BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI
2.1. Tinjauan Pustaka
Penelitian terhadap umpasa masyarakat Batak Toba sudah banyak dilakukan sebagai usaha menunjang perkembangan, pemakaian, dan makna yang
tepat dari suatu umpasa, seperti: 1.
A.N. Sibarani 1976 menulis buku berjudul: Umpama Batak Dohot Lapatanna. Tulisan ini bersifat menginventarisasi sebanyak mungkin
umpama dan umpasa beserta dengan pengertiannya berdasarkan alfabetis. Istilah umpama pada tulisan ini lebih luas sifatnya karena menyatukan
pengertian Umpama dan Umpasa. Umpama yang pada kesusastraan Indonesia adalah perumpamaan karena menggunakan kata songon
‘ seperti’ misalnya masiamin-aminan songon lampak ni gaol artinya
saling seia-sekata bagaikan daun pisang. Sedangkan Umpasa dapat disamakan dengan bentuk pantun pada kesusastraan Indonesia, terdiri
dari dua baris sebait, dan empat baris sebait; bila dua baris, baris pertama sebagai sampiran dan baris kedua disebut sebagai isi, bila empat baris,
dua baris pertama sebagai sampiran dan dua baris kedua disebut sebagai isi, bersajak abab namun kadang kala dapat juga bersajak aaaa.
2. T.M. Sihombing 1989 menulis buku: Jambar Hata: Dongan Tu Ulaon
Adat. Tulisan ini lebih memfokuskan upacara-upacara adat Batak Toba
Universitas Sumatera Utara
beserta pemakaian umpasa sesuai dengan upacara adat berlangsung. Di samping itu beliau sudah membedakan antara umpama dan umpasa
berdasarkan bentuknya. Selain itu diungkapkan juga beberapa falsafah Batak, makna ulos ‘selendang’ dan beberapa bentuk sastra Batak.
3. Jhonson Pardosi 1993 dalam laporan Penelitian OPF-USU 1993
berjudul: Penggunaan Umpasa Saat Pemberian Ulos pada Upacara Adat Batak Toba. Tulisan ini memfokuskan pada manfaat penggunaan umpasa
saat pemberian ulos. Unsur-unsur Dalihan Na Tolu yang dapat menggunakan umpasa saat pemberian ulos, dan nilai-nilai penggunaan
umpasa saat pemberian ulos. 4.
Parlindungan Purba 2002 tesis berjudul: Ruang Persepsi Metapora pada Umpasa Masyarakat Batak Toba: Suatu Kajian Pragmatik. Kajian
ini menfokuskan ruang persepsi metapora yang ditemukan dalam masyarakat Batak Toba pada saat kegiatan acara adat marhata sinamot
‘ memusyawarahkan uang emas kawin’, dan marunjuk ‘pesta membayar
adat penuh’. 5.
Warisman Sinaga 2004 tesis berjudul: Tindak Tutur Permohonan, Permintaan Maaf, dan Keluhan dalam Bahasa Indonesia oleh Mahasiswa
Jurusan Bahasa Inggris FKIP UMSU: Suatu Kajian Sosiolinguistik. Kajian ini memfokuskan tindak tutur permohon, permintaan maaf, dan
keluhan dalam bahasa Indonesia oleh mahasiswa jurusan bahasa Inggris antara mahasiswa dengan dosen, mahasiswa junior dengan mahasiswa
Universitas Sumatera Utara
senior. Penelitian ini bersifat kualitatif, namun pembahasan menggunakan distribusi frekuensi sebagai dasar analisisnya.
6. Asriaty R. Purba 2007 tesis berjudul: Tema Umpasa Masyarakat
Simalungun: Suatu Kajian Lingustik Fungsional Sistemik. Kajian ini menfokuskan struktur, jenis dan unsur tema serta konteks sosial umpasa
Simalungun, dianalisa berdasarkan teori Linguistik Fungsional Sistemik LFS yang dikembangkan oleh Halliday, Saragih dan pakar Linguistik
Fungsional Sistemik lainnya. 7.
Tomson Sibarani 2008 tesis berjudul: Tindak Tutur dalam Upacara Perkawinan Masyarakat Batak Toba. Kajian ini memfokuskan tindak
tutur yang digunakan hulahula ‘pemberi istri’, dongan sabutuha ‘kerabat semarga’, dan boru ‘penerima istri’, tindak tutur apa yang dominan,
bagaimana tindak tutur dilakukan, jenis dan fungsi tindak tutur dalam upacara perkawinan masyarakat Batak Toba.
Penelitian ini menggunakan teori tindak tutur dari Leech, Austin, dan Searle serta metode yang dipakai adalah metode deskriptif.
Kajian tersebut telah membantu peneliti dalam meletakkan fenomena- fenomena dasar yang berkaitan dengan umpasa yang digunakan dalam rapat adat
masyarakat Batak Toba.
Universitas Sumatera Utara
2.2. Konsep