2.2. Konsep
2.2.1. Tindak Tutur
Tindak tutur speech atc, yang oleh beberapa ahli disebut dengan istilah tindak pertuturan, adalah istilah yang pertama kali dimunculkan oleh Austin
1962 yang sekarang digunakan secara luas dalam telaah linguistik. Istilah itu dikembangkan oleh pengikutnya seperti Searle 1969, Leech 1981; 1993,
Levinson 1983, Kempson 1984, Crystal 1985, Allan 1986, Yule dan Brown 1991, Wierzbicka 1996, dan Wijana 1996.
Kempson 1984: 58-68 membatasi konsep tindak tutur pada segala sesuatu yang berhubungan dengan manifestasi bahasa, interpretasi unsur-unsur
bahasa, kalimat-kalimat, dan kata-kata. Menurutnya tindak tutur merupakan tuturan atau rentang perbincangan yang berisi muatan makna lokusi, ilokusi,
perlokusi, pesan, janji, atau tawaran yang sifatnya komunikatif dan memiliki fungsi sosial tertentu.
2.2.2. Peristiwa Tutur
Peristiwa tutur yang dimaksud dalam kajian ini mengacu pada pendapat Bauman, dkk 1974: 225-226. Menurutnya istilah peristiwa tutur speech event
dibatasi pada aktivitas-aktivitas atau aspek-aspek aktivitas yang secara langsung ditentukan oleh aturan-aturan atau norma-norma dalam penggunaan sebuah
tindak tutur. Peritiwa tutur itu menurutnya dapat pula mempengaruhi kajian makna atau fungsi sebuah tindak tutur seperti halnya pada umpasa masyarakat
Batak Toba dalam rapat adat. Hal itu mengindikasikan bahwa makna tindak tutur
Universitas Sumatera Utara
yang muncul pada peristiwa tutur yang berbeda akan memunculkan fungsi dan jenis tindak tutur yang berbeda pula.
Beberapa peristiwa tutur yang perlu mendapat perhatian dalam menganalisis sebuah tindak tutur yang menggunakan umpasa masyarakat Batak
Toba dalam rapat adat antara lain adalah yang disebut oleh Bauman dan kawan- kawan dengan emosi penutur emotional state of speaker, identitas sosial
penutur social identity of speaker, dan tingkat keakraban arrangement of participants spatially Bauman, dkk. 1974: 217; 225-226. Dengan kata lain,
untuk memaknai, menentukan jenis, dan fungsi sebuah tindak tutur yang menggunakan umpasa masyarakat Batak Toba dalam rapat adat tidak dapat
terlepas dari beberapa faktor peristiwa di atas.
2.2.3. Penutur dan Petutur