Suatu waktu dalam fase kehidupan seorang tokoh yang memiliki peranan
153
pandang orang ketiga er-Erzähler atau dia-an. Hal ini sudah jelas terlihat pada awal kisah ini di mulai, lihat kutipan berikut.
Effi schwieg und suchte nach einer Antwort. Aber ehe sie diese finden konnte, hörte sie schon des Vaters Stimme von dem angrenzenden, noch
im Fronthause gelegenen Hinterzimmer her, und gleich danach überschritt Ritterschaftsrat von Briest, ein wohlkonservierter Fünfziger
von ausgesprochener Bonhomie, die Gartensalonschwelle
– mit ihm Baron Innstetten, schlank, brünett und von militärischer Haltung.
Effi, als sie seiner ansichtig wurde, kam in ein nervöses Zittern; aber nicht auf lange, denn im selben Augenblick fast, wo sich Innstetten unter
freundlicher Verneigung ihr näherte, wurden an dem mittleren der weit offenstehenden und von wildem Wein halb überwachsenen Fenster die
rotblonden Köpfe der Zwillinge sichtbar, und Hertha, die Ausgelassenste, rief in den Saal hinein: »Effi, komm.«
Effi terdiam dan mencari sebuah jawaban. Tapi sebelum ia bisa menemukannya, ia sudah mendengar suara ayahnya dari ruang samping,
masih di rumah depan tepat di belakang kamar, dan kemudian hampir melampaui anggota majelis dari keluarga Briest, suatu pemeliharaan
yang baik tahun 50an dari kebaikan hati yang terungkap, masuk ke ruang bangsal- dengannya Baron Innstetten, ramping, berambut coklat,
bersikap militer. Saat Effi melihatnya, ia merasa gugup sampai gemetar; tapi tidak lama,
karena cepat dalam pandangan yang sama, di mana Instetten di bawah peyangkalan yang ramah mendekatinya, jauh di tengah dan anggur liar
yang setengah tumbuh, di cendela terlihat kepala berambut merah pirang si kembar, dan Herta, yang paling riuh, memanggil masuk ke dalam
ruang bangsal: »Effi, mari kesini.«
Fontane, Effi Briest, 2008: 23 Dari kutipan paragraf di atas memperlihatkan bahwa cerita dikisahkan
dengan mengungkapkan kata dia-an, seperti menyebutkan nama sang tokoh atau dengan kata lain sang pencerita tidaklah berperan dalam cerita tersebut. Pencerita
tidak berperan sebagai tokoh seperti halnya dengan sudut pandang orang pertama yang menggunakan salah satu tokoh sebagai pencerita. Sudut pandang orang
ketiga dalam roman ini sangat mengetahui peristiwa apapun yang terjadi,
154
sehingga termasuk dalam sudut pandang orang ketiga yang tahu segalanya Auktoriales Erzählverhalten.
Ende August war da, der Hochzeitstag 3. Oktober rückte näher, und sowohl im Herrenhause wie in der Pfarre und Schule war man
unausgesetzt bei den Vorbereitungen zum Polterabend. Akhir Agustus pun tiba, hari pernikahan 3 Oktober semakin dekat, dan
begitu juga di rumah bangsawan, baik di rumah pendeta dan di sekolah sibuk mempersiapan malam perayaan menjelang perkawinan.
Fontane, Effi Briest, 2008: 32 Kutipan di atas adalah salah satu contoh sang pencerita sangat mengetahui
apa saja yang terjadi dalam cerita ini. Tak hanya tokoh-tokoh penting saja yang di ceritakan, tetapi juga tokoh-tokoh pembantu dan segala kegiatan diceritakan
secara lengkap.