Hewan lain yang dapat menunjukkan perubahan cuaca adalah kodok atau katak. Ketika musim hujan berlangsung, tanah dan udara
menjadi lebih lembab. Begitu pula dengan kodok yang peka terhadap perubahan tersebut. Kodok akan keluar dari sarangnya dan mulai
mengeluarkan suara. Suara kodok yang nyaring dan keras, menandakan bahwa perubahan cuaca sedang terjadi yaitu dari musim kemarau ke
musim hujan. Katak adalah hewan amfibi yang merupakan hewan eksotermal yang seluruh aspek kehidupannya sangat dipengaruhi oleh
suhu lingkungan termasuk cuaca dan iklim Corn dalam Rahman, 2009: 2.
Ternyata, burung juga dapat menunjukkan kepekaannya terhadap perubahan cuaca. Fanggidae 2014: 30 menyatakan bahwa penanda
musim hujan akan ditandai dengan suara burung Toltiu yang keras sambil berterbangan dengan ketinggian yang rendah.
Jadi, berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan ada beberapa hewan yang peka terhadap perubahan cuaca. Hal itu dapat
dilihat melalui tingkah laku yang ditunjukkan oleh hewan tersebut.
6. Tinjauan tentang Komik sebagai Hasil Karya Seni Rupa
a. Pengertian Seni Rupa
Seni dipandang menjadi salah satu unsur keindahan yang dapat disalurkan ke dalam berbagai macam bentuk seperti, seni tari yaitu tarian,
seni musik yaitu terciptanya alunan nada, seni rupa yang berupa lukisan dan lain sebagainya. Seni rupa merupakan segala kegiatan manusia untuk
mengkomunikasikan pengalaman batinnya pada orang lain melalui penggunaan indera yaitu indera raba Herawati dan Iriaji, 1999: 3.
Pernyataan tersebut menyatakan bahwa banyak sekali hasil karya seni rupa manusia yang dapat dinikmati melalui penglihatan dan indera
peraba. Seni juga diartikan sebagai aktivitas yang penciptaannya
memerlukan koordinasi mata dan tangan karena seni rupa dapat dilihat, diraba dan juga dirasakan Kamaril, 1999: 1.20. Dengan menggunakan
koordinasi mata dan tangan, maka keterampilan dasar yang diperoleh peserta didik adalah latihan motorik halus. Dalam konsepnya, seni
memiliki berbagai macam aspek atau sering disebut sebagai matra substansial seni Kamaril, 1999: 1.21. Matra terbagi menjadi beberapa
bagian yaitu, matra pengetahuan, matra apresiasi, matra keterampilan dan matra kreativitas. Bidang seni kreativitas dan keterampilan berpadu
bersama dalam suatu karya. Seperti dikatakan bahwa seni rupa memadukan gerak mata dan tangan, akan sama dengan keterampilan
mengolah tubuh hingga mampu menciptakan gerakan-gerakan yang indah. Itu adalah hal yang yang diolah dalam matra keterampilan.
Kemampuan keterampilan ini berkaitan dengan kemampuan senso- motorik seseorang.
Dalam berkarya, kegiatan seni rupa dapat menimbulkan kegembiraan. Kegembiraan peserta didik akan nampak dan terlihat
disebabkan oleh keaktifan atau kesempatan bergerak, bereksperimen, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
berlomba dan berkomunikasi. Dapat pula dilihat betapa senangnya peserta didik-peserta didik berkarya melalui seni rupa, mereka akan
bergerak-gerak dengan sadar atau tidak, mencoba-coba sesuatu yang diinginkan dan mereka selalu berlomba untuk menyelesaikan karyanya
sesuai dengan gagasan masing-masing. Apabila peserta didik berhasil berkarya, dengan spontan ia akan menunjukkan perasaan senangnya
dengan berteriak dan bergerak. Demikian sesuai yang disampaikan Muharam dan Sundaryati 1992: 4 bahwa seni rupa adalah rasa
keindahan, rasa keharuan yang melengkapi kesejahteraan hidup yang dinyatakan melalui pikiran menjadi bentuk yang dapat disalurkan dan
dimiliki oleh setiap orang. Ketika seseorang meluapkan rasa emosionalnya pada sebuah bidang gambar untuk menggambarkan isi hati
atau pemikirannya, disitulah fungsi seni rupa sebagai penghilang tekanan jiwa akibat kegagalan ataupun ketidakpuasan seseorang. Sehingga, seni
dikatakan menjadi sebuah wadah yang baik karena hasil karya yang terbentuk juga dapat dinikmati melalui panca indera.
Dari pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa seni rupa merupakan sebuah hasil karya seni yang dibuat oleh manusia
menggunakan inderanya untuk menggambarkan pemikiran, ungkapan
perasaan melalui sebuah gambar. b.
Pendidikan Seni Rupa di SD
Pendidikan seni rupa sudah lama diterapkan di sekolah. Pendidikan seni rupa saat ini tidak hanya dilakukan agar peserta didik
mampu membuat hasil karya seni, namun lebih ditujukan agar peserta didik dapat lebih kreatif. Maka dari itu, seni rupa menjadi salah satu
pendidikan yang diajarkan di Sekolah Dasar. Sekolah Dasar atau SD merupakan jenjang pendidikan dasar yang akan ditempuh oleh peserta
didik di awal usia ketika menginjak 6 atau 7 tahun. SD menjadi tempat bagi peserta didik untuk mengembangkan diri dan juga talenta yang
dimilikinya. Tidak hanya itu, Sekolah Dasar juga diharapkan mampu membentuk perilaku peserta didik menjadi lebih baik dengan cara
berpikir dan menyelesaikan masalah sehingga terbentuklah pribadi peserta didik. Pendidikan sangat penting dalam membentuk kepribadian
seorang peserta didik. Metode-metode dalam pendidikan pun kian berkembang, salah
satunya adanya metode pendidikan seni seperti, seni tari, seni musik, seni rupa dan lain sebagainya. Pendidikan melalui seni, bertujuan untuk
mengusahakan pendidikan peserta didik seutuhnya dengan seni sebagai wahana. Tabrani 2014: 6 mengatakan pendidikan melalui seni rupa
mempersiapkan peserta didik untuk menghayati, membuat dan menangkap pesan rupa baik melalui imajinasinya sendiri maupun melalui
karya gambarnya. Pendidikan seni rupa peserta didik penting bukan hanya untuk
pembinaan, pertumbuhan dan perkembangan peserta didik yang seimbang, tetapi juga karena setiap peserta didik memiliki kesenangan
untuk menggambar meskipun tidak memiliki bakat tersebut. Tabrani PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2014: 6 mencantumkan sebuah skema perkembangan bahasa seni rupa gambar peserta didik dan hasilnya menyatakan bahwa peserta didik usia 2
sampai sekitar 13 tahun mempunyai perkembangan tahap menggambar yang makin kompleks. Dikatakan, apabila pembinaan bahasa rupa gambar
pada peserta didik ini berhasil, peserta didik yang berbakat menggambar akan menjadi calon senirupawan bahkan yang tidak memiliki bakat pun
akan tetap suka menggambar dan tidak takut untuk melukiskan sebuah gambar sedangkan jika pembinaan gagal, peserta didik tidak suka
menggambar bahkan menyatakan dirinya tidak bisa menggambar. Menurut Herawati dan Iriaji 1999: 9, konsep pendidikan seni di
Sekolah Dasar diarahkan pada pembentukan sikap, sehingga terjadi keseimbangan intelektual dan sensibilitas, rasional dan irasional, akal
pikiran dan kepekaan emosi. Jika dilihat, konsep tersebut menempatkan seni sebagai sarana dalam pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan.
Pernyataan tersebut mengacu pada pengertian seni adalah sebagai suatu materi, alat atau media ataupun metode yang dapat digunakan untuk
mencapai tujuan pendidikan tersebut Herawati dan Iriaji, 1999: 10. Jika konsep pendidikan seni di Sekolah Dasar ini dapat berjalan dengan baik,
tidak hanya dapat menyeimbangkan kemampuan berpikir dan berkarya, namun dapat berfungsi sebagai media ekspresif. Ekspresif tersebut dapat
dituangkan dalam sebuah gambar sebagai perwujudan ekspresi perasaan peserta didik. Ketika peserta didik tidak dapat mengungkapkan
perasaannya, peserta didik dapat menggunakan gambar sebagai media komunikasi yang cukup efektif.
Kamaril 1999: 1.41 juga mengungkapkan tentang tujuan pendidikan seni di Sekolah Dasar adalah mengembangkan keterampilan
berkarya serta menumbuh kembangkan cita rasa keindahan dan kemampuan menghargai seni. Selain itu, pendidikan seni juga memiliki
manfaat yaitu, mengolah keterampilan berpikir peserta didik. Keterampilan berpikir tersebut meliputi berpikir kreatif, inovatif dan
kritis yang diolah melalui cara belajar yang seimbang. Konsep dasar pendidikan seni di SD diajukan oleh pakar
pendidikan seni bernama Herbert Read dan Lowenfeld serta Brittain, konsep tersebut adalah Education Through Arts atau dalam bahasa
Indonesia pendidikan melalui seni Tabrani, 2014: 8. Konsep ini diterapkan karena melalui pendidikan seni kemampuan-kemampuan
peserta didik untuk belajar dapat dikembangkan yang meliputi fisik, cerap perspektual, pikir, emosional, cipta dan estetika. Dengan demikian,
munculnya seni selalu mengikuti perkembangan fisik peserta didik yang disertai bertambahnya kemampuan peserta didik dalam menerima
masukan, mengolah kesadaran, mencurahkan perasaan, kemampuan mencipta, kemampuan peserta didik mengolah kesadaran sosial dan
mengolah kepekaan perasaan akan nilai-nilai keindahan Tabrani, 2014: 9. Kemampuan dasar fisik yang dapat diolah melalui aktivitas seni
adalah motorik kasar dan halus, serta koordinasi dari berbagai motorik PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kasar dan halus tersebut dengan indera-indera penglihatan, pendengaran, penciuman dan juga perabaan.
Dari pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa konsep pendidikan seni di SD berorientasi pada perkembangan kemampuan
peserta didik serta kebutuhan-kebutuhannya. Kemampuan dan kebutuhan tersebut diolah melalui kemahirannya berpikir kritis, kreatif dan inovatif
dalam pendidikan seni.
c. Pengertian Komik