4. Variabel personal distress memberikan sumbangan sebesar 2.6 terhadap varians cyberbullying. Sumbangan tersebut signifikan dengan F Change=
5.841, df1 = 1 dan df2= 195 dengan Sig.F Change= 0.017 sig 0.05. 5. Variabel behavior control memberikan sumbangan sebesar 3.3 terhadap
varians cyberbullying. Sumbangan tersebut signifikan dengan F Change= 8.155, df1 = 1 dan df2= 194 dengan Sig.F Change= 0.005 sig 0.05.
6. Variabel cognitive control memberikan sumbangan sebesar 0.7 terhadap varians cyberbullying. Sumbangan tersebut tidak signifikan dengan F
Change= 1.763, df1 = 1 dan df2= 193 dengan Sig.F Change= 0.186 sig 0.05.
7. Variabel decisional control memberikan sumbangan sebesar 1.9 terhadap varians cyberbullying Sumbangan tersebut signifikan dengan F
Change= 4.695, df1 = 1 dan df2= 192 dengan Sig.F Change= 0.031 sig 0.05.
8. Variabel self-esteem memberikan sumbangan sebesar 0.1 terhadap varians cyberbullying. Sumbangan tersebut tidak signifikan dengan F
Change= 0.373, df1 = 1 dan df2= 191 dengan Sig.F Change= 0.542 sig 0.05.
Dengan demikian, terdapat lima dari delapan independent variable IV, yaitu perspective taking, personal distress, empathic concern, behavior control
dan
decisional control
yang berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku cyberbullying
jika dilihat dari besarnya R
2
yang dihasilkan dari sumbangan proporsi variabel yang diberikan.
84
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
Pada bab ini, akan dipaparkan lebih lanjut hasil dari penelitian yang dilakukan. Bab ini terdiri atas kesimpulan, diskusi dan saran.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil uji hipotesis mayor, didapatkan kesimpulan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari empati perspective taking, personal distress,
fantasy, empathic concern , self-control behavior control, cognitive control,
decisional control dan self-esteem terhadap perilaku cyberbullying pada remaja
SMAN 64 Jakarta. Kemudian berdasarkan hasil uji hipotesis minor yang menguji signifikansi
masing-masing koefisien regresi terhadap dependent variable DV, diperoleh hanya ada empat koefisien regresi yang signifikan mempengaruhi perilaku
cyberbullying yaitu perspective taking, empathic concern, behavior control, dan
decisional control . Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perilaku
cyberbullying dipengaruhi oleh perspective taking, empathic concern yang
merupakan aspek dari empati dan behavior control, dan decisional control yang merupakan aspek self-control.
5.2 Diskusi
Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian hipotesis, didapatkan bahwa ada pengaruh yang signifikan dari variabel empati perspective taking, empathic
concern dan self-control behavior control, dan decisional control terhadap
perilaku cyberbullying pada siswa SMAN 64 Jakarta. Secara umum variabel empati berpengaruh terhadap perilaku
cyberbullying pada sampel penelitian ini. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan Steffgen, Konig, Pfetsch, Melzer 2011 yang menemukan rendahnya respon empati pada pelaku cyberbullying dan menurut Menesini dalam Dilmac,
2009, pelaku bullying sebenarnya sadar akan perasaan orang lain namun tidak dapat atau tidak mau mengizinkan perasaan itu mempengaruhi mereka yang
akhirnya lebih memilih melakukan tindakan bullying. pada penelitian ini pada dimensi perspective taking memiliki hubungan negatif dengan perilaku
cyberbullying , jadi semakin rendah skor perspective taking pada pelaku
cyberbullying , maka semakin tinggi perilaku cyberbullying. Artinya, semakin
rendah seseorang melihat sudut pandang orang lain, maka perilaku cyberbullying akan semakin tinggi pada seseorang. Perspective taking secara psikologis dan
sosial penting dalam keharmonisan interaksi antar individu. Seseorang dapat mengoptimalkan kemampuan berpikirnya untuk memahami kondisi orang lain,
melalui pemaknaan sikap dan perilaku yang terlihat. Hal ini erat kaitannya dengan daya kognisi, kemampuan setiap orang dalam melakukan perspective taking akan
berbeda-beda tergantung dengan kecermatan analisisnya.
Pada dimensi empathic concern ditemukan pula memiliki hubungan yang negatif yang artinya semakin rendah skor empathic concern, semakin tinggi
tingkat perilaku cyberbullying. Artinya, semakin rendah tingkat perasaan simpati yang berorientasi kepada orang lain dan perhatian terhadap kemalangan yang
dialami orang lain maka akan semakin tinggi perilaku cyberbullying seseorang. Dimensi lain dari variabel empati, yaitu fantasy berpengaruh negatif dan
tidak signifikan. Artinya semakin rendah imajinasi seseorang maka semakin tinggi pula kecenderungan dalam perilaku cyberbullying. Meski tidak signifikan dalam
mempengaruhi perilaku cyberbullying dimensi fantasy memberikan kontribusi sebesar 0.9 dalam mempengaruhi perilaku cyberbullying seseorang.
Sedangkan pada dimensi personal distress tidak signifikan mempengaruhi perilaku cyberbullying. Artinya semakin tinggi kecemasan seseorang maka
kecenderungan melakukan perilaku cyberbullying semakin tinggi. Personal distress
dikatakan juga sebagai empati negative atau reaksi pribadi terhadap penderitaan orang lain yang diekspresikan dengan perasaan terkejut, takut, cemas,
perihatin yang berlebihan dan rasa tidak berdaya Davis, 1980. Secara umum variabel self-control mempengaruhi perilaku cyberbullying
pada penelitian ini. Dimensi behavior control berarah negatif dan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perilaku cyberbullying yang artinya semakin
rendah pengendalian respon secara langsung mempengaruhi perilaku maka semakin tinggi perilaku cyberbullying seseorang. Hal tersebut sejalan dengan
penelitian sebelumnya yang menemukan bahwa secara langsung maupun tidak langsung rendahnya self-control mempengaruhi perilaku cyberbullying Vazsonyi,