132
tahu bahwa Effi tidak menyukainya. Hal tersebut terlihat dari ungkapan langsung sang tokoh Effi.
c. Sebagai tempat yang menunjukkan suasana hati tokoh
1 Sebuah ruangan di rumah keluarga Briest
Latar tempat yang menunjukkan suasana hati tokoh adalah di sebuah ruangan di rumah keluarga Briest, lebih tepatnya ketika Ibu Briest memberi tahu
Effi bahwa ia baru saja di lamar oleh Baron von Innstetten, seperti dalam kutipan berikut.
Effi schwieg und suchte nach einer Antwort. Aber ehe sie diese finden konnte, hörte sie schon des Vaters Stimme von dem angrenzenden, noch
im Fronthause gelegenen Hinterzimmer her, und gleich danach überschritt Ritterschaftsrat von Briest, ein wohlkonservierter Fünfziger
von ausgesprochener Bonhomie, die Gartensalonschwelle
– mit ihm Baron Innstetten, schlank, brünett und von militärischer Haltung.
Effi, als sie seiner ansichtig wurde, kam in ein nervöses Zittern; aber nicht auf lange, denn im selben Augenblick fast, wo sich Innstetten unter
freundlicher Verneigung ihr näherte, wurden an dem mittleren der weit offenstehenden und von wildem Wein halb überwachsenen Fenster die
rotblonden Köpfe der Zwillinge sichtbar, und Hertha, die Ausgelassenste, rief in den Saal hinein: »Effi, komm.«
Effi terdiam dan mencari sebuah jawaban. Tapi sebelum ia bisa menemukannya, ia sudah mendengar suara ayahnya dari ruang samping,
masih di rumah depan tepat di belakang kamar, dan kemudian hampir melampaui anggota majelis dari keluarga Briest, suatu pemeliharaan
yang baik tahun 50an dari kebaikan hati yang terungkap, masuk ke ruang bangsal- dengannya Baron Innstetten, ramping, berambut coklat,
bersikap militer. Saat Effi melihatnya, ia merasa gugup sampai gemetar; tapi tidak lama,
karena cepat dalam pandangan yang sama, di mana Instetten di bawah peyangkalan yang ramah mendekatinya, jauh di tengah dan anggur liar
yang setengah tumbuh, di cendela terlihat kepala berambut merah pirang si kembar, dan Herta, yang paling riuh, memanggil masuk ke dalam
ruang bangsal: »Effi, mari kesini.«
Fontane, Effi Briest, 2008: 23
133
Effi sangat terkejut dan hanya bisa terdiam sesaat setelah ibunya memberi tahu mengenai lamaran tersebut. Kutipan di atas memperlihatkan bahwa Effi
merasa gundah dengan pernyataan ibunya bahwa ia baru saja di lamar oleh Baron tanpa sepengetahuannya. Hal tersebut membuat hati dan perasaan Effi tidak enak
sampai ia merasa gugup gemetar. 2
Italia Salah satu kota yang romantis di Eropa ini merupakan salah satu tempat
yang menunjukkan suasana hati tokoh. Italia merupakan tempat bulan madu pasangan Effi dan Baron. Di kota tersebut mereka mengunjungi beberapa kota
terkenal, seperti dalam kutipan berikut. »Liebe Mama Heute vormittag die Pinakothek besucht. Geert wollte
auch noch nach dem andern hinüber, das ich hier nicht nenne, weil ich wegen der Rechtschreibung in Zweifel bin, und fragen mag ich ihn nicht.
Er ist übrigens engelsgut gegen mich und erklärt mir alles. Überhaupt alles sehr schön, aber anstrengend. In Italien wird es wohl nachlassen
und besser werden. Wir wohnen in den Vier Jahreszeiten, was Geert veranlaßte, mir zu sagen, draußen sei Herbst, aber er habe in mir den
Frühling. Ich finde es sehr sinnig. Er ist überhaupt sehr aufmerksam. ... »Ibuku tersayang Pagi ini mengunjungi Pinakothek. Geert ingin
mengunjungi yang lain juga, yang di sini aku tak kenal, karena aku ragu- ragu tentang ejaan, dan aku tak suka bertanya padanya. Lagi pula ia
malaikat yang baik bagiku dan menceritakan semuanya kepadaku. Segalanya sangat indah, tapi melelahkan. Di Italia lelah itu akan
menghilang
dengan baik dan menjadi lebih baik. Kami tinggal di “empat musim”Hotel, apa yang Geert perintahkan kepadaku, untuk mengatakan
diluar musin gugur, tetapi ia mempunyai aku untuk musim semi. Menurutku itu sangat bermakna. Ia memang sangat perhatian. ...
Fontane, Effi Briest, 2008: 50-51 Paragraf di atas memperlihatkan bahwa Effi sangat gembira saat bulan
madu ke Italia. Ia meluapkan perasaannya melalui sebuah surat yang ditujukan kepada ibunya di Hohen-Cremmen. Bulan madu di Italia membuat suasana hati
134
Effi menjadi lebih baik dan bahagia karena Baron mengajaknya ke tempat-tempat yang indah.
3 Berlin
Latar tempat selanjutnya yang menunjukkan suasana hati tokoh adalah Berlin. Setelah Effi berpisah dengan Baron dan anaknya, ia tinggal sendiri dengan
rumah kecil di kota Berlin. Tiga tahun kemudian Roswitha yang merupakan pembantu rumah tangganya kembali ke Berlin untuk menemani Effi. Ia pun
menceritakan kepada Roswitha bahwa ia sangat merindukan anaknya dan ingin sekali bertemu. Setelah dibantu oleh Roswitha dan Ministerin, bertemulah ibu dan
anak tersebut di rumah itu. »Das glaub ich. So war er schon, als du noch ganz klein warst ... Und
nun sage mir, Annie – denn heute haben wir uns ja bloß so mal
wiedergesehen –, wirst du mich öfter besuchen?«
»O gewiß, wenn ich darf.« »Wir können dann in dem Prinz Albrechtschen Garten spazierengehen. «
»O gewiß, wenn ich darf.« »Oder wir gehen zu Schilling und essen Eis, Ananas- oder Vanilleeis, das
aß ich immer am liebsten.« »O gewiß, wenn ich darf.«
Und bei diesem dritten »wenn ich darf« war das Maß voll; Effi sprang auf, und ein Blick, in dem es wie Empörung aufflammte, traf das Kind.
»Ich glaube, es ist die höchste Zeit, Annie; Johanna wird sonst ungeduldig. «
» Aku percaya itu. dia memang sudah seperti itu saat kamu masih kecil... dan sekarang aku hanya bekata, Annie- karena hari ini kita sudah
bertemu kembali-, akankah kamu sering mengunjungiku? « » O pasti, jika aku diijinkan. «
» Kita bisa berjalan-jalan ke kebun milik Pangeran Albrech.« » O pasti, jika aku diijinkan. «
» Atau kita pergi ke Schilling dan makan es, nanas- atau es vanila, aku paling suka makan itu. «
» O pasti, jika aku diijinkan. « Dan setelah yang ketiga »jika aku diijinkan« habis kesabarannya; Effi
melompat, dan dalam sekejap mata, di dalam kemarahannya yang
135
menyala, menyuruh anak itu. » aku pikir, ini sudah waktunya Annie, Johanna akan tidak sabar. «
Fontane, Effi Briest, 2008: 338 Effi yang awalnya sangat senang dapat melihat anaknya kemudian
berubah. Ia merasa sakit hati dan kecewa karena anaknya bersikap dingin padanya. Jawaban yang diucapkan anaknya selalu sama dan itu membuat suasana
hati Effi menjadi marah. Kemudian ia menyuruh Anaknya kembali ke Gereja, di mana Johanna menunggu anaknya di sana.
d. Suatu tempat yang sebagai simbol
1
Sebuah ruangan di rumah Baron
Latar tempat sebagai simbol dalam roman Effi Briest salah satunya ialah sebuah ruangan di rumah Baron, lebih tepatnya di lantai atas. Ruangan ini sebagai
simbol ketakutan Effi terhadap hantu China di Kessin. Karena hantu tersebut sering muncul dalam mimpi Effi yang bertempat di ruangan atas rumah Baron.
Hal ini terdapat dalam kutipan berikut. »Was ich hören muß, gnädge Frau Was war es denn?«
»Es war über mir ein ganz sonderbarer Ton, nicht laut, aber doch sehr eindringlich. Erst klang es, wie wenn lange Schleppenkleider über die
Diele hinschleiften, und in meiner Erregung war es mir ein paarmal, als ob ich kleine weiße Atlasschuhe sähe. Es war, als tanze man oben, aber
ganz leise.« Johanna, während das Gespräch so ging, sah über die Schulter der jungen Frau fort in den hohen, schmalen Spiegel hinein, um
die Mienen Effis besser beobachten zu können. Dann sagte sie: »Ja, das ist oben im Saal. Früher hörten wir es in der Küche auch. Aber jetzt
hören wir es nicht mehr; wir haben uns daran gewöhnt.«
»Apa yang harus aku dengar, Nyonya Apa yang terjadi? « »Ada suara yang aneh di atasku, tidak keras, tapi sangat tegas. Pertama
itu berbunyi, seperti jika baju panjang terseret di atas lantai papan, dan dalam kegelisahan membuatku beberapa kali seolah-olah aku melihat
sepatu satin putih. Saat orang menari di atas, tapi sama sekali tenang. «
136
Johanna, sewaktu pembicaraan berlangsung, melihat bahu nyonya muda jauh ke atas. Kemudian ia berkata: »Ya, itu di atas di ruang bangsal.
Dahulu kami juga mendengar di dapur. Tetapi sekarang kami tidak mendengarnya lagi; kami sudah membiasakan diri dengan itu. «
Fontane, Effi Briest, 2008: 66 Paragraf di atas adalah salah satu kutipan saat Effi merasa ketakutan
karena dihantui oleh seorang China. Tak hanya satu kali, Effi dihantui pada malam-malam selanjutnya dan ia sampai berteriak saat tidur.
»Ich schlief ganz fest, und mit einem Male fuhr ich auf und schrie ... vielleicht, daß es ein Alpdruck war ... Alpdruck ist in unserer Familie,
mein Papa hat es auch und ängstigt uns damit, und nur die Mama sagt immer, er solle sich nicht so gehenlassen; aber das ist leicht gesagt ... Ich
fuhr also auf aus dem Schlaf und schrie, und als ich mich umsah, so gut es eben ging in dem Dunkel, da strich was an meinem Bett vorbei, gerade
da, wo Sie jetzt stehen, Johanna, und dann war es weg. Und wenn ich mich recht frage, was es war ...«
»Nun, was denn, gnädge Frau?« »Und wenn ich mich recht frage ... ich mag es nicht sagen, Johanna ...
aber ich glaube, der Chinese.« »Der von oben?« Und Johanna versuchte zu lachen. »Unser kleiner
Chinese, den wir an die Stuhllehne geklebt haben, Christel und ich? Ach, gnädge Frau haben geträumt, und wenn Sie schon wach waren, so war
es doch alles noch aus dem Traum.«
»Aku tidur sangat nyenyak, dan tiba-tiba aku tersentak dan menjerit.. mungkin itu mimpi buruk... mimpi buruk dalam keluarga kita, ayahku
juga memilikinya dan menakuti kami dengan itu, dan ibu yang selalu berkata, seharusnya ayah tidak perlu terlalu memikirkan hal itu; tapi itu
mudah untuk dikatakan... Aku juga tersentak dalam tidur dan menjerit, dan saat aku melihat-lihat, begitu baik, baru saja itu pergi dalam
kegelapan, di sana garis apa yang melewati tempat tidurku, baru saja di sana, di mana Anda berdiri sekarang, Johanna, dan kemudian itu pergi.
Dan jika aku benar, apakah itu... « »Sekarang, apakah itu, Nyonya? «
»Dan jika aku benar... aku tidak suka mengatakan itu, Johanna... tapi aku pikir, itu orang China. «
»Dari atas? « Dan Johanna mencoba untuk tertawa. »orang China kecil kita, yang kita merekat ke sandaran kursi, Cristel dan saya? ah, Nyonya
bermimpi, dan jika Anda sudah bangun, maka itu memang semuanya masih dari mimpi. «
Fontane, Effi Briest, 2008: 93-94