functional unit in communication”, yang berarti tindak tutur merupakan unit yang berfungsi penting dalam komunikasi.
Schiffrin 1994: 190 mengemukakan “pragmatics deals with three consepts meaning, contexs, communication”. Pragmatik berkaitan dengan tiga
konsep yaitu makna, konteks, komunikasi. Chaer dan Agustina 1995: 3 mengatakan sosiolinguistik adalah bidang
ilmu antardisiplin yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa itu dalam masyarakat. Selanjutnya Nababan 1984: 2 mengatakan
sosiolingustik merupakan studi atau pembahasan bahasa sehubungan dengan penutur bahasa itu sendiri sebagai anggota masyarakat, mempelajari atau
membahas aspek-aspek kemasyarakatan bahasa. Siregar 2002b: 172-173 mengatakan bahwa komunikasi sehari-hari atau siasat bahasa dalam tindak tutur
dan penutur bertujuan untuk menciptakan dan menjaga hubungan sosial, berhubungan dengan kesantunan.
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana ungkapan tindak tutur yang menggunakan umpasa oleh masyarakat Batak Toba pada saat berkomunikasi dalam rapat adat.
Dalam hal ini akan terlihat bagaimana tindak tutur yang menggunakan umpasa oleh masyarakat Batak Toba pada rapat adat:
Universitas Sumatera Utara
1. Komponen tindak tutur apakah pada umpasa yang digunakan oleh
hulahula pihak pemberi istri, dongan sabutuha kerabat semarga, dan boru pihak penerima istri dalam rapat adat masyarakat Batak Toba?
2. Jenis tindak tutur apakah pada umpasa yang digunakan dalam rapat adat
masyarakat Batak Toba? 3.
Bagaimanakah fungsi tindak tutur pada umpasa yang digunakan dalam rapat adat masyarakat Batak Toba?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk: 1.
Mendeskripsikan komponen tindak tutur yang menyangkut makna lokusi, makna ilokusi, dan makna perlokusi pada umpasa yang digunakan oleh
hulahula pihak pemberi istri, dongan tubu kerabat semarga, boru pihak penerima istri dalam rapat adat masyarakat Batak Toba.
2. Mendeskripsikan jenis tindak tutur pada umpasa yang digunakan dalam
rapat adat masyarakat Batak Toba. 3.
Mendeskripsikan fungsi tindak tutur pada umpasa yang digunakan dalam rapat adat masyarakat Batak Toba.
Universitas Sumatera Utara
1.4 Landasan Teori
Dalam penelitian ini dibutuhkan teori-teori yang dapat dijadikan acuan atau pedoman untuk mendukung penelitian tindak tutur yang menggunakan
umpasa dalam rapat adat marhata sinamot pada masyarakat Batak Toba. Penelitian ini penulis menggunakan teori Austin 1962, Searle 1969,
dan Leech 1983 tentang tindak tutur speech acts. Austin 1962: 1-11 membedakan tuturan yang kalimatnya bermodus
deklaratif menjadi dua yaitu konstatif dan performatif. Tindak tutur konstatif adalah tindak tutur yang menyatakan sesuatu yang kebenarannya dapat diuji
benar atau salah dengan menggunakan pengetahuan tentang dunia. Sedangkan tindak tutur performatif adalah tindak tutur yang pengutaraannya digunakan
untuk melakukan sesuatu, pemakai bahasa tidak dapat mengatakan bahwa tuturan itu salah atau benar, tetapi sahih atau tidak.
Lebih lanjut Austin membedakan tiga komponen tindak tutur yaitu: 1.
Tindak tutur lokusi, yaitu tindak mengucapkan sesuatu dengan kata dan kalimat sesuai dengan makna di dalam kamus dan menurut kaidah
sintaksisnya. 2.
Tindak tutur ilokusi, yaitu tindak tutur yang mengandung maksud; berkaitan dengan siapa bertutur kepada siapa, kapan, dan di mana tindak
tutur itu dilakukan, dan lain sebagainya. 3.
Tindak tutur perlokusi, yaitu tindak tutur yang pengujarannya dimaksudkan untuk mempengaruhi mitra tutur.
Universitas Sumatera Utara
Searle 1969: 20 mengemukakan, “all linguistic Communication Invoclves Linguistic acts”. Maksudnya, seluruh kegiatan berkomunikasi adalah
merupakan tindak bahasa atau tindak tutur. Leech 1983: 5-6 menyatakan bahwa pragmatik mempelajari maksud
ujaran yaitu untuk apa ujaran itu dilakukan; menanyakan apa yang seseorang maksudkan dengan sesuatu tindak tutur; dan mengaitkan makna dengan siapa
berbicara kepada siapa, di mana, bilamana, dan bagaimana. Tindak tutur merupakan entitas yang bersifat sentral di dalam pragmatik dan juga merupakan
dasar bagi analisis topik-topik lain di bidang ini seperti praanggapan, perikutan, implikatur percakapan, prinsip kerjasama dan prinsip kesantunan.
Lakoff 1972,
1973b mengembangkan
teori kesantunan
yang meramalkan bahwa penambahan kebebasan pada pihak petutur untuk menolak
suatu permohonan akan berkorelasi dengan penambahan kesantunan. Dengan kata lainnya, maka makin tinggi kesantunan atau kesantunan bertambah
bersamaan dengan berkurangnya pembebanan pada pihak petutur.
1.5. Manfaat Penelitian