KEPENTINGAN NON-PENGENDALI TRANSAKSI DAN SALDO DENGAN PIHAK BERELASI

PT BANK CENTRAL ASIA Tbk DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain PT Bank Central Asia Tbk dan Entitas Anak 130

41. TRANSAKSI DAN SALDO DENGAN PIHAK BERELASI Lanjutan

Perjanjian sewa dengan PT Grand Indonesia lanjutan Pada tanggal 31 Desember 2006, Bank telah membayar sebesar USD 32.392.402,13 termasuk PPN dan dicatat sebagai aset lain-lain. Pada tanggal 2 Januari 2007, Bank melakukan pelunasan pembayaran cicilan kesepuluh sebesar USD 3.238.701,07 termasuk PPN. Pada tanggal 29 Juni 2007, Bank telah melakukan pembayaran untuk sewa ruangan tambahan lantai 28 dan 29 dengan luas 3.264,80 m2 senilai USD 4.129.972 termasuk PPN. Kesepakatan tersebut di atas telah diaktakan dengan Akta Notaris No. 14 oleh Notaris Hendra Karyadi, S.H., tanggal 11 April 2006. Terhitung mulai periode Mei 2008, Bank telah melakukan amortisasi untuk sewa dibayar dimuka tersebut. Pada tanggal 31 Desember 2013 dan 2012, total pembayaran sewa dibayar dimuka yang telah diamortisasi masing-masing sebesar Rp 73.750 dan Rp 60.736, sehingga sisa saldo pembayaran sewa dibayar di muka kepada PT Grand Indonesia pada tanggal 31 Desember 2013 dan 2012 masing- masing adalah sebesar Rp 290.664 dan Rp 303.678, yang dicatat dalam aset lain-lain. Pada tanggal 24 Oktober 2008, Bank telah melakukan pembayaran uang jaminan untuk sewa ruangan tambahan untuk lantai 30 dan 31 dengan luas 3.854,92 m 2 senilai USD 208.165,68. Kesepakatan tersebut di atas telah diaktakan dengan Akta Notaris No. 110 oleh Notaris Dr. Irawan Soerodjo, S.H., Msi., tanggal 22 Mei 2008. Pembayaran sewa untuk lantai 30 dan 31 telah dimulai pada tanggal 1 Agustus 2009, dimana sesuai dengan kesepakatan antara Bank dan PT Grand Indonesia, terhitung sejak tanggal pembayaran sewa pertama tanggal 1 Agustus 2009, maka Bank akan melakukan pembayaran sewa setiap tiga bulan sekali hingga masa sewa berakhir.

42. JAMINAN PEMERINTAH TERHADAP LIABILITAS PEMBAYARAN BANK UMUM

Berdasarkan Undang-Undang No. 24 tentang Lembaga Penjaminan Simpanan “LPS” tanggal 22 September 2004, efektif sejak tanggal 22 September 2005, LPS dibentuk untuk menjamin liabilitas tertentu bank-bank umum berdasarkan program penjaminan yang berlaku, yang besaran nilai jaminannya dapat berubah jika memenuhi kriteria tertentu yang berlaku. Undang-undang tersebut telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 3 tahun 2008, yang mana telah ditetapkan menjadi undang-undang sejak tanggal 13 Januari 2009 berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 7 tahun 2009. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 662008 tanggal 13 Oktober 2008 mengenai besarnya nilai simpanan yang dijamin LPS, pada tanggal 31 Desember 2013 dan 2012, jumlah simpanan yang dijamin LPS adalah simpanan sampai dengan Rp 2.000 untuk per nasabah per bank. Pada tanggal 31 Desember 2013 dan 2012, Bank adalah peserta dari program penjaminan tersebut. Laporan Tahunan BCA 2013 PT BANK CENTRAL ASIA Tbk DAN ENTITAS ANAK CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 Dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain PT Bank Central Asia Tbk dan Entitas Anak 131

43. PERATURAN-PERATURAN BARU YANG TELAH DITERBITKAN

Terdapat peraturan baru yang sudah terbit pada tahun 2013 yang memberikan dampak signifikan terhadap kegiatan usaha Bank mulai tahun 2014 hingga 2019: x PBI No. 1512PBI2013 tanggal 12 Desember 2013 mengenai Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum. Bank Indonesia mewajibkan bank-bank untuk memenuhi penyediaan modal minimum dengan persentase minimal yang diwajibkan secara bertahap sebagai berikut: 2014 - Rasio modal inti utama paling rendah sebesar 4,50 dari ATMR baik secara individual maupun secara konsolidasi. - Rasio modal inti paling rendah sebesar 6,00 dari ATMR baik secara individual maupun secara konsolidasi. - Pemenuhan rasio modal inti utama dan rasio modal inti masih menggunakan komponen yang mengacu pada PBI No. 1418PBI2012 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum. 2015 - Rasio modal inti utama paling rendah sebesar 4,50 dari ATMR baik secara individual maupun secara konsolidasi. - Rasio modal inti paling rendah sebesar 6,00 dari ATMR baik secara individual maupun secara konsolidasi. - Pemenuhan rasio modal inti utama dan rasio modal inti menggunakan komponen yang mengacu pada PBI No. 1512PBI2013 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum. 2016 - Rasio modal inti utama paling rendah sebesar 4,50 dari ATMR baik secara individual maupun secara konsolidasi. - Rasio modal inti paling rendah sebesar 6,00 dari ATMR baik secara individual maupun secara konsolidasi. - Rasio Capital Conservation Buffer sebesar 0,625 dari ATMR. - Rasio Countercyclical Buffer ditetapkan oleh Bank Indonesia dalam kisaran 0 - 2,50 dari ATMR . - Rasio Capital Surcharge untuk Domestic Systematically Important Bank D-SIB ditetapkan oleh otoritas yang berwenang dalam kisaran 1 - 2,50 dari ATMR bagi bank yang ditetapkan berdampak sistemik . Berdasarkan perkembangan kondisi makroekonomi Indonesia dan penilaian Bank Indonesia terhadap kondisi tersebut, Bank Indonesia dapat menetapkan: 1. besarnya kisaran persentase Countercyclical Buffer yang berbeda dari kisaran 0 - 2,5; 2. pemberlakuan Countercyclical Buffer lebih cepat dari waktu yang ditentukan. Otoritas yang berwenang dapat menetapkan persentase Capital Surcharge untuk Domestic Systematically Important Bank D- SIB yang lebih besar dari kisaran 1 - 2,5. Laporan Tahunan BCA 2013