Sedangkan pada penelitian ini, bentuk aktivitas cyberbullying mengacu pada Willard 2007 yaitu, Flaming, Harassment, Denigration, Impersonation, Outing
Trickery, dan Exclusion.
2.1.3 Elemen Cyberbullying
Pada  umumnya  terdapat  3  elemen  baik  dalam  setiap  praktek  bullying  dan cyberbullying
:  pelaku  cyberbullies,  korban  victims  dan  saksi  peristiwa bystander.
1. Pelaku cyberbullies
Camodeca dan Goossens dalam Kowalski, 2008 karakteristik anak yang menjadi pelaku cyberbullying adalah memiliki kepribadian yang dominan
dan dengan mudah dan menyukai melakukan kekerasan. Cenderung lebih cepat  tempramental,  impulsif  dan  mudah  frustasi  dengan  keadaan  yang
sedang dialaminya. Lebih sering melakukan kekerasan terhadap orang lain dan sikap agresif kepada orang dewasa dibandingkan dengan anak lainnya.
Sulit dalam menaati peraturan. Terlihat kuat dan menunjukkan rendahnya rasa empati pada orang yang dia bully. Pandai memanupulasi dan berkelit
pada  situasi  sulit  yang  di  hadapi.  Sering  terlibat  dalam  agresi  proaktif, agresi  yang  disengaja  untuk  tujuan  tertentu  dan  agresi  reaktif,  reaksi
defensif ketika diprovokasi.
2. Korban victims
Seorang  remaja  yang  biasanya  menjadi  target  cyberbullying  biasanya mereka  yang  berbeda  dalam  pendidikan,  ras,  berat  badan,  cacat,  agama
dan mereka  yang  cenderung sensitif, pasif, dianggap lemah dan biasanya mereka  yang  jarang  bergaul  atau  keluar  rumah  Kowalski,  2008.
Sedangkan  dalam  National  School  Climate  Center  Marden,  2010 karakteristik remaja yang menjadi target atau korban cyberbullying adalah
sensitif,  menarik  diri  dari  lingkungan  sosial,  pasif,  mengalami  masalah dengan  kesehatan  mental,  sering  membiarkan  orang  lain  mengendalikan
diririnya,  dan  cenderung  depresi.  Dalam  beberapa  penelitian,  korban cyberbullying
cenderung  memiliki  self-esteem  lebih  rendah  dibandingkan teman  sebayanya.  Hal  tersebut  yang  membuat  dirinya  mengalami
kecemasan  sosial  dan  cenderung  menghindari  kontak  sosial  Campfield, 2006.
3. Saksi Peristiwa bystander
Saksi peristiwa adalah seseorang yang menyaksikan penyerangan perilaku bully
pada korbannya. Saksi peristiwa dapat dengan bergabung dalam web dan  meninggalkan  komentar  yang  menyakitkan,  atau  tanpa  melakukan
apapun  kecuali  mengamati  perilaku  bullying  Marden,  2010.  Sedangkan menurut Willard 2007, bystander terbagi menjadi dua, yaitu: 1 harmful
bystander, pengamat  yang  mendukung  peristiwa  bullying  atau  terus
mengamati  kejadian  tersebut  dan  tidak  memberi  bantuan  apapun  kepada korban, dan 2 helpful bystander, pengamat  yang berusaha menghentikan
bullying dengan cara memberikan dukungan kepada korban atau memberi
tahu orang yang lebih mempunyai otoritas.
2.1.4 Pengukuran Cyberbullying
Beberapa  alat  ukur  dalam  penelitian  terdahulu  cyberbullying  adalah  CBQ Cyberbullying  Quesionare  terdiri  dari  21  multiple  choise  yang  dikembangkan
dalam penelitian yang dilakukan untuk korban anak usia 11-16 tahun Smith et al., 2008.  Kemudian  Menesini,  Nocentini,    Palladino  2012  mengevaluasi
sekaligus merevisi alat ukur  cyberbullying and cybervicitimization Scale. Setiap skala  terdiri  atas  18  item  yang  mengukur  frekuensi  cyberbullying.  Alat  ukur
Revised Cyber Bullying  Inventory RCBI dikembangkan oleh  Topcu and Erdur-
Baker  2010    yang  terdiri  dari  14  item  untuk  cyberbullying  dan  14  item  untuk cybervictimization.
Sedangkan  di  Indonesia  penelitian  tentang  cyberbullying  mengembangkan alat  ukur  sendiri.  Pratiwi  2011  mengukur  perilaku  cyberbullying  dengan  alat
ukur yang dibuat sendiri yang mengacu pada teori Willard 2007 berupa beberapa aktivitas dalam cyberbullying. Terdiri atas 32 item untuk melihat aktivitas pelaku,
24  item  untuk  korban  dan  17  item  untuk  pengamat.  Permatasari  2012 menggunakan  alat  ukur  cyberbullying  berdasarkan  aktivitas  cyberbullying.  Alat
ukur  tersebut  terdiri  atas  10  item  bentuk  cyberbullying,  6  item  tujuan cyberbullying
dan  7  item  dampak  cyberbullying  dan  sampel  yang  digunakan dalam penelitian remaja SMA di Yogyakarta.
Pada  penelitian  ini,  peneliti  membuat  sendiri  alat  ukur  cyberbullying  yang mengacu pada aktivitas cyberbullying pada teori Wilard 2007. Alat ukur terdiri
dari  22  item  yang  menjelaskan  tentang  Flaming  pertengkaran  online