16 Memelihara domba sangat menguntungkan, karena tidak hanya
menghasilkan daging, tetapi juga menghasilkan pupuk kandang. Kotoran domba juga mempunyai nilai ekonomis, karena termasuk pupuk organik yang dibutuhkan
oleh semua jenis tumbuhan. Kotoran domba dapat menjadi sumber hara yang dapat memperbaiki struktur tanah sehingga menjadi lebih gembur dan subur.
Secara umum, tatalaksana pemeliharaan domba antara lain meliputi perkandangan, pakan, pengendalian penyakit.
2.2. Hasil Penelitian Sebelumnya
Salah satu upaya untuk meningkatkan populasi domba dan meningkatkan pendapatan petani adalah dengan melakukan perbaikan terhadap sistem
pengembangan usaha domba itu sendiri. Sistem pengembangan usaha ternak domba dapat dilaksanakan dengan pola kemitraan yang melibatkan berbagai
pihak Eliser 2000. Model pengembangan terbaik adalah dengan pemberdayaan petani, pemerintah daerah, LSM dan investor. Model kemitraan di Sumatera Utara
yang diteliti oleh Eliser 2000 menggambarkan dua kondisi wilayah yang berbeda. Daerah yang diteliti yaitu daerah Kabupaten Langkat dan daerah tempat
transmigran. Pada daerah Langkat pola kemitraan memberikan pengaruh positif kepada masyarakat dan mengalami peningkatan populasi sebesar 46 persen dari
populasi awal. Sedangkan untuk daerah tansmigran pola kemitraan mengalami kegagalan yang faktor utamanya disebabkan oleh kurangnya koordinasi antara
lembaga terkait. Pengembangan dalam skala wilayah dan pola ekstensifikasi wilayah juga
dapat diterapkan untuk mengembangkan usaha dan peningkatan populasi domba dengan memperhatikan daya dukung wilayah dan prioritas pengembangan
wilayah Riwantoro 2005. Adanya otonomi daerah mendorong setiap daerah untuk memberdayakan segala potensi daerahnya dengan baik dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat. Usaha ternak merupakan usaha yang memiliki potensi yang dapat
dikembangkan untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi peternak. Kontribusi usaha ternak domba terhadap keluarga petani investasi yang dapat diuangkan oleh
petani. Misalnya kontribusi ternak domba terhadap petani di Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut. Penelitian Rahmat 2008 di lokasi tersebut menunjukkan
17 bahwasanya kontribusi pendapatan masyarakat dari beternak domba yaitu
Rp 3.155.469,00tahun untuk 12 orang peternak skala I dengan kepemilikan rata- rata ternak 9,04 Setara Domba Dewasa, Rp 3.618.378,00 per tahun untuk 22
orang peternak skala II dengan kepemilikan rata-rata ternak 13,42 Setara Domba Dewasa dan Rp 8.078.140,00 per tahun untuk lima orang peternak pada skala III
dengan kepemilikan rata-rata ternak 35,40 Setara Domba Dewasa. Kontribusi ini akan semakain meningkat apabila skala usaha peternak domba semakin besar. Hal
ini dibuktikan dengan penghitungan kontribusi pendapatan keluarga peternak yaitu kontribusi sebesar 6,33 persen pada skala I, kontribusi sebesar 11,35 persen
pada skala II dan 27,54 persen untuk skala ke III. Daerah Bogor merupakan daerah yang sesuai untuk mengembangkan
potensi sumberdaya perternakan karena selain memegang peranan penting dalam perekonomian pedesaan Bogor, ketersediaan sumberdaya ternak juga sangat
mendukung dalam kegiatan produksi. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Yulida pada 2008 yang meneliti tentang Potensi sumberdaya
peternakan di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor untuk pengembangan ternak domba. Peneliti menggambarkan bahwa sumberdaya yang tersedia masih
mendukung dalam pembangunan ternak domba di Kecamatan Ciampea antara yang lain sumberdaya alam, manusia,modal dan kelembagaan peternakan. Jumlah
ternak yang saat ini mencapai 422 ekor, dengan melihat jumlah sumberdaya pakan ternak yang masih surplus di Kecamatan Ciampea diperkirakan masih dapat
dilakukan penambahan ternak hingga mencapai 102 ekor. Oktavianty 2010 melakukan penelitian mengenai analisis kelayakan unit
usaha pembibitan domba ekor tipis di Peternakan Domba Tawakkal Desa Cimande Hilir Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor. Hasil dari penelitian ini
menyebutkan bahwa secara aspek finansial dan aspek non-finansial usaha yang dijalankan Peternakan Domba Tawakkal layak. Secara Finansial usaha pembibitan
domba ekor tipis memenuhi kriteria kelayakan finansial yaitu dengan NPV sebesar Rp 222.367.054,39 ; Net BC sebesar 1,71; IRR sebesar 19,31 dan
Payback Period sebesar 5,94 5 tahun 11 bulan 9 hari. Untuk Break Even Point
jantan yaitu sebesar 1.003 ekor dan untuk betina sebesaar 523 ekor sedangkan penjualan aktual hingga saat ini sudah mencapai 1.718 ekor untuk domba jantan
18 dan 733 ekor untuk domba betina. Harga Pokok produksi yaitu sebesar Rp
508.703,14 untuk jantan muda dan dijual sebesar Rp 650.000 sehingga mendapatkan marjin sebesar Rp 141.296,86. Domba dara yang dihasilkan
mempunyai harga pokok produksi sebesar Rp 447.731,28 dengan harga jual sebesar Rp 500.000,00 dan mendapatkan marjin sebesar Rp 52.268,72. Kondisi
ini sangat dipengaruhi oleh setiap aspek finansial dan non-finansial yang mendukung kegiatan operasional.
Penelitian Fitriani 2010 tentang strategi bisnis pada peternakan domba Peternakan Domba Tawakkal Desa Cimande Hilir Kecamatan Caringin Bogor
menyebutkan bahwa produk yang paling prospektif untuk dikembangkan yaitu domba ekor tipis domba lokal karena memiliki nilai ekonomis, peluang pasar,
permintaan dan kuantitas produksi merupakan faktor-faktor yang mendukung kegiatan usaha. Pada penelitian juga disebutkan bahwa kualitas domba yang
dihasilkan adalah kuatitas yang berperforma bagus dan berkualitas. Ini merupakan kekuatan utama dari Peternakan Domba Tawakkal
dibandingkan dengan peternakan lain sehingga permintaan untuk domba terusa meningkat dan didukung
oleh pertumbuhan penduduk yang menjadikannya sebagai peluang utama. Kurangnya promosi produk membuat Peternakan Domba Tawakkal
kurang dikenal di masyarakat dan menjadikannya sebagai kelemahan utama. Dengan pemanfaatan media sebagai tempat member dan mendapatkan informasi
akan menjadikan Peternakan Domba Tawakkal semakin dikenal masyarakat seperti yang dilakukan oleh pesaing dari perusahaan sejenis yang dijadikan
sebagai ancaman utama. Peneliti menggunakan analisis Qualitative Strategic Planning yang menyebutkan bahwa Membangun dan memperkuat jaringan usaha
dengan lembaga kurban dan aqiqah merupakan prioritas utama karena nilai Total Attractiveness Score
TAS merupakan nilai tertinggi yaitu 6,7736 dibandingkan dengan prioritas strategi lain. Berbagai alternativ strategi ditawarkan oleh peneliti
kepada Peternakan Domba Tawakkal yang antara lain yaitu meningkatkan penjualan, memperbaiki perencanaan perusahaan, memanfaatkan teknologi
informasi, membangun dan memperkuat jaringan usaha, meningkatkan citra produk dan promosi secara agresif dengan pemahaman positif tentang manfaat
produk.
19 Andajani 2006 melakukan penelitian tentang hubungan karakteristik
peternakan domba dengan tingkat partisipasinya dalam pengembangan agribisnis peternakan di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Dalam penelitian yang dilaksanakan,
populasi yang diambil adalah peternak yang berada di empat daerah di sekitar Bogor yaitu : Kecamatan Cigudeg, Mega Mendung, Caringin dan Cairu. Seluruh
peternakan yang dijadikan populasi merupakan peternak yang menerima Bantuan Pinjaman Langsung Masyarakat BPLM yang diberikan oleh pemerintah untuk
menunjang program pengembangan agribisnis komoditi domba. Partisipasi peternak pada penelitian ini termasuk tinggi karena mencapai 32 persen.
Partisipasi yang peternak berikan yaitu kontribusi pada tenaga kerja dan partisipasi lainnya yang bersifat fisik. Dalam kegiatan non-fisik seperti
perencanaan usaha, pengawasan kegiatan dan pengawasan kegiatan
pengembalian pinjaman partisispasi responden masih dikatakan rendah. Hal ini disebabkan karena para responden merasa tidak dilibatkan dalam kegiatan
perencanaan dan penggunaan biaya belanja dari dana BPLM. Kemudahan akses terhadap modal juga akan meningkatkan partisipasi peternak dalam melaksanakan
kegiatan. Dibuktikan dengan penghitungan koefisien regresi sebesar 0,75 persen untuk akses modal yang merupakan faktor yang berpengaruh nyata bagi
partisipasi peternak. Penelitian terdahulu yang dikaji memiliki manfaat yang dapat diambil
antara lain adalah penggunaan metode, lokasi penelitian yang digunakan oleh peneliti sebelumnya. Adapun penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan
dengan penelitian terdahulu. Persamaan penelitian ini dengan penelititan terdahulu adalah objek penelitian yang sama yaitu domba yang diteliti oleh Eliser 2000,
Riwantoro
2005
, Andajani 2006,
Rahmat 2008, Yulida 2008, Fitriani 2010 dan Oktavianty
2010
. Selain itu, persamaan lain dengan penelitian terdahulu adalah metode yang digunakan serta analisis kelayakan usaha yaitu NPV Net
Present Value , Net B-C Ratio, IRR Internal Rate of Return, Payback Period
dan Analisis Sensitivitas yang diteliti oleh Oktavianty 2010.
20
III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis