Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Perkembangan Domba di Indonesia

12 hari untuk kebutuhan pedagang sate atau restoran, sedangkan kemampuan untuk memenuhi permintaan hanya sampai dua ekor per hari. Pada hari-hari besar tertentu juga terjadi peningkatan permintaan yang signifikan terhadap domba. Lebaran Idul Adha adalah masa panen buat pengusaha peternakan domba, seperti Haji Bunyamin. Sebab, pada Hari Raya Idul Adha itu seluruh isi kandangnya akan terjual habis. Bahkan, 20 hari menjelang lebaran Idul Adha, seluruh dombanya sudah bukan menjadi milik Haji Bunyamin karena sudah dipesan oleh berbagai pembeli. Hal berarti setengah dari isi kandangnya, sudah dipastikan berpindah tangan ke konsumen. Untuk memanfaatkan peluang bisnis dan untuk memenuhi permintaan tersebut, Haji Bunyamin berencana melakukan pengembangan bisnis dengan cara penambahan investasi dalam bentuk kandang dan tanah. Rencana penambahan investasi ini akan menambah jumlah populasi domba yang akan digemukkan. Penambahan investasi yang direncanakan yaitu kandang penggemukan fattening sebanyak dua unit, kandang pembibitan breeding sebanyak satu unit dan tanah seluas 3000 m 2 dengan rencana penambahan kapasitas domba sebanyak 900 ekor. Permasalahan tersebut diatas menarik bagi penulis untuk mengkaji studi kelayakan pengembangan bisnis domba pembibitan dan penggemukan. Terdapat beberapa permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini antara lain : 1. Bagaimana kelayakan usaha pengembangan bisnis pembibitan dan penggemukan domba Peternakan Domba Tawakkal berdasarkan aspek non- finansial dilihat dari aspek pasar, manajemen, teknis, sosial dan lingkungan ? 2. Bagaimana kelayakan pengembangan bisnis pembibitan dan penggemukan domba Peternakan Domba Tawakkal berdasarkan aspek finansial ? 3. Bagaimana nilai pengganti switching value pengembangan bisnis pembibitan dan penggemukan domba terhadap kelayakan usaha ?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah : 1. Mengkaji kelayakan pengembangan bisnis pembibitan dan penggemukan domba Peternakan Domba Tawakkal dari aspek non-finansial. 13 2. Mengkaji kelayakan pengembangan bisnis pembibitan dan penggemukan domba Peternakan Domba Tawakkal dari aspek finansial. 3. Menganalisis nilai pengganti switching value pada pengembangan bisnis pembibitan dan penggemukan domba terhadap kelayakan usaha.

1.4. Manfaat Penelitian

Berdasarkan apa yang akan diteliti oleh peneliti maka diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat sebagai rekomendasi dan mengetahui apakah perlu melakukan pengembangan ataupun penambahan investasi dan sebagai tambahan dokumen perusahaan dalam mengetahui seberapa besar kelayakan bisnis penggemukan domba yang akan berjalan. Adapun manfaat untuk berbagai pihak antara lain : 1. Bagi Peternakan Domba Tawakkal, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dan informasi sebagai bahan pertimbangan dalam menjalankan operasional usaha dan menentukan kebijakan terkait dengan kegiatan operasional dan pengembangan usahanya. 2. Bagi masyarakat luas terutama peternak, sebagai bahan masukan dan informasi dalam menjalankan bisnis domba. 3. Bagi pemerintah daerah Kabupaten Bogor, sebagai acuan untuk pengembangan peternakan domba di Kabupaten Bogor. 4. Bagi akademisi dan peneliti, sebagai literatur untuk penelitian yang berhubungan dengan masalah yang relevan dalam rangka pengembangan peternakan domba. 14 II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perkembangan Domba di Indonesia

Daging domba merupakan salah satu sumber protein hewani yang cukup digemari oleh masyarakat Indonesia, disamping produk daging yang berasal dari ternak lain seperti kerbau, kambing, sapi, kuda, babi dan ternak unggas. Untuk produksi nasional secara proporsional 71,29 persen daging ternak ruminansia dihasilkan oleh ternak sapi, 5,5 persen dari domba, 8,6 persen dari kambing dan 11 persen dari kerbau. Data populasi ternak domba di Indonesia dalam lima tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 5 . Penggemukan domba adalah pemeliharaan domba yang dimulai dari masa pascasapih dalam keadaan kurus untuk ditingkatkan berat badannya melalui pembesaran daging dalam waktu relatif singkat 3-5 bulan. Beberapa hal yang berkaitan dengan usaha penggemukan domba adalah jenis domba. Menurut Sutama dan Budiarsana 2009 beberapa jenis domba ternakan yang umum dipelihara petani dalam usaha penggemukan domba di Indonesia adalah : 1. Domba Ekor Tipis DET Domba Ekor Tipis sering disebut sebagai domba lokal DET banyak dijumpai di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah dan Sumatera Utara. Ukuran tubuhnya relatif kecil dan warna bulu bermacam-macam. Kadang-kadang terdapat lebih dari satu warna bulu pada seekor domba. DET jantan bertanduk relative kecil, sedangkan betina tidak bertanduk. Pertumbuhan DET agak lambat. Oleh karena itu, berat badan dewasa hanya 30-50 kg untuk jantan dan 15-35 kg untuk betina pada umur yang relatif tua 1-2 tahun. Jumlah anakan setiap kelahiran cukup tinggi 1-3 ekor sehingga dimasukkan dalam kelas domba prolifik. Ukuran tubuhnya yang kecil menolong ternak ini untuk beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang kurang baik. 2. Domba Ekor Gemuk DEG Domba ekor gemuk banyak tersebar di Provinsi Jawa Timur, terutama pulau Madura dan pulau-pulau kecil sekitarnya. DEG juga dijumpai di daerah Donggala, Sulawesi Tengah dan pulau Lombok dalam jumlah sedikit. 15 Ciri khas domba ekor gemk terlihat pada ekornya yang tebal dan lebar dengan wana bulu yang putih mulus. DEG jantan dan betina tidak bertanduk. Daun telinga DEG umumnya berukuran medium atau normal dengan posisi agak menggantung. Karakteristik penting dari DEG adalah tipe bulunya umumnya bebas dari wol sehingga DEG termasuk domba rambut Hair sheep. Warna bulu putih, ekornya tebal cadanga lemak menyebabkan domba ini tahan terhadap kondisi lingkungan panas dan kering. Disamping itu domba DEG relative lebih jinak dibandingkan dengan Domba Garut . Pada musim hujan, ternak ini akan menyimpan kelebihan nutrisi yang diperolehnya di bagian ekor dalam bentuk lemak untuk dimanfaatkan pada musim kemarau, saat terjadi kekurangan pakan. Berat badan DEG jantan berkisar antara 50-70 kg, sedangkan DEG betina hanya 30-40 kg. 3. Domba Garut Priangan Domba Priangan atau yang lebih popular dengan Domba Garut tersebar luas di Kabupaten Garut. Domba ini sudah dianggap domba lokal. Padahal, domba ini merupakan campuran antara domba ekor tipis DET, domba Kaapstad ekor gemuk dari Afrika Barat Daya, dan Domba Merino dari Australia. Akan tetapi, proporsi genotype masing-masing rumpun tidak diketahui secar pasti. Domba Garut semakin popular sebagai domba aduan. Domba tersebut diadukan dalam pertunjukan adu domba yang digemari oleh kalangan pecinta Domba Garut di Jawa Barat. Tradisi adu domba ini secara tidak langsung juga menjaga pelestarian plasma nutfah Domba Garut . Untuk domba aduan, petani akan melakukan seleksi dan memeliharanya dengan baik. Oleh karna itu, sangat banyak dijumpai Domba Garut jantan dengan berat badan 45-80 kg dan Domba Garut betina 25-40 kg. Ciri khas Domba Garut , diantaranya daun telinganya berukuran kecil dan berbentuk meruncing. Bahkan, ada yang daun telinganya sangat kecil rumpung. Warna bulunya bermacam-macam, seperti putuh, hitam, cokelat atau campuran dua sampai tiga warna dengan pola campuran warna bulu yang sangat bervariasi. Bulu domba priangan merupakan wol yang kasar. Bulu tersebut dapat dipergunakan sebagai bahan karpet atau barang kerajinan lainnya seperti topi dan tas. 16 Memelihara domba sangat menguntungkan, karena tidak hanya menghasilkan daging, tetapi juga menghasilkan pupuk kandang. Kotoran domba juga mempunyai nilai ekonomis, karena termasuk pupuk organik yang dibutuhkan oleh semua jenis tumbuhan. Kotoran domba dapat menjadi sumber hara yang dapat memperbaiki struktur tanah sehingga menjadi lebih gembur dan subur. Secara umum, tatalaksana pemeliharaan domba antara lain meliputi perkandangan, pakan, pengendalian penyakit.

2.2. Hasil Penelitian Sebelumnya