Analisis Unsur Sudut Pandang Blickwinkel

156 Paragraf di atas memperlihatkan bahwa alur sudah mulai naik dengan adanya kunjungan dari teman Ibu Briest yang bermaksut untuk menjodohkan anaknya dengan teman lamanya tersebut. Tetapi hal itu tidak detahui oleh Effi. Dari penjelasan di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa alur sangat erat kaitanya dengan tokoh., karena tokoh membantu alur untuk menghidupkan jalannya cerita dengan cerminan perilaku dari peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam bingkai alur. Penggunaan pada latar tempat dan waktu juga sangat penting dalam sebuah kesatuan cerita. Latar membantu memperjelas alur cerita yang diperankan tokoh agar terkesan nyata. Latar tempat dapat mendukung karakter sang tokoh muncul. Latar tempat mempunyai beberapa fungsi sesuai dengan teori Marquaß, yaitu sebagai tempat terjadinya suatu peristiwa, sebagai tempat yang dapat mendeskripsikan karakter tokoh secara tidak langsung, sebagai tempat yang menunjukkan suasana hati tokoh dan sebagai suatu simbol. »Ich würd es glauben. Aber es war genau derselbe Augenblick, wo Rollo draußen anschlug, der muß es also auch gesehen haben, und dann flog die Tür auf, und das gute, treue Tier sprang auf mich los, als ob es mich zu retten käme. Ach, meine liebe Johanna, es war entsetzlich. Und ich so allein und so jung. Ach, wenn ich doch wen hier hätte, bei dem ich weinen könnte. Aber so weit von Hause ... Ach, von Hause ...« »Der Herr kann jede Stunde kommen.« »Nein, er soll nicht kommen; er soll mich nicht so sehen. Er würde mich vielleicht auslachen, und das könnt ich ihm nie verzeihen. Denn es war so furchtbar, Johanna ... Sie müssen nun hierbleiben ... Aber lassen Sie Christel schlafen und Friedrich auch. Es soll es keiner wissen.« »Saya akan memikirkan itu. Tapi itu benar di saat yang sama, Rollo menggonggong di luar seperti melihat sesuatu, dan kemudian pintu itu menutup, dan yang baik adalah binatang peliharaan yang setia melompat lepas kepadaku seolah-olah datang meyelamatkanku. Ah, Johannaku yang baik, itu mengerikan. Dan saya begitu sendiri dan begitu muda. Ah, 157 jika saya di sini, tapi siapa, dengan itu saya bisa menangis. Tapi terlalu jauh dari rumah ... ah, dari rumah ...« »Tuan bisa datang setiap jam. « »Tidak, ia seharusnya tidak datang; ia seharusnya tidak terlalu melihatku. Ia mungkin akan menertawaiku, dan saya bisa tidak memaafkannya. Karena itu begitu menakutkan, Johanna... Anda harus tinggal di sini... Tapi biarkanlah Cristel tidur dan Friedrich juga. Itu seharusnya tidak ada yang tahu. « Fontane, Effi Briest, 2008: 94 Dalam penggalan percakapan di atas terlihat Effi adalah sosok yang penakut. Rumah Baron di Kessin merupakan latar tempat yang membuat karakter Effi ini muncul, karena ia dihantui oleh seorang China di sana. Rumah tersebut merupakan rumah dinas untuk pegawai tinggi negeri, selain itu Kessin merupakan suatu kota kecil di pesisir pantai Jerman bagian Timur Laut. Dari latar tempatnya sudah memberikan penjelasan bahwa rumah tersebut rumah yang cukup besar dan sudah cukup tua karena merupakan rumah dinas. Latar waktu juga sangatlah penting dalam suatu kesatuan cerita untuk memperjelas dan membatasi sebuah rangakaian peristiwa. Hal ini tentu sangat membantu alur untuk mengawali dan mengakhiri suatu peristiwa yang terdapat dalam suatu cerita. Sudut pandang penceritaan dibutuhkan pula dalam membuat suatu cerita tersebut. Sudut pandang diperlukan agar pembaca lebih mudah memahami isi cerita. Akankah sang pengarang menjadikan tokohnya sendiri yang bercerita kepada pembaca atau dirinya yang dijadikan pencerita. Innstetten war erst sechs Uhr früh von Varzin zurückgekommen und hatte sich, Rollos Liebkosungen abwehrend, so leise wie möglich in sein Zimmer zurückgezogen. Er machte sichs hier bequem und duldete nur, daß ihn Friedrich mit einer Reisedecke zudeckte. 158 Innstetten baru saja kembali dari Varzin pukul enam pagi dan menangkis belaian Rollo, begitu pelan sebisa mungkin menarik mundur ke kamarnya. Ia membuatnya nyaman dan hanya menahan, bahwa Friedrich menutupinya dengan selimut untuk di perjalanan. Fontane, Effi Briest, 2008: 95 Sudut pandang yang digunakan dalam roman ini adalah sudut pandang orang ketiga. Fungsi sudut pandang pencerita ialah menceritakan dengan baik segala sesuatu yang terjadi dalam suatu cerita, hal ini di dukung oleh adanya alur, tokoh dan latar. Tanpa adanya unsur-unsur tersebut suatu cerita tidaklah menjadi kesatuan cerita yang sempurna. Kisah roman ini di akhiri dengan kejadian yang menyedihkan, yaitu meninggalnya Effi sang tokoh utama secara tragis. Darauf stand nichts als »Effi Briest« und darunter ein Kreuz. Das war Effis letzte Bitte gewesen: »Ich möchte auf meinem Stein meinen alten Namen wiederhaben; ich habe dem andern keine Ehre gemacht.« Und es war ihr versprochen worden. Dari itu berdiri »Effi Briest« dan sebuah salib. itu merupakan permintaan terakhir Effi: » aku ingin di makamku mendapatkan kembali nama lamaku; aku tidak mempunyai kewenangan untuk membuat yang lain. « dan itu yang ia katakan. Fontane, Effi Briest, 2008: 363-364 Effi meminta makamnya ditulis dengan nama lamanya karena ia merasa sudah tidak mempunyai kewenangan menggunakan nama suaminya. Ia merasa terhina karena sudah mengkhianati suaminya, sehingga terjadilah kisah yang tragis menimpa dirinya. Akhir cerita ini merupakan sebuah jawaban mengapa judul roman ini adalah Effi Briest. Berdasarkan uraian-uraian sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa unsur- unsur yang membangun roman ini ialah unsur alur, tokoh, latar tempat dan waktu, serta sudut pandang sehingga membuat satu kesatuan cerita. Semuanya terbentuk menjadi satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan serta saling mempengaruhi satu