Kesimpulan KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

Pada dimensi empathic concern ditemukan pula memiliki hubungan yang negatif yang artinya semakin rendah skor empathic concern, semakin tinggi tingkat perilaku cyberbullying. Artinya, semakin rendah tingkat perasaan simpati yang berorientasi kepada orang lain dan perhatian terhadap kemalangan yang dialami orang lain maka akan semakin tinggi perilaku cyberbullying seseorang. Dimensi lain dari variabel empati, yaitu fantasy berpengaruh negatif dan tidak signifikan. Artinya semakin rendah imajinasi seseorang maka semakin tinggi pula kecenderungan dalam perilaku cyberbullying. Meski tidak signifikan dalam mempengaruhi perilaku cyberbullying dimensi fantasy memberikan kontribusi sebesar 0.9 dalam mempengaruhi perilaku cyberbullying seseorang. Sedangkan pada dimensi personal distress tidak signifikan mempengaruhi perilaku cyberbullying. Artinya semakin tinggi kecemasan seseorang maka kecenderungan melakukan perilaku cyberbullying semakin tinggi. Personal distress dikatakan juga sebagai empati negative atau reaksi pribadi terhadap penderitaan orang lain yang diekspresikan dengan perasaan terkejut, takut, cemas, perihatin yang berlebihan dan rasa tidak berdaya Davis, 1980. Secara umum variabel self-control mempengaruhi perilaku cyberbullying pada penelitian ini. Dimensi behavior control berarah negatif dan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perilaku cyberbullying yang artinya semakin rendah pengendalian respon secara langsung mempengaruhi perilaku maka semakin tinggi perilaku cyberbullying seseorang. Hal tersebut sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menemukan bahwa secara langsung maupun tidak langsung rendahnya self-control mempengaruhi perilaku cyberbullying Vazsonyi, Machackova, Sevcikova et al., 2012. Kegagalan seseorang dalam pengendalian diri merupakan salah satu prediktor terjadinya cyberbullying. Dengan rendahnya kontrol perilaku behavior control seseorang, maka ia akan sulit mengendalikan perilakunya yang sesuai dengan norma yang berlaku dilingkungannya. Sebaliknya, jika seseorang memiliki kontrol perilaku yang tinggi, maka ia akan mudah mengendalikan perilakunya. Hasil penelitian ini juga menunjukkan pada dimensi decisional control berpengaruh signifikan terhadap perilaku cyberbullying tetapi berarah positif. Artinya, semakin tinggi skor aspek decisional control maka semakin tinggi perilaku cyberbullying seseorang. Berbeda dari beberapa penelitian sebelumnya yang mengukur decisional control yang menemukan arah yang negatif, salah satunya pada penelitian Badriyah 2013 yang mengukur self-control pada agresivitas remaja menemukan hasil yang negatif pada dimensi decisional control, peneliti berpendapat bahwa perbedaan antara hasil penelitian terdahulu ini bisa diakibatkan sampel penelitian, teknik pengambilan data, maupun alat ukur yang digunakan. Pada penelitian ini item-item yang digunakan pada dimensi decisional control menitik beratkan pada hal melakukan sesuatu sesuai yang diyakini diri sendiri, menjadi hal yang positif saat pada sampel pelaku cyberbullying lebih meyakini kebenaran yang dilakukan untuk tetap melakukan tindakan bullying. Sedangkan pada variabel self-esteem tidak memiliki pengaruh pada perilaku cyberbullying. Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian Patchin Hinduja 2010 yang menyatakan bahwa baik pelaku ataupun korban yang pernah mengalami cyberbullying sama-sama memiliki self-esteem yang