Laporan Tahunan BCA 2013
Pertumbuhan modal secara organik dan kebijakan pembagian dividen
Selama lima tahun terakhir BCA telah membukukan pertumbuhan laba bersih
yang solid sebesar 19,8 CAGR. BCA telah menyesuaikan dividend payout ratio
secara bertahap selama lima tahun terakhir untuk memperkuat permodalan terutama
dalam mendukung aktivitas perkreditan dan membangun lini bisnis baru. Dividend
payout ratio terakhir berada pada level 23,9
dari laba bersih tahun 2012 yang dibayarkan melalui interim dividen sebesar Rp 43,5,-
ditahun 2012 dan dividen final sebesar Rp 71,- di tahun 2013.
Dividend Payout Ratio
2008 2009 2010 2011 2012 42,4
39,4 32,3
25,6 23,9
BCA menetapkan dividend payout ratio yang tepat setiap tahunnya untuk memastikan laba
yang ditahan dapat menopang permodalan yang dibutuhkan dalam mendukung target
pertumbuhan maupun pengelolaan. Besarnya dividend payout ratio akan memperhatikan
perkembangan bisnis terkini terutama dalam pencapaian target kredit dan permodalan
yang memadai.
Penjualan saham tresuri
Pada 7 Februari 2013, BCA berhasil melepas saham tresuri sebesar 198.781.000 saham pada
harga Rp 9.900 dan mendapatkan penerimaan kotor sebesar Rp 2,0 triliun. Sebelumnya,
BCA telah melepas saham tresuri sebesar 90.986.000 saham di bulan Agustus 2012 pada
harga Rp 7.700 dimana dari penjualan saham tersebut, BCA menerima penerimaan kotor
sebesar Rp 700,6 miliar. Penjualan saham tresuri tersebut meningkatkan permodalan
dan memberikan dampak positif terhadap CAR BCA. Saat ini BCA tidak memiliki saham
tresuri.
Kebutuhan permodalan
anak-anak perusahaan BCA
Tingkat kebutuhan permodalan anak-anak perusahaan BCA saat ini relatif belum
signifikan dibandingkan posisi permodalan BCA. Bisnis anak–anak perusahaan yang
diproyeksikan tumbuh secara bertahap, memungkinkan
Bank untuk
memantau risiko secara terukur sehingga Bank dapat
memenuhi setiap kebutuhan permodalan untuk anak-anak perusahaan.
Pada tahun 2013, BCA telah melakukan penambahan
modal kepada
anak perusahaannya, yaitu BCA Sekuritas sebesar
Rp 82,5 miliar yang dimaksudkan untuk pengembangan usaha.
Kebijakan struktur modal
Berdasarkan Peraturan
Bank Indonesia
No. 1512PBI2013 tanggal 12 Desember 2013, Bank Indonesia telah melakukan
penyesuaian terhadap perhitungan rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum
Capital Adequacy Ratio – CAR. BCA memiliki kebijakan untuk menjaga struktur
modal dan CAR di level yang memadai untuk mengantisipasi seluruh risiko-risiko utama
yang dapat timbul dalam pengelolaan bisnis Bank. Risiko-risiko utama dimaksud adalah
termasuk risiko kredit, risiko pasar dan risiko operasional serta risiko-risiko lainnya.
Laporan Tahunan BCA 2013
Posisi permodalan BCA
Pada akhir Desember 2013, rasio kecukupan modal Capital Adequacy Ratio – CAR tercatat
sebesar 15,7 tidak konsolidasi, sedangkan rasio CAR secara konsolidasi adalah 16,0.
Modal inti pada akhir tahun 2013 mencapai Rp 52,9 triliun tidak konsolidasi, berkontribusi
94,1 terhadap total modal BCA. Sedangkan modal pelengkap adalah sebesar Rp 3,3 triliun
tidak konsolidasi atau 5,9 terhadap total modal BCA. Secara konsolidasi modal inti
pada akhir tahun 2013 tercatat Rp 54,7 triliun dan modal pelengkap tercatat Rp 3,9 triliun.
Pengungkapan kuantitatif mengenai struktur permodalan Bank secara individu dan
konsolidasi dapat dilihat pada Laporan Keuangan Konsolidasian catatan 39.
III. Pengungkapan Eksposur
Risiko dan
Penerapan Manajemen Risiko
Berikut adalah ikhtisar eksposur risiko yang dihadapi oleh BCA dalam menjalankan usaha
serta penerapan manajemen risiko yang di desain untuk meminimalkan dampak dari
risiko-risiko tersebut.
III.A. Pengungkapan Eksposur Risiko Kredit dan Penerapan Manajemen Risiko
Kredit Organisasi manajemen risiko kredit
BCA telah
mengembangkan proses
manajemen risiko kredit yang terstruktur guna mendukung prinsip perkreditan yang
sangat kokoh dengan kontrol internal yang kuat.
1. Dewan Komisaris, menyetujui rencana
perkreditan Bank
dan mengawasi
pelaksanaannya; menyetujui Kebijakan Dasar Perkreditan Bank dan meminta
penjelasan kepada Direksi jika dalam pelaksanaan pemberian kredit terdapat
penyimpangan dari kebijakan yang telah ditetapkan.
2. Direksi, bertanggung
jawab atas
penyusunan rencana dan kebijakan perkreditan, memastikan kepatuhan Bank
terhadap ketentuan perundang-undangan dan peraturan yang berlaku di bidang
perkreditan dan kebijakan perkreditan, serta
melaporkan kepada
Dewan Komisaris mengenai hal-hal seperti
pelaksanaan rencana
perkreditan, penyimpangan
dalam pelaksanaan
pemberian kredit, perkembangan kualitas portofolio kredit dan kredit dalam
pengawasan khusus atau bermasalah.
3. Chief Risk Officer, yang merupakan salah
satu Direktur BCA, menandatangani Memo Pengolahan Kredit dalam kapasitas
sebagai pemberi opini dari sudut pandang manajemen risiko mengenai kelayakan
kesesuaian permohonan kredit tersebut dengan risk appetite.
4. Executive Vice President Analisa Risiko Kredit, bertugas untuk mengevaluasi
dan memutuskan permohonan kredit, menetapkan limit kerja sama bisnis sesuai
wewenang yang dimiliki, memastikan dan memonitor pemberian kredit telah melalui
penerapan manajemen risiko kredit dan tata cara pemberian kredit yang sehat.
5. Unit kerja yang melaksanakan fungsi-
fungsi yang terkait dengan manajemen
risiko kredit Unit Bisnis dan Unit Analisa Risiko Kredit, merupakan risk owner yang
bertanggung jawab terhadap pengelolaan risiko kredit.
Bank memiliki
komite-komite yang
didedikasikan untuk membantu Direksi dalam proses perkreditan, yaitu:
1. Komite Kebijakan Perkreditan, memiliki
fungsi pokok yaitu membantu Direksi dalam merumuskan kebijakan perkreditan
terutama yang
berkaitan dengan
prinsip kehati-hatian dalam perkreditan, memantau dan mengevaluasi penerapan
kebijakan perkreditan, melakukan kajian berkala, memantau perkembangan dan
Laporan Tahunan BCA 2013
kondisi portofolio
perkreditan serta
memberikan saran dan langkah perbaikan atas hasil evaluasi yang telah dijalankan.
2. Komite Kredit, memiliki fungsi pokok
untuk memberikan pengarahan apabila perlu dilakukan analisis kredit yang
lebih mendalam dan komprehensif, memberikan keputusan atau rekomendasi
atas rancangan keputusan kredit yang terkait dengan debitur besar, industri
yang spesifik atau atas permintaan khusus Direksi
serta melakukan
koordinasi dengan Asset and Liability Committee
ALCO dalam hal aspek pendanaan kredit dan penyesuaian suku bunga kredit
korporasi.
3. Komite Manajemen Risiko, memiliki
fungsi pokok untuk menyusun kebijakan, strategi
dan pedoman
penerapan manajemen risiko, menetapkan hal-
hal yang terkait dengan keputusan bisnis
yang bersifat
irregularities, dan
menyempurnakan pelaksanaan
manajemen risiko berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan proses dan sistem
manajemen risiko yang efektif.
Strategi manajemen risiko untuk aktivitas yang memiliki eksposur risiko kredit yang
signifikan
BCA merumuskan strategi manajemen risiko sesuai strategi bisnis secara keseluruhan
dengan memperhatikan risk appetite dan toleransi risiko. Strategi manajemen risiko
disusun untuk memastikan bahwa eksposur risiko BCA dikelola secara terkendali sesuai
dengan kebijakan kredit, prosedur internal BCA, peraturan dan perundang-undangan,
serta ketentuan lain yang berlaku. Strategi
manajemen risiko
disusun berdasarkan prinsip-prinsip umum berikut:
- Strategi
manajemen risiko
harus berorientasi
jangka panjang
untuk memastikan kelangsungan usaha BCA
dengan mempertimbangkan
kondisi siklus ekonomi,
- Strategi
manajemen risiko
secara komprehensif harus dapat mengendalikan
dan mengelola risiko BCA dan perusahaan anak, dan
- Mencapai kecukupan permodalan yang
diharapkan disertai alokasi sumber daya yang memadai.
Strategi manajemen risiko disusun dengan mempertimbangkan faktor-faktor berikut:
- Perkembangan ekonomi dan bisnis serta
dampak yang mungkin terjadi akibat risiko yang dihadapi oleh BCA.
- Organisasi BCA termasuk kecukupan
sumber daya manusia dan infrastruktur pendukung.
- Kondisi
keuangan BCA
termasuk kemampuan untuk menghasilkan laba
dan kemampuan BCA mengelola risiko yang timbul sebagai akibat perubahan
faktor eksternal dan faktor internal. -
Komposisi serta diversifikasi portofolio BCA.
Kebijakan pengelolaan risiko konsentrasi kredit
Manajemen portofolio melakukan pengelolaan risiko konsentrasi kredit dengan menentukan
limit antara lain untuk sektor industri, valuta asing, jenis kredit tertentu serta eksposur
perseorangan dan grup usaha. Seiring dengan perkembangan rating database,
teknologi, sumber daya manusia, tingkat kompleksitas bank, pasar serta regulasi yang
ada, manajemen portofolio Bank secara aktif berfungsi untuk mengoptimalisasi
alokasi modal Bank pada suatu tingkat risiko risk appetite dan risk tolerance yang bisa
diterima.
Pengukuran dan pengendalian risiko kredit
Bank mengukur
risiko kredit
dengan menggunakan
metode standar
sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No.
136DPNP perihal Pedoman ‘Perhitungan Aset Tertimbang Menurut Risiko dengan