Pengaruh Book Tax Gap terhadap Persistensi Laba

22 Tabel 2.1 Lanjutan Penelitian Terdahulu No PENELITI JUDUL VARIABEL HASIL 2 Santi, Carmel Meiden, Haitami Abubakar, Institut Bisnis dan Informatika Indonesia 2009 Pengaruh Perbedaan Laba Akuntansi Dan Laba Fiskal Terhadap Persistensi Laba, Akrual Dan Arus Kas Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bei Tahun 2005-2009 Variabel independen: 1. Aliran kas operasi PTCF 2. Laba akrual PTACC 3. laba sebelum pajak PTBI t 4.Perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal book- tax differences Variable Dependen: 1.Laba sebelum pajak masa depan PTBI t+1 2. Kumulatif return tidak normal masa depan CAR t+1 perbedaan besar positif dan negatif antara laba akuntansi dan laba fiskal berpengaruh negatif terhadap persistensi laba akuntansi satu perioda kedepan. Begitu pun dengan keterkaitannya dengan komponen akrual, perbedaan besar positif dan negatif antara laba akuntansi dan laba fiskal yang berhubungan dengan komponen akrual laba berpengaruh negatif terhadap persistensi laba akuntansi satu perioda kedepan. Ekspektasi investor terhadap persistensi laba akuntansi yang tercermin dalam harga saham untuk komponen akrual laba tidak konsisten dengan persistensi akrual untuk perusahaan dengan book-tax differences besar. 23 Tabel 2.1 Lanjutan Penelitian Terdahulu No PENELITI JUDUL VARIABEL HASIL 3 Aulia Eka Persada, 2009 Pengaruh Book Tax Gap terhadap Persistensi Laba Variabel independen: 1. Aktiva tetap kotor 2. Aktiva tidak berwujud kotor 3. Perubahan pendapatan 4. Kompensasi kerugian 5. Ukuran perusahaan Variabel Dependen: 1.Book Tax Gap BTD 2.Persistensi Laba tidak adanya hubungan book tax gap dengan perubahan pendapatan dan aktiva tidak berwujud kotor, sedangkan aktiva tetap kotor, kompensasi kerugian, ukuran perusahaan terbukti secara statistik memiliki hubungan negatif terhadap book tax gap. Didapatkan pula bahwa perbedaan permanen memiliki koefisien negatif secara statistik baik pada model ΔPTBI maupun model ΔNI, tetapi perbedaan temporer memiliki koefisien negatif secara statistik pada model ΔPTBI tetapi positif pada model ΔNI. 24 Tabel 2.1 Lanjutan Penelitian Terdahulu No PENELITI JUDUL VARIABEL HASIL 4 Michelle Hanlon , University Of Michigan Business School. 2005 Persistensi dan Nilai Laba, Akrual dan Arus Kas Ketika Perusahaan Memiliki Perbedaan Laba Akuntansi dan Laba Fiskal Yang Besar. The Persistence and Pricing of Earnings, Accruals and cash flows when Firms Have Large Book–Tax Differences. Variabel independen: 1. Pre-tax book income in the current year 2. Pre-tax cash flow 3.book-tax differences 4. Pre-tax accruals 5. Market value of equity 6. Ratio of the firm’s book value of equity 7. Earnings to price ratio Variable Dependen: 1. Pre-tax book income one-year- ahead 2 . Size-adjusted return perusahaan dengan large book-tax differences yang memiliki pendapatan yang kurang gigih dari perusahaan dengan perbedaan small book- tax differences. Selanjutnya, bukti konsisten dengan investor menafsirkan large positive book – tax differences penghasilan buku lebih besar dari penghasilan kena pajak sebagai bendera merah dan mengurangi harapan mereka kegigihan laba masa depan. 25 Tabel 2.1 Lanjutan Penelitian Terdahulu No PENELITI JUDUL VARIABEL HASIL 5 Richard G. Sloan, University of Trisakti Pennsylvani a 1996 Apakah harga saham benar- benar merefleksikan informasi Akrual dan Arus Kas tentang Pendapatan di Masa Datang? Do Stock Prices Fully Reflect Information in Accruals and Cash Flows about Future Earnings? kinerja earnings yang teratribut pada komponen accruals menggambarkan persistensi yang lebih rendah daripada kinerja earnings yang teratribut pada komponen arus kas. Sloan 1996 juga menunjukkan bahwa harga saham bereaksi jika investor “fixate” percaya pada earnings, gagal membedakan antara properties komponen accruals dan komponen arus kas. Akibatnya, perusahaan- perusahaan yang level akrualnya relatif tinggi rendah mengalami abnormal return masa datang yang negatif positif di sekitar pengumuman earnings masa datang. Sloan 1996 berpendapat bahwa hasil penelitian ini konsisten dengan fiksasi earnings oleh sebagian kecil partisipan pasar terhadap jumlah total earnings yang dilaporkan tanpa memperhatikan besarnya komponen accruals dan komponen arus kas. 26 H. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis Penelitian 1. Laba Tahun Berjalan dengan Persistensi Laba Menurut Sudibyo dalam Suwardjono 2003 akuntansi adalah rekayasa informasi dan pengendalian keuangan. Kebermanfaatan akuntansi dewasa ini tidak lagi hanya dinilai atas dasar fungsinya dalam pertanggungjawaban keuangan tetapi lebih luas atas dasar fungsinya dalam menunjang keputusan decision usefulness pada tingkat perusahaan maupun nasional. Definisi persistensi laba menurut Penman 2007 adalah revisi dalam laba akuntansi yang diharapkan dimasa mendatang expected future earnings yang diimplikasi oleh inovasi laba tahun berjalan current earnings. Menurut Sloan 1996 persistensi laba merupakan suatu ukuran yang menjelaskan kemampuan perusahaan untuk mempertahankan jumlah laba yang diperoleh saat ini sampai satu perioda masa depan. Laba merupakan indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja operasional perusahaan. Informasi tentang laba mengukur keberhasilan atau kegagalan bisnis dalam mencapai tujuan operasi yang ditetapkan. Baik kreditur maupun investor, menggunakan laba untuk mengevaluasi kinerja manajemen, memperkirakan persistensi laba, dan untuk memprediksi laba dimasa yang akan datang. Penelitian tentang persistensi di lndonesia dimulai penelitian oleh Wijayanti yang mereplikasi penelitian Hanlon untuk diteliti di Indonesia 27 menggunakan laba tahun berjalan sebagai variabel independen dan diletakkan sebagai dasar model penelitian mengenai persistensi PTBI t+1 = γ + γ 1 PTBI t + U t+1 begitupula penelitian tentang persistensi lainnya di Indonesia seperti Aulia Eka Persada, Santi, Sonya Erna Ginting, Santi dan Djamaluddin. Dari penelitian-penelitian sebelumnya maka hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah : H 1 : Laba tahun berjalan berpengaruh terhadap persistensi Iaba akuntansi.

2. Komponen Akrual dengan Persistensi Laba

Hayn 1995 menjelaskan bahwa gangguan persepsian dalam laba akuntansi disebabkan oleh peristiwa transitori transitory events atau penerapan konsep akrual dalam akuntansi. Peristiwa transitori adalah peristiwa yang terjadi pada waktu tertentu dan hanya berpengaruh pada perioda terjadinya peristiwa tersebut. Chandrarin 2001 juga menjelaskan bahwa komponen transitori merupakan komponen yang hanya berpengaruh pada perioda tertentu, terjadinya tidak persisten atau tidak terus-menerus, dan mengakibatkan angka laba rugi yang dilaporkan dalam laporan laba-rugi berflukfuasi. Semakin besar gangguan persepsian yang terkandung dalam laba akuntansi, maka semakin rendah kualitas laba akuntansi Wijayanti, 2006. Keterkaitan persistensi Iaba dengan komponen akrual dan arus kas dirnana persistensi laba ditentukan oleh komponen akrual dan aliran kas dari laba sekarang, yang mewakili sifat transitori dan permanen laba. Selain itu, persistensi laba ditentukan oleh komponen akrual dan aliran 28 kas yang terkandung dalam laba saat ini Penman, 2007. Laba akuntansi berdasar akrual memunculkan isu tentang persistensi laba, karena laba dari proses akuntansi akrual potensial menjadi objek perekayasaan laba earning management. Beberapa teknik manajemen laba earnings management dapat mempengaruhi laba yang dilaporkan oleh manajemen. Praktik manajemen laba akan mengakibatkan kualitas laba yang dilaporkan menjadi rendah. Laba dapat dikatakan berkualitas tinggi apabila laba yang dilaporkan dapat digunakan oleh para pengguna users untuk membuat keputusan yang terbaik. Berdasarkan hasil dari penelitian-penelitian tersebut maka hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah: H 2 : Komponen Akrual berpengaruh terhadap persistensi laba akuntansi .

3. Arus Kas dengan Persistensi Laba

Sloan 1996 mengemukakan bahwa persistensi laba merupakan salah satu komponen nilai prediksi laba dalam menentukan kualitas laba, dan persistensi laba tersebut ditentukan oleh komponen akrual dan aliran kas dari laba sekarang, yang mewakili sifat transitori dan permanen laba. Beberapa analis keuangan lebih suka mengkaitkan aliran kas operasi sebagai penentu atas kualitas laba karena aliran kas dianggap lebih persisten dibanding komponen akrual. Mereka percaya bahwa semakin tinggi rasio aliran kas operasi terhadap laba bersih, maka akan semakin tinggi pula kualitas laba tersebut Wijayanti, 2006. 29 Beberapa literatur menganggap bahwa data arus kas merupakan indikator keuangan yang lebih baik dibandingkan dengan akuntansi karena laporan arus kas relatif lebih mudah diinterpretasikan dan relatif lebih sulit untuk dimanipulasi. Dengan demikian Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah: H 3 : Arus kas berpengaruh terhadap persistensi laba akuntansi. 4. Perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal sebagai variabel moderating dengan Persistensi Laba] Joos et al., 2000 membuktikan bahwa perusahaan dengan book- tax differences besar baik positif laba akuntansi lebih besar daripada laba fiskal maupun negatif laba akuntansi lebih kecil daripada laba fiskal diduga sama-sama mempunyai kualitas laba rendah. Hasil yang sama didapatkan oleh Hanlon, Wijayanti dan Santi yang mendapatkan bahwa perusahaan dengan perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal yang besar memiliki laba yang kurang persisten dibanding dengan perusahaan dengan perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal yang kecil. Dengan demikian Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah : H4: Perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal yang berhubungan dengan laba tahun berjalan berpengaruh terhadap persistensi laba. Perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal mengindikasikan kualitas laba rendah karena subyektivitas dalam proses akrual untuk tujuan pelaporan keuangan dibanding untuk tujuan pajak. Jika Perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal menunjukkan subjektivitas dalam proses akrual pelaporan keuangan, maka perusahaan dengan perbedaan laba 30 akuntansi dan laba fiskal negatif yang besar akan menunjukkan komponen laba akrual yang kurang persisten. Penelitian yang dilakukan wijayanti yang menemukan bahwa perusahaan dengan perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal negatif yang besar akan menunjukkan komponen laba akrual yang kurang persisten dibanding perusahaan yang memiliki beda laba akuntansi dan laba fiskal yang kecil memiliki arti bahwa beda laba akuntansi dan laba fiskal memiliki pengaruh negatif terhadap persistensi laba. Maka hipotesis kelima dalam penelitian ini adalah: H5: Laba akuntansi dan laba fiskal yang berhubungan dengan komponen akrual berpengaruh terhadap persistensi laba. Santi pada penelitiannya mendapatkan bahwa arus kas sebelum pajak mempengaruhi secara positif dan signifikan terhadap laba sebelum pajak satu periode mendatang. Koefisien PTCF t LPBTD t dan PTACC t LPBTD t , keduanya adalah negatif, menunjukkan bahwa arus kas operasi dan laba akrual dengan Large Positif Book Tax Differences berpengaruh negatif terhadap persistensi laba akuntansi untuk satu periode mendatang. Hal ini konsisten dengan hasil pernyataan Revsine et al 1999 dan penelitian Wijayanti 2006. Dengan demikian hipotesis terakhir dalam penelitian ini adalah: H6: Perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal yang berhubungan dengan arus kas berpengaruh terhadap persistensi laba.