4.1.3.24. Fungsi tindak tutur deklarasi boru ‘penerima istri’ dalam rapat adat masyarakat Batak Toba
30 Sai tu ginjang ninna porda sai tu toru do pambarbaran Sai naeng mamora ninna roha hape ingkon pogos ninna sibaran
Terus menerus ke atas dikampak terus menerus ke bawah ditetek
Berharap berkeinginan menjadi kaya rupanya nasiblah yang membuat miskin
Fungsi tindak tutur umpasa ini berpasrah dengan kenyataan ingin menjadi kaya namun dihambat oleh nasib.
31 Madekdek ansosoit tongon tu tarumbara Unang dok hamu parholit silehonon do soada
Jatuh burung pipit tepat ke kolong rumah Jangan dikatakan kalian kami yang pelit namun pemberian kamilah yang
tidak ada Fungsi tindak tutur umpasa ini berpasrah dengan kenyataan ingin memberi
lebih banyak namun kesanggupanlah yang tidak ada.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Komponen Tindak Tutur Umpasa Masyarakat Batak Toba dalam Rapat
Adat Komponen tindak tutur Umpasa Masyarakat Batak Toba dalam Rapat
Adat yang dimaksudkan dalam kajian ini ialah makna tindak lokusi, makna tindak ilokusi, dan makna tindak perlokusi sebuah tindak tutur yang
menggunakan umpasa. Komponen tindak lokusi, ilokusi, dan perlokusi tindak tutur dapat ditelaah melalui pemakaian aspek-aspek linguistik, seperti kata,
frasa, klausa, dan kalimat yang terdapat dalam umpasa masyarakat Batak Toba
Universitas Sumatera Utara
dalam rapat adat dengan memperhatikan pula aspek-aspek non linguistik seperti konteks, nilai-nilai sosial, dan budaya sebuah tindak tutur.
Pernyataan tersebut menjadi dasar kajian komponen tindak lokusi, ilokusi, dan perlokusi tindak tutur yang dalam kajian ini tidak ditelaah secara
terpisah antarkomponen kata, frasa, klausa, kalimat, paragraf, atau episode dalam umpasa masyarakat Batak Toba dalam rapat adat. Sebab pada muatan
tindak lokusi, ilokusi, dan perlokusi antarkata, frasa, klausa, kalimat, paragraf, atau episode dalam umpasa masyarakat Batak Toba dalam rapat adat itu sangat-
sangat erat dan berhubungan satu sama lain. Dengan kata lain, kajian komponen tindak tutur umpasa masyarakat Batak Toba dalam rapat adat itu akan dapat
dipahami secara baik bila ditelaah secara terpadu sebagai sebuah teks wacana yang utuh. Hal itu mengindikasikan bahwa penelaahan makna komponen tindak
tutur tidak dilakukan secara terpisah antarkomponen kata, frasa, kalusa, kalimat, paragraf, atau episode dalam kajian ini.
Dari hasil penelitian dapat dikelompokkan komponen tindak tutur umpasa masyarakat Batak Toba berdasarkan tindak lokusi dan ilokusi hulahula
‘ pemberi istri’, tindak lokusi dan ilokusi dongan sabutuha hulahula ‘kerabat
semarga dari pemberi istri’, tindak lokusi dan ilokusi dongan sabutuha boru ‘
kerabat semarga penerima istri’, tindak lokusi dan ilokusi boru ‘penerima istri’, tindak lokusi dan ilokusi dongan sahuta hulahula ‘kawan sekampung pemberi
istri’, tindak ilokusi dongan sahuta boru ‘kawan sekampung penerima istri’, tindak ilokusi dan perlokusi raja ni hulahula borutulang ‘paman penerima
Universitas Sumatera Utara
istri’, dan tindak lokusi dan perlokusi raja ni hulahulatulang ‘paman pemberi istri’ dapat dirinci sebagai berikut.
4.2.2 Makna Lokusi Umpasa Masyarakat Batak Toba dalam Rapat Adat