Satuan Kerja Enterprise Security, bertugas

Laporan Tahunan BCA 2013

5. Divisi Audit Internal, bertugas meyakinkan

risiko bisnis telah dikelola dengan benar serta mengevaluasi kecukupan dan efektivitas penerapan manajemen risiko dan pengendalian intern.

6. Divisi Strategi

dan Pengembangan Operasi-Layanan, bertugas membantu SKMR dalam pelaksanaan program manajemen risiko operasional dan memberikan dukungan kepada segenap unit kerja berkaitan dengan program- program SKMR.

7. Unit Kerja Unit Bisnis dan Unit Pendukung, merupakan risk owner yang

bertanggung jawab terhadap pengelolaan risiko operasional sehari-hari serta melaporkan permasalahan dan kejadian risiko operasional kepada SKMR. Pengukuran dan identifikasi risiko operasional Bank telah memiliki dan menerapkan suatu metodologi untuk mengidentifikasi dan mengukur risiko operasional, yaitu Risk Self- Assessment RSA yang mulai diterapkan pada tahun 2002 pada seluruh unit kerja di BCA. Fungsi utama pelaksanaan RSA ini adalah untuk mensosialisasikan risk culture budaya mengelola risiko dan meningkatkan risk awareness kesadaran akan risiko yang merupakan syarat utama dalam pengelolaan risiko. Dengan meningkatnya risk culture diharapkan akan mampu meningkatkan budaya kontrol risiko pada setiap karyawan dalam melaksanakan aktivitas usaha sehari- hari sehingga dapat meminimalisasi risiko secara keseluruhan. Metodologi RSA ini kemudian disempurnakan menjadi Risk and Control Self-Assessment RCSA yang saat ini telah diimplementasikan pada seluruh cabang dan unit kerja kantor pusat yang memiliki risiko operasional yang dinilai signifikan. Pada metodologi RCSA, unit kerja cabang dan unit kerja kantor pusat melakukan proses identifikasi dan pengukuran risiko operasional yang melekat pada unit kerjanya. Berdasarkan proses tersebut, unit kerja menentukan langkah-langkah mitigasi risiko yang dibutuhkan untuk memantau, mengontrol, dan meminimalisasi terjadinya risiko, yang selanjutnya dikaji dan disetujui oleh Unit Manajemen Risiko. Selain metodologi RCSA, Bank juga telah menerapkan Loss Event Database LED dan Key Risk Indicator KRI. KRI adalah suatu metode yang digunakan untuk memberikan suatu indikator early warning signal atas kemungkinan terjadinya peningkatan risiko operasional di suatu unit kerja. Seluruh kantor wilayah dan cabang telah menerapkan KRI. LED bertujuan untuk membantu Bank dalam mencatat dan menganalisa kasus – kasus atau kejadian yang dapat menyebabkan kerugian, sehingga dapat diambil tindakan perbaikan dan pencegahan atas kasus serupa. Tujuan akhir dari LED adalah agar kerugian risiko operasional yang mungkin terjadi dapat diminimalkan. Selain itu LED juga merupakan sarana pengumpulan data kerugian risiko operasional yang digunakan Bank untuk memperhitungkan alokasi beban modal capital charge dan pemantauan secara berkesinambungan terhadap kejadian– kejadian yang dapat menimbulkan kerugian operasional yang telah terjadi pada Bank. Saat ini LED telah diimplementasikan di seluruh kantor wilayah, cabang dan unit kerja kantor pusat. Penerapan ketiga metodologi tersebut di atas didukung oleh aplikasi Operation Risk Management Information System ORMIS dan saat ini seluruh cabang dan unit kerja kantor pusat telah menggunakan aplikasi ORMIS dalam mengimplementasikan RCSA, LED dan KRI. Laporan Tahunan BCA 2013 Mitigasi risiko operasional Untuk memitigasi risiko operasional, Bank: - Telah memiliki kebijakan, prosedur dan penetapan limit yang bermanfaat dalam memantau, mengukur dan memitigasi risiko operasional. - Senantiasa mengkinikan kebijakan dan prosedur sesuai dengan perkembangan organisasi serta perubahan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku. - Telah memiliki Business Continuity Management BCM Plan, yaitu proses manajemen protokol terpadu dan menyeluruh untuk memastikan kelangsungan operasional BCA dalam menjalankan bisnis dan melayani nasabah. - Telah memiliki sistem pengendalian internal, dimana dalam pelaksanaannya telah memperhatikan prinsip pemisahan fungsi four eyes principle dan penerapan sistem rotasi untuk menghindari potensi self-dealing, atau penyembunyian suatu dokumentasi atau transaksi yang tidak wajar. Pengungkapan kuantitatif risiko operasional Bank secara individu dan konsolidasi dimuat dalam Tabel 8.1.a dan b. III.D. Pengungkapan Eksposur Risiko Likuiditas dan Penerapan Manajemen Risiko Likuiditas Organisasi manajemen risiko likuiditas Dewan Komisaris dan Direksi bertanggung jawab untuk memastikan bahwa penerapan manajemen risiko likuiditas telah sesuai dengan tujuan strategis, skala, karakteristik bisnis dan profil risiko likuiditas Bank, termasuk memastikan integrasi penerapan manajemen risiko likuiditas dengan risiko-risiko lainnya yang dapat berdampak pada posisi likuiditas Bank. Direksi mendelegasikan wewenang dan tanggung jawab kepada pihak-pihak berikut ini. Pihak Wewenang dan Tanggung Jawab ALCO Menetapkan kebijakan dan strategi likuiditas. Satuan Kerja Manajemen Risiko Mendukung ALCO dalam pemantauan dan pengukuran risiko likuiditas. Divisi Tresuri Mengelola operasional likuiditas bank secara keseluruhan yaitu : - Bertanggung jawab untuk memelihara Giro Wajib Minimum GWM dan memastikan bank mematuhi ketentuan Bank Indonesia mengenai GWM. - Bertanggung jawab dalam operasional pengelolaan secondary reserves dalam rangka pengelolaan likuiditas dan memperoleh pendapatan. Kantor Wilayah dan Cabang Bertanggung jawab dalam pengelolaan likuiditas di wilayahcabang masing-masing.