Bagian ketiga, hasil tindakan Ergebnis des Verhaltens yang menjadi

49 » Iya. Dan penting bagiku bahwa ia mengetahui, bagaimana aku di sini di hari-hari sakitku, yang tentu hampir menjadi yang paling indah, seperti aku di sini menyadari bahwa ia dilihat bertindak benar. Tentang cerita si malang Crampas- ya, apa hal lain yang seharusnya ia lakukan pada akhirnya? Dan kemudian, apa yang paling melukaiku yaitu ia telah membesarkan anakku sendiri dengan cara melawanku, begitu berat aku menerimanya dan begitu sakit, itu menyakitiku, ia dalam hal ini juga benar. Biarkan ia tahu tentang hal ini bahwa aku mati dalam pengakuan ini. Ini akan menghiburnya, meningkatkan, mungkin mendamaikan. Karena ia memiliki banyak kebaikan dalam sifatnya dan begitu mulia, seperti seseorang pada umumnya, seorang yang tanpa ‘cinta sejati’. « Ibu Briest melihat bahwa Effi lelah dan tampak tidur atau ingin tidur. Dia bangkit dengan tenang dari kursinya dan berjalan. Namun segera setelah dia pergi, Effi naik dan duduk di jendela yang terbuka untuk sekali lagi menghirup udara malam yang dingin. Fontane, Effi Briest, 2008: 363 Dalam penggalan paragraf di atas dapat disimpulkan bahwa Effi terlihat kecewa akan perlakuan Baron yang membunuh Crampas dan membesarkan anaknya sendirian. Ia melewatkan hari-hari terakhirnya dengan rasa sakit dari penyakitnya dan dengan kesedihan serta sakit hati saat mengingat hidupnya yang lalu. Bagian ketiga alur cerita ini diakhiri dengan kematian Effi yang tragis. Ia akhirnya meninggal di usia yang masih muda, yaitu 29 tahun. Makamnya hanya bertuiskan “Effi Briest” sesuai permintaanya. Darauf stand nichts als »Effi Briest« und darunter ein Kreuz. Das war Effis letzte Bitte gewesen: »Ich möchte auf meinem Stein meinen alten Namen wiederhaben; ich habe dem andern keine Ehre gemacht.« Und es war ihr versprochen worden. Dari itu berdiri »Effi Briest« dan sebuah salib. itu merupakan permintaan terakhir Effi: » aku ingin di makamku mendapatkan kembali nama lamaku; aku tidak mempunyai kewenangan untuk membuat yang lain. « dan itu yang ia katakan. Fontane, Effi Briest, 2008: 363-364 50 Dari pembahasan mengenai alur di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa alur dalam roman Effi Briest karya Theodor Fontane adalah alur maju. Hal tersebut terlihat dalam tiga bagian alur situasi awal, puncak konflik, dan hasil tindakan yang secara runtut terpaparkan. Yaitu dimulai dari kunjungan Baron ke rumah Effi, pertunangan dan dilanjutkan pernikahan Effi dan Baron, Effi hamil dan melahirkan, Effi mengenal dan menjalin hubungan terlarang dengan Mayor Crampas, meningalnya Crampas saat duel dengan Baron, dan diakhiri dengan meninggalnya Effi di usia yang masih terbilang muda.

C. Analisis Unsur Tokoh Figur

Roman Effi Briest karya Theodor Fontane memiliki banyak tokoh dengan berbagai karakter yang berbeda. Tetapi peneliti hanya mengambil tokoh-tokoh sentral yang sangat berkaitan dengan isi cerita sebagai objek penelitian. Tokoh- tokoh tersebut adalah Effi, Baron, Crampas, Ibu Briest dan Roswitha. Analisis tokoh dalam teori Marquaß terdapat tiga bagian, yaitu karakterisasi tokoh Die Charakterisierung der Figuren, konstelasi tokoh Die Konstellation der Figuren, dan konsepsi tokoh Die Konzeption der Figuren. Berikut adalah hasil analisis unsur tokoh dalam roman Effi Briest karya Theodor Fontane.

1. Karakterisasi tokoh Die Charakterisierung der Figuren

Bagian pertama ini terdapat dua teknik untuk menganalisis tokoh, yaitu dilihat dari penggambaran tokoh secara langsung atau tersurat die direkte Characterisierung dan tak langsung atau tersirat die indirekte 51 Charakterisierung. Tetapi karakter tokohnya akan lebih jelas dan terperinci menggunakan empat kategori cara, yaitu: 1 Ciri Luar äußere Merkmale, yaitu usia, perawakan tubuh, penampilan, dan pakaian. 2 Ciri Sosial soziale Merkmale, yaitu pekerjaan, pendidikan, strata sosial, dan hubungan. 3 Perilaku Verhalten, yaitu kebiasaan, pola tingkah laku, dan cara berbicara. dan 4 Pikiran dan Perasaan Denken und Fühlen, yaitu sikap, minat, cara berpikir, harapan, dan ketakutan. Berikut merupakan analisis karakerisasi tokoh dalam roman Effi Briest karya Theodor Fontane. a. Effi Tokoh utama dalam roman Effi Briest adalah Effi. Hal tersebut sudah terlihat dari judul roman ini. Selain itu frekuensi kemunculan sang tokoh Effi lebih banyak dibandingkan dengan tokoh lain. Cerita ini juga mengisahkan perjalanan hidup Effi mulai dari masa remaja hingga akhir usianya. Ia adalah anak perempuan tunggal berambut panjang dan pirang dari keluarga Briest, keluarga bangsawan yang tinggal di Hohen-Cremmen. Ia dijodohkan oleh orang tuanya dengan seorang Landrat, Geert von Innstetten atau sering disebut Baron von Instetten. Effi akhirnya menyetujui perjodohan tersebut dan menikah dengan Baron. Mereka dikaruniai seorang anak perempuan yang bernama Lütt-Annie. Masalah pun datang saat Effi berkenalan dan menjalin hubungan terlarang dengan Mayor Crampas. Akhirnya hubungan tersebut diketahui oleh suaminya setelah beberapa tahun silam. Effi akhirnya berpisah dengan suaminya dan melanjutkan 52 hidupnya sendiri bersama Roswitha dengan sakit-sakitan dan akhirnya meninggal di rumah orang tuanya. Berikut merupakan sifat yang dimiliki Effi. 1 Ciri Luar äußere Merkmale, yaitu usia, perawakan tubuh, penampilan, dan pakaian. Effi adalah anak perempuan tunggal berambut panjang dan pirang, matanya coklat dan pintar dari keluarga Briest yang tinggal di Hohen-Cremmen. Ia berpenampilan sesuai dengan usianya yang masih gadis. Pakaiannya indah dengan gaun yang ia pakai setiap hari. Hal tersebut karena ia merupakan keluarga bangsawan, sehingga penampilannya sangat cantik bak putri raja, seperti dalam kutipan berikut. Effi trug ein blau und weiß gestreiftes, halb kittelartiges Leinwandkleid. Kutipan tersebut mengandung arti, Effi memakai gaun berwarna biru bergaris putih, dengan baju luar dari kain linen yang pendek Fontane, Effi Briest, 2008: 10. Pada awal cerita ia dikisahkan berumur 17 tahun yang akan dijodohkan dengan teman ibunya yang usianya jauh lebih tua darinya. Mereka pun menikah dan kurang lebih setahun kemudian Effi melahirkan seorang anak perempuan. Saat pembabtisan anaknya ia bertemu dengan Mayor Crampas yang merupakan teman suaminya, mereka saling berbincang seperti berikut. »Ach, meine Gnädigste, bei schönen jungen Frauen, die noch nicht achtzehn sind, scheitert alle Lesekunst.« »Sie verderben sich vollends, Major. Sie können mich eine Großmutter nennen, aber Anspielungen darauf, daß ich noch nicht achtzehn bin, das kann Ihnen nie verziehen werden.« 53 »Ah, yang ku hormati, dari wanita muda yang cantik, yang belum berumur delapan belas, seni mengetahui hati seseorang sama sekali gagal.« »Anda merusak semuanya, Mayor. Anda bisa memanggilku nenek, tapi Anda tidak pernah dimaafkan untuk bisa menyindir kenyataan bahwa saya belum delapan belas tahun.« Fontane, Effi Briest, 2008: 145 Kutipan tersebut menunjukkan bahwa pada saat ia mempunyai anak, ia masih belum berumur 18 tahun. 2 Ciri Sosial soziale Merkmale, yaitu pekerjaan, pendidikan, strata sosial, dan hubungan. Effi adalah anak yang pintar dan berkelakuan baik. Meskipun pekerjaannya tidak diceritakan dalam roman ini, tetapi dalam pendidikan, ia diceritakan mengikuti kursus di rumahnya, seperti dalam kutipan berikut. Um unter allerlei kunstgerechten Beugungen und Streckungen den ganzen Kursus der Heil- und Zimmergymnastik durchzumachen. Kutipan tersebut mengandung arti, untuk melakukan berbagai macam keahlian membengkokkan dan melonggarkan tubuh dalam kursus senam pemulihan kesehatan di dalam kamar Fontane, Effi Briest, 2008: 10 Dari kutipan tersebut terlihat bahwa ia mendapatkan pendidikan dengan kursus kesehatan di rumahnya. Ia juga merupakan seorang anak tunggal yang termasuk dalam keluarga bangsawan. Maka dari itu ia termasuk dalam strata soisal menengah ke atas. Lihat kutipan berikut. In Front des schon seit Kurfürst Georg Wilhelm von der Familie von Briest bewohnten Herrenhauses zu Hohen- Cremmen fiel heller Sonnenschein auf die mittagsstille Dorfstraße. Artinya, di 54 depan rumah bangsawan tinggi tinggallah keluarga bangsawan Briest di Hohen- Cremmen yang sejak Georg Wilhelm dipilih sebagai kaisar Jerman, dengan sinar matahari yang menyinari jalan pedesaan Fontane, Effi Briest, 2008: 09. Hal tersebut juga di dukung oleh orang tuanya yang menjodohkan dirinya dengan orang yang terpandang dan mempunyai jabatan. Hubungannya dengan masyarakat sangat baik, walaupun ia adalah keluarga bangsawan dan dengan kelas sosial yang tinggi, tetapi ia memiliki sifat yang sangat baik yaitu berteman dengan siapa saja. Terbukti bahwa ia mau berteman dan menolong Roswitha yang merupakan wanita tua dan seorang janda, seperti dalam kutipan berikut. Roswitha war aufgesprungen und hatte die Hand der jungen Frau ergriffen und küßte sie mit Ungestüm. »Ach, es ist doch ein Gott im Himmel, und wenn die Not am größten ist, ist die Hilfe am nächsten.Yang mengandung makna, Roswitha melompat dan memegang tangan wanita muda Effi dan menciumnya dengan bergelora. »Ah, itu memang Tuhan di surga, dan jika ada kesulitan yang paling besar, selanjutnya ada pertolongan Fontane, Effi Briest, 2008: 140. 3 Perilaku Verhalten, yaitu kebiasaan, pola tingkah laku, dan cara berbicara. Effi memiliki kebiasaan dan pola hidup yang baik. Ia selalu diajarkan oleh orang tuanya hal-hal yang baik. Cara berbicaranya pun sangat baik dan sopan. Tetapi setelah menikah ia bertemu dengan Crampas, yang membuat hidupnya menjadi tidak baik. Berikut merupakan sifat-sifat yang dimiliki Effi yang dapat dilihat dari perilakunya.