan alkali iodide azida Universitas Sumatera Utara 111 ANALISA BIOCHEMICAL OXYGEN DEMAND BOD RUANG LINGKUP Metode ini meliputi cara penentuan Kebutuhan Oksigen Biokimia pada air dan air limbah berdasarkan selisih oksigen terlarut sebelum dan sesudah pengeraman. PRINSIP Oksigen terlarut bereaksi dengan ion mangan II dalam suasana basa menjadi hidroksida mangan dengan valensi yang lebih tinggi Mn IV. Dengan adanya ion iodide I - dalam Suasana asam, ion mangan IV akan kembali menjadi ion mangan II dengan membebaskan iodine I 2 yang setara dengan kandungan oksigen terlarut. Iodin yang terbentuk kemudian dititrasi dengan sodium thiosulfat dengan indikator amilum. Perbedaan antara oksigen terlarut sebelum dan sesudah pengeraman selama 5 x 24 jam merupakan kandungan Kebutujan Oksigen Biokimia METODE SNI 06-6989.14-2004 PERALATAN a. Botol winkler 250 mL atau 300 mL b. Aerator c. Buret Universitas Sumatera Utara 112 BAHAN

a. Air Suling b. Larutan Buffer Fosfat

Dokumen yang terkait

Persepsi Ayah dan Ibu Tentang Pendidikan Seks Bagi Remaja Putra Dan Putri Di Kelurahan Sitataring Kecamatan Batang Ayumi Julu Kota Padangsidimpuan Tahun 2015

1 49 124

Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Antenatal Care Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Padangmatinggi Kecamatan Padangsidimpuan Selatan Kota Padangsidimpuan Tahun 2015

0 0 19

Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Antenatal Care Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Padangmatinggi Kecamatan Padangsidimpuan Selatan Kota Padangsidimpuan Tahun 2015

0 0 2

Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Antenatal Care Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Padangmatinggi Kecamatan Padangsidimpuan Selatan Kota Padangsidimpuan Tahun 2015

0 1 10

Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Antenatal Care Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Padangmatinggi Kecamatan Padangsidimpuan Selatan Kota Padangsidimpuan Tahun 2015

0 0 30

Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Antenatal Care Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Padangmatinggi Kecamatan Padangsidimpuan Selatan Kota Padangsidimpuan Tahun 2015

1 6 4

Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Antenatal Care Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Padangmatinggi Kecamatan Padangsidimpuan Selatan Kota Padangsidimpuan Tahun 2015

0 0 25

TAP.COM - FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU ... 9801 22014 1 SM

0 1 13

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kualitas Air Sungai Batang Ayumi Kelurahan Kantin Kecamatan Padangsidimpuan Utara Kota Padangsidimpuan Tahun 2013

0 0 49

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lingkungan Hidup - Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kualitas Air Sungai Batang Ayumi Kelurahan Kantin Kecamatan Padangsidimpuan Utara Kota Padangsidimpuan Tahun 2013

0 0 24