Monetary assets and liabilities denominated in currencies other than the US dollar

Catatan atas Laporan Keuangan untuk 31 Desember 2005 dan 2004 PT International Nickel Indonesia Tbk Notes to the Financial Statements December 31, 2005 and 2004 PT International Nickel Indonesia Tbk 37

33. Segment Information

The Company operates in only one business and geographical segment, being nickel mining and processing in Indonesia. All of the Company’s products are delivered under long-term sales contracts.

34. Contingent Liabilities

The Company became aware during 2005 that part of the area to be developed for the Karebbe Dam project as part of the Company’s planned expansion, falls within a forest area. As a result, the Company was required to obtain approval from the Forestry Ministry for use of the land. A permit for use of the land was received, however, the Company is in the process of requesting amendment of the permit. Management continues to work with the Ministry of Forestry and expects this process to be resolved within a few months of balance sheet date. As such the Company is of the view that there will be no obstacles to continuing the project and certain engineering, design and procurement activities are continuing. Expenditures on the project up to December 31, 2005 were approximately 37 million, which is classified as Construction in Progress. Given the favorable discussions with the Forestry Ministry, the fact that this project is part of an overall expansion which is supported by the Government, and the fact that activities are continuing, management believes that the capitalized costs are not impaired as of December 31, 2005. As a condition of the current forestry permit issued, the Company is required to provide to the government compensation land covering an area of two times the forest area to be used 195 hectares. However, at this time the cost of this commitment can not be determined precisely, as the Company’s negotiations with the local government as to which area will be allocated for land compensation are still ongoing. The Company believes that the cost of such commitment will not be significant.

35. General Reserve

The Company has yet to set up a general reserve in accordance with the Indonesian Limited Company Law No.11995 introduced in March 1995 which requires Indonesian companies to set up a general reserve amounting to 20 per cent of the Company’s issued and paid up capital. There is no set period of time over which this amount should be provided.

36. Subsequent Events

At an Extraordinary General Meeting of Shareholders in Jakarta on February 2, 2006, shareholders appointed Ronald C. Aelick and Robert D.J. Davies to the Board of Commisioners, replacing Logan W. Kruger and Farokh S. Hakimi who recently resigned.

33. Informasi Segmen

Perseroan beroperasi hanya dalam satu segmen usaha dan geografis, yaitu penambangan nikel dan pengolahan di Indonesia. Seluruh produk Perseroan dijual berdasarkan kontrak penjualan jangka panjang.

34. Kewajiban Kontinjen

Pada tahun 2005 Perseroan mendapat informasi bahwa sebagian wilayah yang akan digunakan untuk pembangunan bendungan Karebbe, sebagai bagian dari rencana ekspansi Perseroan, berada dalam wilayah hutan lindung. Sehingga, untuk menggunakan area tersebut, Perseroan harus mendapatkan ijin dari Kementerian Kehutanan. Ijin tersebut telah diperoleh, namun Perseroan dalam proses untuk memohon perubahan atas ijin tersebut. Manajemen terus bekerja sama dengan Departemen Kehutanan dan berharap proses ini dapat selesai dalam beberapa bulan neraca. Menurut Perseroan, adanya persetujuan informal ini, menunjukkan bahwa tidak ada halangan apapun untuk melanjutkan proyek Karebbe dan saat ini kegiatan rekayasa, desain dan pengadaan sehubungan dengan proyek ini masih terus berlangsung. Sampai 31 December 2005, biaya yang telah dikeluarkan untuk proyek Karebbe mencapai 37 juta yang di catat sebagai Aktiva Tetap dalam Penyelesaian. Berdasarkan hasil pembicaraan positif dengan Kementerian Kehutanan, mengingat dukungan yang besar dari pemerintah dalam proyek ini dan masih berlangsungnya aktivitas yang berkaitan dengan proyek ini, maka manajemen berpendapat bahwa biaya yang telah dikapitalisasi sampai tanggal 31 Desember 2005 tersebut masih akan tetap mempunyai nilai tambah di masa depan. Sebagai persyaratan dari ijin menteri kehutanan tersebut, Perseroan diminta untuk menyediakan lahan kompensasi sebanyak dua kali dari kawasan hutan yang akan dipakai 195 hektar. Namun sampai saat ini biaya untuk penyediaan lahan tersebut belum dapat ditentukan dengan tepat, karena negosiasi Perseroan dengan pemerintah setempat untuk menetapkan daerah mana yang akan dialokasikan untuk lahan kompensasi masih terus berlangsung. Perseroan yakin bahwa biaya berkenaan dengan komitmen ini tidak signifikan.

35. Cadangan Umum

Perseroan belum membuat cadangan umum sesuai dengan Undang-Undang Perseroan Terbatas No.11995 yang ditetapkan bulan Maret 1995 yang mewajibkan Perseroan di Indonesia membuat cadangan umum sebesar 20 persen dari modal Perseroan yang ditempatkan dan dibayar penuh. Tidak ada ketentuan waktu kapan cadangan ini harus ditetapkan.

36. Peristiwa-Peristiwa Setelah Tanggal Neraca

Pada Rapat Umum pemegang Saham Luar Biasa yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 2 Februari 2006, para pemegang saham menunjuk Ronald C. Aelick dan Robert D.J. Davies menjadi anggota Dewan Komisaris, menggantikan Logan W. Kruger dan Farokh S. Hakimi, yang mengundurkan diri baru-baru ini. Catatan atas Laporan Keuangan untuk 31 Desember 2005 dan 2004 PT International Nickel Indonesia Tbk Notes to the Financial Statements December 31, 2005 and 2004 PT International Nickel Indonesia Tbk 38 Indonesia mengalami kesulitan ekonomi berkepanjangan yang diperburuk dengan melemahnya ekonomi global. Pemulihan stabilitas ekonomi di Indonesia sangat bergantung pada efektifitas kebijakan yang diambil pemerintah, keputusan lembaga pinjaman internasional, perubahan dalam kondisi ekonomi global dan faktor-faktor lain, termasuk perkembangan peraturan dan politik, yang berada di luar kendali Perseroan juga ikut berpengaruh. Di sektor pertambangan secara umum, perusahaan-perusahaan menghadapi beberapa ketidakpastian sebagai berikut: • ketidakpastian akibat tertundanya penyelesaian peraturan pelaksanaan Undang-Undang Otonomi Daerah dan upaya merevisi Undang-Undang tersebut; • ketidakjelasan sehubungan dengan usulan perubahan peraturan dan undang-undang perpajakan; dan • perselisihan yang berkelanjutan dengan komunitas lokal yang menuntut tambahan kompensasi dan permintaan jaminan pekerjaan dari perusahaan-perusahaan yang beroperasi di daerah mereka. Secara keseluruhan, hal tersebut di atas memberi dampak yang tidak baik secara umum bagi perusahaan-perusahaan tambang, antara lain: • kesulitan untuk memperoleh dana tambahan baik untuk pembiayaan ataupun pendanaan; • pemerintah daerah memberi tekanan kepada perusahaan- perusahaan untuk memberi tambahan kontribusi untuk program pembangunan. Ketidakpastian tersebut dapat, dengan berjalannya waktu, memberi dampak terhadap operasi dan hasil operasi Perseroan dan hal tersebut telah dipertimbangkan oleh manajemen ketika mengevaluasi kegiatan pada saat ini dan dimasa yang akan datang di Indonesia. Namun demikian, Manajemen berpendapat Perseroan telah menunjukan reputasi sebagai warga usaha yang baik dan menyelenggarakan usahanya sesuai dengan ketentuan dalam Kontrak Karya sehingga kecil kemungkinan bahwa kegiatan operasi dan kinerja keuangan Perseroan untuk tahun 2006 akan terpengaruh oleh ketidak pastian tersebut di atas. Selain itu, produk nikel dalam matte Perseroan, yang merupakan produk setengah jadi, dijual di pasar ekspor sesuai dengan kontrak “harus ambil” jangka panjang dalam mata uang Dolar AS. Operasi dan kinerja keuangan Perseroan dapat dipengaruhi secara negatif oleh harga nikel, yang pada gilirannya juga tergantung pada permintaan dan penawaran nikel di pasaran dunia, harga minyak dan curah hujan yang memadai untuk menjalankan Pembangkit Listrik Tenaga Air.

37. Informasi Komparatif

Perbandingan angka-angka tertentu pada Catatan 23 berkaitan dengan Harga Pokok Penjualan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2004 telah direklasifikasi agar sesuai dengan pelaporan di tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2005. Sebelumnya angka Harga Pokok Penjualan termasuk biaya lain-lain sebesar 7,475 dolar AS yang diklasifikasikan sebagai bagian dari Beban Lain-lain di Laporan Keuangan tahun 2005. Indonesia continues to experience economic difficulties. Indonesia’s return to economic stability depends on the effectiveness of measures taken by the government, decisions of international lending organizations, changes in global economic conditions and other factors including regulatory and political developments, which are beyond the Company’s control. In the mining sector in general, companies are facing the following additional challenges: • uncertainty due to delays in finalizing the implementing regulations for the Regional Autonomy Laws as well as calls to revise these Laws; • confusion regarding recent and proposed changes to taxation laws and regulations; and • continued disputes with local communities who are requesting additional compensation from companies operating in their areas. Collectively, these challenges are adversely affecting mining companies in general in the following manner: • difficulties in seeking additional financing both in terms of cost andor the amounts of funding provided; and • local governments applying pressure to companies to contribute additional funds to development programs. The above challenges may, in time, affect the Company’s operations and related results and have been carefully considered by management when evaluating the level of current and future activity in Indonesia as well as any impact or impairment on its existing operations. However, management believes that the Company has established a reputation as a good corporate citizen and has conducted its business pursuant to the terms of its Contract of Work and that its results of operations or financial condition in 2006 are therefore not expected to be materially affected by these uncertainties. In addition the Company’s nickel in matte, an intermediate product, is sold in export markets pursuant to long term U.S. dollar denominated “must take” contracts. The Company’s operations and financial performance may be adversely affected by the price of nickel, which in turn will be determined by the worldwide nickel supply and demand, oil price and sufficient rainfall to maintain hydroelectric power generation.

37. Comparative Figures

The comparative figures in Note 23 regarding Cost of Goods Sold for the year ended December 31, 2004 have been reclassified to conform to the presentation for the year ended December 31, 2005. Previously the Cost of Goods Sold amount included other expenses amounting to 7,475 which are classified as Other Expenses in the 2005 Financial Statements.