Derivative Financial Instruments PT Vale Indonesia Tbk Annual Reports 2005

Catatan atas Laporan Keuangan untuk 31 Desember 2005 dan 2004 PT International Nickel Indonesia Tbk Notes to the Financial Statements December 31, 2005 and 2004 PT International Nickel Indonesia Tbk 36 Rekonsiliasi atas perubahan nilai wajar dalam periode ini yang termasuk dalam Pendapatan Komprehensif Lain-lain adalah sebagai berikut: 2005 2004 Dalam ribuan Dolar AS US, in thousands Saldo per 1 Januari 2.119 3.559 Balance at January 1 Kenaikan nilai wajar periode ini 3.648 3.023 Current period increases in fair value Diakui dalam Laporan Laba Rugi 5.767 4.463 Recognized in Statements of Earnings Saldo per 31 Desember – 2.119 Balance as at December 31 A reconciliation of current period changes in fair value included in Other Comprehensive Income is as follows:

32. Aktiva dan Kewajiban Moneter Dalam Mata Uang Selain Dolar AS

Aktiva dan kewajiban moneter dalam mata uang Rupiah pada 31 Desember 2005 telah dikonversikan ke dalam mata uang Dolar AS dengan menggunakan kurs 1 = Rp9.900 2004: 1 = Rp9.300. Sejak 31 Desember 2005, kurs telah bergerak dari 1 = Rp9.900 menjadi 1 = Rp9.300 pada 27 Februari 2006. Ada kemungkinan bahwa Rupiah akan terus berfluktuasi di masa yang akan datang, dan mungkin akan terdepresiasi atau terapresiasi secara signifikan.

32. Monetary assets and liabilities denominated in currencies other than the US dollar

At December 31, 2005 monetary assets and liabilities denominated in Rupiah have been translated into US dollars using an exchange rate of 1 = Rp9,900 2004: 1 = Rp9,300. Since December 31, 2005 the exchange rate has moved from 1 = Rp9,900 to 1 = Rp9,300 as of February 27, 2006. It is possible that the Indonesian Rupiah will continue to be highly volatile in the foreseeable future, and may depreciate or appreciate significantly. 2005 2004 Mata Uang Dollar AS Mata Uang Dollar AS asing Jutaan Equivalen asing Jutaan Equivalen Foreign Ribuan Foreign Ribuan currencies Equivalent currencies Equivalent Millions Thousands Millions Thousands Aktiva Assets Kas dan setara Kas IDR 16.814 1.686 34.455 3.693 Cash and Cash Equivalents SGD 0.0787 47 0.2746 168 CAD 0.0051 4 0.0075 6 Piutang Lain-lain IDR 20.412 2.062 19.055 2.049 Other Receivables Piutang Pajak IDR 36.884 3.726 136.575 14.696 Taxes Receivable Biaya Dibayar Dimuka Prepaid Expenses dan Uang Muka IDR 25.826 2.609 37.651 4.048 and advance Aktiva Lain-lain IDR 35.702 3.606 30.524 3.282 Other Assets Jumlah Aktiva Lancar 13.740 27.942 Total Current Assets Kewajiban Liabilities Hutang Usaha AUD 0.075 55 0.700 547 Trade Payables Pihak Ketiga CAD 0.515 442 0.657 547 Third Parties EUR 0.070 84 0.064 88 GBP 0.053 91 0.225 431 JPY 0.006 0.058 0.468 5 NOK 0.647 96 1 192 NZD 0.014 10 0.104 75 SGD 6 4.046 2 1.487 IDR 10.103 1.021 39.405 4.237 Hutang usaha Trade Payables Pihak yang Mempunyai Related Hubungan Istimewa CAD 0.280 241 0.806 670 Parties Hutang Pajak IDR 48.567 4.906 31.151 3.349 Taxes Payable Kewajiban Lancar Lainnya IDR 51.195 5.171 39.705 4.269 Other Current Liabilities Kewajiban Imbalan Kerja IDR 115.785 11,695 166.367 17.889 Provision for Employee Benefits Jumlah Kewajiban 27.858 33.786 Total Liabilities Kewajiban bersih 14.118 5.844 Net Liabilities Catatan atas Laporan Keuangan untuk 31 Desember 2005 dan 2004 PT International Nickel Indonesia Tbk Notes to the Financial Statements December 31, 2005 and 2004 PT International Nickel Indonesia Tbk 37

33. Segment Information

The Company operates in only one business and geographical segment, being nickel mining and processing in Indonesia. All of the Company’s products are delivered under long-term sales contracts.

34. Contingent Liabilities

The Company became aware during 2005 that part of the area to be developed for the Karebbe Dam project as part of the Company’s planned expansion, falls within a forest area. As a result, the Company was required to obtain approval from the Forestry Ministry for use of the land. A permit for use of the land was received, however, the Company is in the process of requesting amendment of the permit. Management continues to work with the Ministry of Forestry and expects this process to be resolved within a few months of balance sheet date. As such the Company is of the view that there will be no obstacles to continuing the project and certain engineering, design and procurement activities are continuing. Expenditures on the project up to December 31, 2005 were approximately 37 million, which is classified as Construction in Progress. Given the favorable discussions with the Forestry Ministry, the fact that this project is part of an overall expansion which is supported by the Government, and the fact that activities are continuing, management believes that the capitalized costs are not impaired as of December 31, 2005. As a condition of the current forestry permit issued, the Company is required to provide to the government compensation land covering an area of two times the forest area to be used 195 hectares. However, at this time the cost of this commitment can not be determined precisely, as the Company’s negotiations with the local government as to which area will be allocated for land compensation are still ongoing. The Company believes that the cost of such commitment will not be significant.

35. General Reserve

The Company has yet to set up a general reserve in accordance with the Indonesian Limited Company Law No.11995 introduced in March 1995 which requires Indonesian companies to set up a general reserve amounting to 20 per cent of the Company’s issued and paid up capital. There is no set period of time over which this amount should be provided.

36. Subsequent Events

At an Extraordinary General Meeting of Shareholders in Jakarta on February 2, 2006, shareholders appointed Ronald C. Aelick and Robert D.J. Davies to the Board of Commisioners, replacing Logan W. Kruger and Farokh S. Hakimi who recently resigned.

33. Informasi Segmen

Perseroan beroperasi hanya dalam satu segmen usaha dan geografis, yaitu penambangan nikel dan pengolahan di Indonesia. Seluruh produk Perseroan dijual berdasarkan kontrak penjualan jangka panjang.

34. Kewajiban Kontinjen

Pada tahun 2005 Perseroan mendapat informasi bahwa sebagian wilayah yang akan digunakan untuk pembangunan bendungan Karebbe, sebagai bagian dari rencana ekspansi Perseroan, berada dalam wilayah hutan lindung. Sehingga, untuk menggunakan area tersebut, Perseroan harus mendapatkan ijin dari Kementerian Kehutanan. Ijin tersebut telah diperoleh, namun Perseroan dalam proses untuk memohon perubahan atas ijin tersebut. Manajemen terus bekerja sama dengan Departemen Kehutanan dan berharap proses ini dapat selesai dalam beberapa bulan neraca. Menurut Perseroan, adanya persetujuan informal ini, menunjukkan bahwa tidak ada halangan apapun untuk melanjutkan proyek Karebbe dan saat ini kegiatan rekayasa, desain dan pengadaan sehubungan dengan proyek ini masih terus berlangsung. Sampai 31 December 2005, biaya yang telah dikeluarkan untuk proyek Karebbe mencapai 37 juta yang di catat sebagai Aktiva Tetap dalam Penyelesaian. Berdasarkan hasil pembicaraan positif dengan Kementerian Kehutanan, mengingat dukungan yang besar dari pemerintah dalam proyek ini dan masih berlangsungnya aktivitas yang berkaitan dengan proyek ini, maka manajemen berpendapat bahwa biaya yang telah dikapitalisasi sampai tanggal 31 Desember 2005 tersebut masih akan tetap mempunyai nilai tambah di masa depan. Sebagai persyaratan dari ijin menteri kehutanan tersebut, Perseroan diminta untuk menyediakan lahan kompensasi sebanyak dua kali dari kawasan hutan yang akan dipakai 195 hektar. Namun sampai saat ini biaya untuk penyediaan lahan tersebut belum dapat ditentukan dengan tepat, karena negosiasi Perseroan dengan pemerintah setempat untuk menetapkan daerah mana yang akan dialokasikan untuk lahan kompensasi masih terus berlangsung. Perseroan yakin bahwa biaya berkenaan dengan komitmen ini tidak signifikan.

35. Cadangan Umum

Perseroan belum membuat cadangan umum sesuai dengan Undang-Undang Perseroan Terbatas No.11995 yang ditetapkan bulan Maret 1995 yang mewajibkan Perseroan di Indonesia membuat cadangan umum sebesar 20 persen dari modal Perseroan yang ditempatkan dan dibayar penuh. Tidak ada ketentuan waktu kapan cadangan ini harus ditetapkan.

36. Peristiwa-Peristiwa Setelah Tanggal Neraca

Pada Rapat Umum pemegang Saham Luar Biasa yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 2 Februari 2006, para pemegang saham menunjuk Ronald C. Aelick dan Robert D.J. Davies menjadi anggota Dewan Komisaris, menggantikan Logan W. Kruger dan Farokh S. Hakimi, yang mengundurkan diri baru-baru ini.