Pengembangan prototipe rancangan pembelajaran tematik Matematika materi perkalian dan pembagian bilangan bulat kelas III SD melalui media komik.

(1)

PENGEMBANGAN PROTOTIPE RANCANGAN

PEMBELAJARAN TEMATIK MATEMATIKA MATERI

PERKALIAN DAN PEMBAGIAN BILANGAN BULAT KELAS

III SD MELALUI MEDIA KOMIK

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Ayu Ratna Kumalasari NIM: 131134223

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(2)

i

PENGEMBANGAN PROTOTIPE RANCANGAN

PEMBELAJARAN TEMATIK MATEMATIKA MATERI

PERKALIAN DAN PEMBAGIAN BILANGAN BULAT KELAS

III SD MELALUI MEDIA KOMIK

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Ayu Ratna Kumalasari NIM: 131134223

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2017


(3)

(4)

(5)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini peneliti persembahkan kepada:

1. Allah SWT atas segala anugerah dan Rahmat yang telah diberikan selama proses penyusunan skripsi.

2. Kedua dosen pembimbing Dra. Ignatia Esti Sumarah, M.Hum dan Maria Agustina Amelia, S.Si., M.Pd yang selalu mendukung dan membimbing dalam penyusunan skripsi.

3. Ibu, Bapak dan adik yang selalu memberi semangat, doa, perhatian dan kasih sayang.

4. Teman seperjuangan kolaboratif skripsi (Anna Juta, Laras, Carissa) yang selalu memberi motivasi dan semangat.

5. Teman kos mawar, Lilis dan Ririn yang selalu menemani selama di kos. 6. Sahabat-sahabat, Skolastika Teri, Lyta, Windi, Indri, Duta, Desy yang

selalu mendengarkan curahan hati.

7. Teman kelas “Gayeng” yang selalu menghibur dan memberikan kenangan yang tidak pernah terlupakan selama perkuliahan.

8. Segala pihak yang mendukung dan membantu dalam setiap proses penelitian dan penyusunan skripsi ini yang tidak bisa diucapkan satu per satu.


(6)

v

MOTTO

“Kita hidup untuk saat ini, kita bermimpi untuk masa depan, dan kita belajar untuk kebenaran abadi”

-Chiang Kai Shek-

“Man Jadda Wajada”


(7)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 2 Juni 2017 Peneliti


(8)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswi Universitas Sanata Dharma: Nama : Ayu Ratna Kumalasari

Nomor Mahasiswi : 131134223

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

Pengembangan Prototipe Rancangan Pembelajaran Tematik Matematika Materi Perkalian dan Pembagian Bilangan Bulat Kelas III SD melalui Media Komik.

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 2 Juni 2017

Yang menyatakan


(9)

viii

ABSTRAK

PENGEMBANGAN PROTOTIPE RANCANGAN PEMBELAJARAN TEMATIK MATEMATIKA MATERI PERKALIAN DAN PEMBAGIAN

BILANGAN BULAT KELAS III SD MELALUI MEDIA KOMIK

Ayu Ratna Kumalasari Universitas Sanata Dharma

2017

Potensi penelitian ini adalah pembelajaran tematik Matematika dan Bahasa Indonesia di kelas 3, tema 3, subtema 3. Materi Matematika membahas tentang perkalian dan pembagian bilangan bulat, sedangkan materi Bahasa Indonesia berkaitan dengan membaca tentang “perubahan musim”. Dari hasil kuesioner yang dibagikan kepada 25 peserta didik kelas 3, peneliti mendapatkan data: 80% peserta didik mengalami kesulitan memahami bilangan bulat dan perkalian serta 68% sulit memahami pembagian. Peneliti terdorong mengembangkan bacaan berupa komik tentang perubahan musim yang berisi konsep bilangan bulat, perkalian dan pembagian. Media komik tersebut dapat menjadi bagian dari prototipe RPP tematik yang peneliti kembangkan. Tujuan penelitian ini 1) menjelaskan prosedur pengembangan, 2) mendeskripsikan kualitas prototipe.

Prototipe disusun dengan menggunakan 7 langkah penelitian Borg dan Gall, yaitu: 1) potensi dan masalah, 2) pengumpulan data, 3) desain produk, 4) validasi desain, 5) revisi desain, 6) uji coba produk dan 7) revisi produk. Validasi prototipe dilakukan oleh 3 validator, skor rata-rata yang didapat adalah 3.55 (dari rentang 1-4) artinya sangat baik, sehingga prototipe layak diujicobakan setelah direvisi.

Uji coba terbatas dilakukan di kelas 3B SD N Tegalrejo 2, diikuti 14 peserta didik. RPP tematik yang diujicobakan adalah materi bilangan bulat yang menggunakan media komik “Ayo Mengenal Bilangan Bulat melalui Musim

Kemarau”. Dari hasil evaluasi, 100% peserta didik mendapat nilai 100 untuk materi bilangan bulat. Dari hasil refleksi, 86% peserta didik menulis bahwa media komik membantu mereka memahami konsep bilangan bulat.

Kata kunci: rancangan pembelajaran, Matematika, bilangan bulat, perkalian, pembagian, Bahasa Indonesia, membaca, komik


(10)

ix

ABSTRACT

PROTOTYPE DEVELOPMENT OF MATHEMATICS THEMATIC LEARNING DESIGN IN MULTIPLICATION AND DIVISION OF INTEGERS FOR THE THIRD GRADE OF ELEMENTARY SCHOOL

THROUGH COMICS MEDIA Ayu Ratna Kumalasari Universitas Sanata Dharma

2017

The potential of this research is Mathematical thematic learning and Indonesian language in third grade, topic 3, subtheme 3. Math subjects explain about multipication and division of integers, then Indonesian language is reading

about “season change”. The result of quesioner is shared to 25 grade 3 learner, researcher get data: 80% learner is difficult to study about integers and multipication with 68% learner is difficult in division. Researchers are encouraged to develop comic readings about seasonal changes that contain the concept of round, multiplication and division. This comic medium could be part of the thematic RPP prototype that the researchers developed. Research which aims to 1) explain the development procedure, 2) describes the quality of prototype.

There were seven steps applied throughout according to Borg and Gall, including: 1) the potentiality and problems, 2) data collction, 3) product design, 4) design validation, 5) design revision, 6) product testing and 7) desaign product. Validation do with 3 validator with average score 3.55 (from range 1-4) means very good so, prototype feasible tested after being revised.

The experiment was conducted by researcher at SD N Tegalrejo 2 class 3B to 14 learners. Themed RPP is a matter of integers using comic media “Let’s

know the integers through the summer”. From the results of the evaluation, 100% of learners received a value of 100 for the matter of integers. From the results of reflection, 86% of the students wrote that the comic media helped them understand the concept of integers.

Keywords: learning design, Mathematic, integers, multiplication, division, Indonesian language, reading, comic.


(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmatnya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengembangan Prototipe Rancangan Pembelajaran Tematik Matematika Materi Perkalian dan Pembagian Bilangan Bulat Kelas III SD melalui Media Komik. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Peneliti menyampaikan perhargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah banyak membantu serta memberikan motivasi dalam penyusunan skripsi ini sampai selesai. Pada kesempatan ini, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

3. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd., Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

4. Dra. Ignatia Esti Sumarah, M.Hum., dosen pembimbing I yang telah memberikan saran, kritik, dorongan, semangat, waktu, pikiran dan tenaga untuk membimbing peneliti dalam menyelesaikan skripsi.

5. Maria Agustina Amelia, S.Si., M.Pd., dosen pembimbing 2 yang telah memberikan kritik, saran, semangat, waktu, pikiran dan tenaga untuk membimbing peneliti dalam menyelesaikan skripsi.

6. Seluruh dosen dan staf-karyawan PGSD Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan pelayanan prima selama perkuliahan.

7. Kepala sekolah, guru, dan peserta didik SD Negeri Tegalrejo 2 Yogyakarta yang sudah mengizinkan peneliti mengambil data analisis prapenelitian dan uji coba prototipe.


(12)

xi

8. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd., Muhammad Bayu Tejo Sampurno, S.Pd., M.A., dan Eni Mulyati, S.Pd., sebagai validator prototipe.

9. Kedua orang tua, Bapak Eko Ratmono dan Ibu Marga Retno Sari Y.M. yang selalu memberikan semangat, doa, perhatian dan kasih sayang. 10.Segala pihak yang mendukung dan membantu dalam setiap proses

penelitian dan penyusunan skripsi ini yang tidak bisa diucapkan satu per satu.

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih banyak kekurangan dan keterbatasan. Peneliti berharap semoga hasil penelitian ini dapat memberikan inspirasi kepada para guru tentang pentingnya memiliki kreatifitas dalam penyusunan RPP.

Yogyakarta, 2 Juni 2017


(13)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK... ... viii

ABSTRACT... ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR BAGAN ... xvi

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Definisi Operasional... 5

F. Spesifikasi Produk ... 6

BAB II KAJIAN TEORI ... 8

A. Landasan Teoritis ... 8

1. Kurikulum 2013 ... 8

a. Pengertian Kurikulum 2013 ... 8

b. Kekhasan Kurikulum 2013 ... 9


(14)

xiii

2) Pembelajaran Tematik ... 10

a) Ciri Khas Pembelajaran Tematik ... 10

b) Manfaat Pembelajaran Tematik ... 11

c) Karakteristik Pembelajaran Tematik ... 11

3) Pembelajaran Saintifik ... 12

2. Pembelajaran Tematik Kelas III SD ... 14

a. Matematika ... 15

1) Bilangan Bulat ... 16

2) Perkalian ... 17

3) Pembagian ... 18

b. Bahasa Indonesia ... 19

1) Membaca ... 20

2) Perubahan Musim ... 20

a) Musim pada Iklim Tropis ... 21

b) Musim pada Iklim Subtropis ... 22

c) Perilaku Hewan yang dapat menunjukkan Perubahan Cuaca ... 22

c. Seni Rupa... 23

1) Pendidikan Seni Rupa di Sekolah Dasar ... 24

3. Media Pembelajaran ... 26

a. Pengertian Media Pembelajaran ... 26

b. Komik ... 27

c. Kelebihan Gambar sebagai Visualisasi Seni Rupa dalam Komik .. 28

4. Minat Belajar ... 29

a. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat ... 31

b. Indikator Minat Belajar ... 32

1) Rasa Senang ... 32

2) Perhatian ... 33

5. Kecerdasan Majemuk ... 33

a. Logis Matematis ... 34


(15)

xiv

6. Karakteristik Anak Sekolah Dasar Kelas Bawah ... 36

7. Tugas Perkembangan Masa Anak ... 38

a. Tugas Perkembangan Pribadi-Sosial ... 38

b. Tugas Perkembangan Belajar ... 39

B. Penelitian yang Relevan ... 39

C. Kerangka Berfikir... 43

D. Pertanyaan Penelitian ... 43

BAB III METODE PENELITIAN... 44

A. Jenis Penelitian ... 44

B. Setting Penelitian ... 46

1. Tempat Penelitian ... 42

2. Subjek Penelitian ... 47

3. Objek Penelitian ... 47

4. Waktu Penelitian ... 47

C. Prosedur Pengembangan ... 47

1. Potensi dan Masalah ... 49

2. Pengumpulan Data ... 49

3. Desain Produk ... 49

4. Validasi Desain ... 49

5. Revisi Produk ... 50

6. Uji Coba Produk ... 50

7. Revisi Produk ... 50

D. Teknik Pengumpulan Data ... 50

E. Instrumen Penelitian... 52

1. Instrumen Pedoman Wawancara ... 52

2. Instrumen Prapenelitian untuk Peserta didik ... 53

3. Instrumen Validasi Produk ... 56

4. Instrumen Uji Coba Prototipe berupa refleksi... 59

5. Instrumen Soal Tes ... 60

F. Teknik Analisis Data ... 61


(16)

xv

2. Data Kuantitatif ... 61

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 63

A. Hasil Penelitian ... 63

1. Langkah-langkah Pengembangan ... 63

a. Potensi dan Masalah ... 63

b. Pengumpulan Data... 64

c. Desain Produk ... 66

d. Validasi Desain ... 75

e. Revisi Produk ... 79

f. Uji Coba Produk ... 83

g. Revisi Produk ... 85

2. Deskripsi Kualitas Prototipe ... 86

B. Pembahasan ... 89

C. Kelebihan dan Kekurangan Prototipe ... 93

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN ... 94

A. Kesimpulan ... 94

B. Keterbatasan ... 94

C. Saran ... 95

DAFTAR PUSTAKA ... 96

LAMPIRAN ... 99


(17)

xvi

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Skema Penelitian yang Relevan ... 42

Bagan 3.1 Langkah-langkah Metode Reaserch and Development ... 45

Bagan 3.2 Modifikasi langkah-langkah Metode Reaserch and Development ... 47


(18)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Pertanyaan Wawancara Tidak Terstruktur ... 52

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Prapenelitian untuk Peserta Didik ... 53

Tabel 3.3 Instrumen Prapenelitian untuk Peserta Didik... 55

Tabel 3.4 Rubrik Penilaian Validator... 57

Tabel 3.5 Kisi-kisi Instrumen Refleksi ... 59

Tabel 3.6 Instrumen Uji Coba Prototipe berupa Refleksi untuk Peserta Didik ... 59

Tabel 3.7 Kisi-kisi Soal Tes ... 60

Tabel 3.8 Tabel Klasifikasi Skor Skala Empat ... 62

Tabel 4.1 Hasil Rekapitulasi Data Kuesioner Prapenelitian untuk Peserta Didik . 64 Tabel 4.2 Hasil Validasi Desain ... 75

Tabel 4.3 Hasil Rekapitulasi Soal Evaluasi Peserta Didik ... 87


(19)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Desain awal Cover Prototipe ... 66

Gambar 4.2 Cover Komik Matematika Bilangan Bulat ... 67

Gambar 4.3 Pengenalan Tokoh ... 67

Gambar 4.4 Halaman 1 Komik Matematika Bilangan Bulat ... 68

Gambar 4.5 Halaman 2 Komik Matematika Bilangan Bulat ... 69

Gambar 4.6 Halaman 3 Komik Matematika Bilangan Bulat ... 69

Gambar 4.7 Cover Komik Matematika Perkalian ... 70

Gambar 4.8 Pengenalan Tokoh ... 70

Gambar 4.9 Halaman 1 Komik Matematika Perkalian ... 71

Gambar 4.10.Halaman 2 Komik Matematika Perkalian ... 71

Gambar 4.11 Halaman 3 Komik Matematika Perkalian ... 72

Gambar 4.12 Cover Komik Matematika Pembagian ... 72

Gambar 4.13 Pengenalan Tokoh ... 73

Gambar 4.14 Halaman 1 Komik Matematika Pembagian ... 74

Gambar 4.15 Halaman 2 Komik Matematika Pembagian ... 74

Gambar 4.16 Halaman 3 Komik Matematika Pembagian ... 75

Gambar 4.17 Perubahan Desain Prototipe sebelum dan sesudah direvisi ... 79

Gambar 4.18 Perubahan Cover Komik Bilangan Bulat ... 80

Gambar 4.19 Perubahan Pengenalan Tokoh ... 80

Gambar 4.20 Perubahan Halaman 1 Komik Bilangan Bulat ... 81

Gambar 4.21 Perubahan Halaman 2 Komik Bilangan Bulat ... 82

Gambar 4.22 Perubahan Halaman 3 Komik Bilangan Bulat ... 82

Gambar 4.23 Peneliti Memperlihatkan Komik Bilangan Bulat di LCD ... 84

Gambar 4.24 Peserta Didik Membaca Komik ... 84

Gambar 4.25 Peserta Didik mengerjakan Lembar Kerja Peserta Didik ... 84

Gambar 4.26 Perubahan halaman 2 sebelum dan setelah direvisi ... 85

Gambar 4.27 Perubahan halaman 3 sebelum dan setelah direvisi ... 85

Gambar 4.28 Lembar Soal Evaluasi Peserta Didik ... 86


(20)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian... 100

Lampiran 2 Surat Izin Uji Coba Prototipe ... 101

Lampiran 3. Hasil Analisis Data Kuesioner Prapenelitian untuk Peserta Didik .. 102

Lampiran 4. Hasil Validator Ahli Matematika ... 104

Lampiran 5. Hasil Validator Ahli Seni Rupa ... 111

Lampiran 6. Hasil Validator Wali Kelas III SD ... 116

Lampiran 7. Hasil Analisis Instrumen Uji Coba Prototipe Berupa LKS ... 121

Lampiran 8. Hasil Analisis Instrumen Uji Coba Prototipe Berupa Refleksi ... 122

Lampiran 9. Hasil Data Kuesioner Prapenelitian Peserta Didik ... 123

Lampiran 10. Hasil LKS Peserta Didik ... 126

Lampiran 11. Hasil Refeksi Peserta Didik ... 127


(21)

1

BAB I

PENDAHULUAN

Pada bab ini peneliti akan membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, spesifikasi prototipe yang diharapkan, dan definisi operasional.

A. Latar Belakang Masalah

Sebuah sistem pendidikan berhubungan dengan kurikulum pendidikan. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar (UU No. 20 tahun 2003 dalam Fadlillah, 2014: 15). Indonesia pada tahun 2013/2014 telah menetapkan kurikulum baru yaitu Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 merupakan bagian dari stategi meningkatkan capaian pendidikan. Orientasi kurikulum 2013 adalah terjadinya peningkatan dan keseimbangan antara kompetensi sikap (attitude), keterampilan (skill) dan pengetahuan (knowledge). Hal ini sejalan dengan amanat UU No. 20 Tahun 2003 sebagaimana tersurat dalam penjelasan pasal 35, yaitu kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati (Majid, 2014: 27). Sehingga, kurikulum penting untuk diterapkan sebagai tujuan pembelajaran yang baik.

Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan pembelajaran tematik integratif. Pembelajaran tematik integratif merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema (Majid, 2014: 107). Salah satu mata pelajaran yang terintegrasi dalam Kurikulum 2013 kelas III adalah Matematika dan Bahasa Indonesia. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang ada pada Sekolah Dasar (SD). Pengenalan konsep Matematika harus diajarkan sejak dini kepada peserta didik terutama di Sekolah Dasar terutama konsep berhitung seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Maka dari itu, Matematika


(22)

merupakan mata pelajaran yang harus dipahami peserta didik terutama di kelas bawah (kelas 1, 2 dan 3).

Mata pelajaran Matematika yang diajarkan di Sekolah Dasar terutama pada kelas III bertujuan untuk menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan berhitung, menumbuhkan kemampuan peserta didik yang dapat diahligunakan dan membentuk sikap logis, kritis, cermat serta disiplin (Hudojo, 2003: 123). Salah satu materi pada mata pelajaran Matematika adalah perkalian dan pembagian bilangan bulat. Dalam Kurikulum 2013, materi perkalian dan pembagian terdapat pada Tema 3 Perubahan di Alam, Subtema 3 Perubahan Musim, Pembelajaran 1, 3 dan 5. Perkalian merupakan operasi penjumlahan yang diulang-ulang sedangkan pembagian adalah pengurangan berulang (Fajar, 2009: 10). Bilangan bulat terdiri dari bilangan asli, nol dan lawan bilangan asli (Purnomo, 2014: 32). Bilangan asli dimulai dari 1, 2, 3, 4 dan seterusnya dan lawan dari bilangan asli adalah -1, -2, -3, -4 dan seterusnya. Operasi perhitungan tentang perkalian dan pembagian bilangan bulat termasuk dalam aritmatika dasar, sehingga peserta didik terutama pada kelas bawah Sekolah Dasar harus memahami konsep perkalian dan pembagian bilangan bulat karena sebagai dasar memahami materi Matematika yang lain, seperti pecahan, bangun ruang dan lain-lain. Materi Bahasa Indonesia

yang berkaitan dengan membaca tentang “perubahan musim”. Supaya dapat

menarik minat peserta didik untuk membaca, peneliti mengembangkan media gambar yang mendukung materi tentang perubahan musim.

Pada bulan September 2016, peneliti melakukan wawancara tidak terstruktur kepada 4 guru kelas III di empat Sekolah Dasar yang berbeda yaitu SD N Tegalrejo 2, SD Kanisius Kotabaru, SD Sarikarya dan SD Kintelan. Berdasarkan hasil wawancara tersebut, empat guru menyatakan bahwa materi perkalian dan pembagian masih sulit dipahami oleh peserta didik. Salah satu guru kelas III B di SD Negeri Tegalrejo 2 menyatakan bahwa kelas III berjumlah 25 peserta didik, beberapa peserta didik mampu memahami konsep perkalian dan pembagian bilangan bulat, namun masih ada yang belum memahami konsep perkalian dan pembagian. Sekitar 6 peserta didik mendapatkan nilai di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), namun 19 peserta didik masih mendapat


(23)

nilai di bawah KKM. KKM pada mata pelajaran Matematika di kelas III ini adalah 65. Data tersebut diperoleh berdasarkan hasil nilai peserta didik pada soal latihan mengenai materi perkalian dan pembagian bilangan bulat.

Guru kelas IIIB SD Negeri Tegalrejo 2 mengatakan bahwa dalam melaksanakan pembelajaran Matematika jarang menggunakan media terutama materi perkalian dan pembagian bilangan bulat. Penggunaan media pembelajaran mempunyai manfaat untuk menunjang pembelajaran menjadi lebih baik, sehingga minat belajar peserta didik dapat tumbuh karena terciptanya rasa senang terhadap pelajaran tersebut. Slameto (2010: 180) menyatakan bahwa minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat.

Salah satu cara untuk menumbuhkan minat peserta didik adalah dengan media pembelajaran. Sukiman (2012: 29) menjelaskan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta kemauan peserta didik sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran secara efektif.

Pada bulan September 2016, peneliti melakukan penyebaran kuesioner kepada 25 peserta didik kelas III di SD Negeri Tegalrejo 2. Peneliti mendapatkan data: (1) 80% peserta didik mengalami kesulitan perkalian bilangan bulat, (2) 68% peserta didik mengalami kesulitan pembagian bilangan bulat, dan wawancara dengan wali kelas IIIB di SD Negeri Tegalrejo 2 menyatakan bahwa belum pernah menggunakan media gambar dalam pembelajaran.

Gambar yang peneliti kembangkan berbentuk komik. Komik merupakan suatu bentuk kartun yang mengungkapkan karakter dan memerankan suatu cerita dalam urutan yang erat dihubungkan dengan gambar dan dirancang untuk memberikan hiburan kepada para pembaca (Sudjana dan Rivai, 2009: 64). Dalam komik terdapat gambar dan juga dialog singkat yang akan menuntun pembaca mengikuti alur cerita. Komik juga dikaitkan dengan pelajaran Matematika materi


(24)

perkalian dan pembagian bilangan bulat. Sehingga, pembelajaran akan lebih menyenangkan.

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti sebagai calon guru SD terdorong untuk mengembangkan prototipe rancangan pembelajaran Matematika untuk membantu peserta didik memahami perkalian dan pembagian bilangan bulat dan untuk menginspirasi guru tentang pentingnya memiliki kreatifitas dalam

penyusunan RPP. Oleh karena itu, penelitian ini berjudul “Pengembangan

Prototipe Rancangan Pembelajaran Materi Perkalian dan Pembagian Bilangan

Bulat melalui Media Komik untuk Kelas III SD”. Prototipe rancangan

pembelajaran ini, dikembangkan berdasarkan pada Kurikulum 2013 dengan mengkolaborasikan dua mata pelajaran sebagai materi yaitu pelajaran Matematika dan Bahasa Indonesia. Peneliti mengembangkan prototipe rancangan pembelajaran komik sebagai media karena komik termasuk dalam hasil karya seni rupa dan pelajaran seni telah diafirmasi menjadi bagian dari mata pelajaran yang diajarkan pada peserta didik dalam Kurikulum 2013. Peneliti memilih komik sebagai media pembelajaran karena komik mempunyai keunggulan salah satunya adalah karakter belajar visual yang baik melalui kombinasi teks cerita singkat dan gambar. Sehingga peserta didik akan tertarik belajar dengan memahami gambar.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana prosedur pengembangan prototipe rancangan pembelajaran materi perkalian dan pembagian bilangan bulat untuk kelas III SD?

2. Bagaimana kualitas prototipe rancangan pembelajaran materi perkalian dan pembagian bilangan bulat untuk kelas III SD?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian adalah sebagai berikut.

1. Menjelaskan prosedur pengembangan prototipe rancangan pembelajaran materi perkalian dan pembagian bilangan bulat untuk kelas III SD.


(25)

2. Mendeskripsikan kualitas prototipe rancangan pembelajaran materi perkalian dan pembagian bilangan bulat untuk kelas III SD.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak sebagai berikut:

1. Peneliti

a. Mengembangkan kreativitas dengan media pembelajaran Matematika untuk menumbuhkan minat peserta didik.

b. Hasil penelitian berupa prototipe rancangan pembelajaran dapat digunakan pada saat peneliti telah menjadi guru.

2. Guru

Mendapatkan inspirasi tentang media pembelajaran Matematika terintegrasi dengan bahasa Indonesia dan menjadikannya sebagai referensi dalam melakukan pembelajaran Matematika dengan menggunakan media.

3. Peserta didik

a. Menumbuhkan minat siswa terhadap Matematika dengan media pembelajaran

b. Memberikan pengalaman baru dalam mengerjakan mata pelajaran Matematika menggunakan media pembelajaran.

E. Definisi Operasional

1. Matematika

Matematika adalah sebuah bidang tentang logika mengenai bentuk, susunan dan konsep-konsep yang berhubungan dengan kegiatan berhitung. 2. Bilangan bulat

Bilangan bulat terdiri dari bilangan asli, nol dan lawan bilangan asli. Bilangan asli dimulai dari 1, 2, 3, 4 dan seterusnya dan lawan dari bilangan asli adalah -1, -2, -3, -4 dan seterusnya.


(26)

3. Perkalian

Perkalian adalah penjumlahan berulang bilangan kedua sebanyak bilangan pertama atau A x B maka B dijumlahkan sebanyak A. Perkalian disimbolkan dengan tanda silang (x).

4. Pembagian

Pembagian adalah pengurangan berulang oleh angka yang sama hingga nilainya nol atau habis. Pembagian disimbolkan dengan titik dua (:).

5. Media Pembelajaran

Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat membawakan pesan dari pengirim ke penerima untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran secara efektif.

6. Komik

Komik adalah suatu cerita yang digambarkan dalam bentuk kartun yang memiliki sifat sederhana dalam penyajiannya dan memuat pesan untuk pembacanya.

F. Spesifikasi Produk

1. Prototipe rancangan pembelajaran Matematika materi perkalian dan pembagian bilangan bulat melaui media komik ini dirancang sesuai

Kurikulum 2013 kelas 3 SD Tema 3 “Perubahan di Alam”, subtema 3 “Perubahan Musim”, untuk pembelajaran 1, 3 dan 5: Matematika dan bahasa

Indonesia.

2. Cover prototipe berjudul “Prototipe Rancangan Pembelajaran Matematika materi Perkalian dan Pembagian Bilangan Bulat melalui Media Komik untuk

Kelas III SD”. Didalamnya terdapat kata pengantar, pendahuluan, daftar isi,

isi prototipe, kepustakaan dan biografi penulis.

3. Isi prototipe dibagi menjadi 3 bagian, yaitu bagian 1 adalah teori, bagian 2 adalah komik dan bagian 3 adalah RPP.


(27)

5. Bagian 2: Komik yang terbagi menjadi 3 yaitu a. “Ayo Mengenal Bilangan

Bulat melalui Musim Kemarau”, b. “Ayo Mengenal Perkalian melalui Empat

Musim” dan c. “Ayo Mengenal Pembagian melalui Tingkah Laku Hewan”. 6. Komik mencakup pengetahuan dari dua mata pelajaran yang telah

dikolaborasikan yaitu materi perkalian dan pembagian bilangan bulat untuk Matematika dan membaca untuk Bahasa Indonesia.

7. Bagian 3: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) kelas III tema 3 subtema 3 pembelajaran 1.

8. Prototipe dicetak dalam ukuran booklet.

9. Prototipe pada bagian komik diisi dengan frame gambar berwarna dan menggunakan font Comic Sans Ms.


(28)

8

BAB II

KAJIAN TEORI

Pada bab ini peneliti akan membahas Landasan Teoritis, Penelitian yang Relevan, dan Kerangka Berfikir. Ketiga hal tersebut akan diuraikan sebagai berikut.

A. Landasan Teoritis

Landasan teoritis merupakan sebuah acuan yang digunakan peneliti dalam membuat prototipe rancangan pembelajaran.

1. Kurikulum 2013

a. Pengertian Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 merupakan bagian dari strategi meningkatkan capaian pendidikan. Kurikulum 2013 adalah terjadinya peningkatan dan keseimbangan antara kompetensi sikap (attitude), keterampilan (skill) dan pengetahuan (knowledge). Hal ini sejalan dengan amanat UU No. 20 Tahun 2003 sebagaimana tersurat dalam penjelasan pasal 35, yaitu kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati (Majid, 2014: 27).

Kurniasih dan Sani (2014: 21) mengungkapkan bahwa kurikulum 2013 lebih ditekankan pada kompetensi dengan pemikiran kompetensi berbasis sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Hal ini juga diperkuat oleh Mulyasa (2013: 66) yang mengungkapkan bahwa Kurikulum 2013 merupakan tindak lanjut dari kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang pernah dicobakan pada tahun 2004. KBK dijadikan acuan dan pedoman bagi pelaksanaan pendidikan bagi pengembangan berbagai ranah pendidikan (pengetahuan, keterampilan, dan sikap) dalam seluruh jenjang dan jalur pendidikan. Dari pendapat para ahli tersebut mengenai Kurikulum 2013, dapat disimpulkan bahwa Kurikulum 2013 menekankan pada peningkatan kompetensi berbasis sikap, keterampilan dan pengetahuan.


(29)

b. Kekhasan Kurikulum 2013 1) Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter dalam Kurikulum 2013 bertujuan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan, yang mengarah pada pembentukan budi pekerti dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan. Melalui implementasi Kurikulum 2013 yang berbasis kompetensi sekaligus berbasis karakter, dengan pendekaran tematik dan kontekstual diharapkan peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari (Mulyasa, 2013:7).

Kurniasih dan Sani (2016: 257) menjelaskan bahwa pendidikan karakter memiliki makna lebih tinggi daripada pendidikan moral karena bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah. Lebih dari itu, pendidikan karakter menanamkan kebiasan (habituation) tentang yang baik sehingga peserta didik menjadi paham, mampu merasakan, dan mau melakukan hal baik. Akbar (2016: 63) mengatakan bahwa untuk menciptakan pembelajaran yang aktif agar pembelajaran karakter dapat dioptimalkan, perlu memperhatikan tujuan kegiatan pembelajaran, pengalaman belajar sendiri oleh peserta didik, penggunaan model pembelajaran aktif yang berorientasi pada pendidikan karakter, pembelajaran yang bermakna, pencakupan seluruh kecakapan hidup peserta didik, sumber atau media pembelajaran konkret, penilaian yang autentik dan penggunaan prinsip Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM). Prinsip PAKEM ditujukan agar pembelajaran oleh peserta didik menjadi kreatif, invensi dan inovasi serta suasana pembelajaran menyenangkan.

Dari pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter dalam Kurikulum 2013 juga memiliki tujuan tertentu, yaitu untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan pendidikan yang nantinya akan diarahkan pada penanaman ahlak dan kebiasaan yang baik sehingga peserta didik memiliki


(30)

tingkah laku yang baik pula serta didukung penggunaan prinsip Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM).

2) Pembelajaran Tematik

Majid (2014: 107) mengungkapkan bahwa pembelajaran tematik merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema. Tema merupakan alat atau wadah untuk mengenalkan berbagai konsep kepada peserta didik secara utuh. Dalam pembelajaran, tema diberikan dengan maksud menyatukan isi kurikulum dalam satu kesatuan yang utuh, memperkaya perbendaharaan bahasa peserta didik dan membuat pembelajaran lebih bermakna.

Daryanto (2014: 3) juga menjelaskan bahwa pembelajaran tematik diartikan sebagai pembelajaran yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman yang bermakna kepada peserta didik. Hal ini diungkapkan hal serupa dengan Poerwadarminta (dalam Majid, 2014: 80) bahwa pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada peserta didik. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, maka dapat dipahami bahwa pembelajaran tematik merupakan salah satu model pembelajaran dengan mengkolaborasikan beberapa mata pelajaran dengan menghubungkan materi atau topik yang satu dengan yang lain sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif.

a) Ciri Khas Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik memiliki arti penting dalam keterlibatan peserta didik dalam proses belajar secara aktif sehingga peserta didik memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya serta menekankan penerapan konsep belajar. Berikut merupakan ciri khas dari pembelajaran tematik, Daryanto (2014 4):


(31)

1. Pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak usia Sekolah Dasar.

2. Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak dari minat dan kebutuhan siswa.

3. Membantu mengembangkan keterampilan berfikir peserta didik.

4. Mengembangkan keterampilan sosial peserta didik, seperti kerjasama, toleransi, komunikasi dan tanggap terhadap gagasan orang lain.

b) Manfaat Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik memiliki manfaat tersendiri, berikut merupakan manfaat dari pembelajaran tematik, Daryanto (2014: 4):

1. Dengan menggabungkan beberapa kompetensi dasar dan indikator serta isi mata pelajaran akan terjadi penghematan, karena tumpang tindih materi dapat dikurangi bahkan dihilangkan.

2. Peserta didik mampu melihat hubungan-hubungan yang bermakna sebab isi/materi pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat, bukan tujuan akhir.

3. Pembelajaran menjadi utuh sehingga peserta didik akan mendapat pengertian mengenai proses dan materi yang tidak terpecah-pecah.

4. Dengan adanya pemaduan antar mata pelajaran maka penguasaan konsep akan semakin baik dan meningkat.

c) Karakteristik Pembelajaran Tematik

Sebagai suatu model pembelajaran di Sekolah Dasar, menurut Daryanto (2014: 5) pembelajaran tematik memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut:

1. Berpusat pada peserta didik

Pembelajaran tematik berpusat pada peserta didik (student centered), hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar, sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator


(32)

yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar.

2. Memberikan pengalaman langsung

Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada peserta didik (direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkret) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.

3. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas

Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan peserta didik.

4. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran

Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, peserta didik mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu peserta didik dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

5. Bersifat fleksibel

Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.

6. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa.

7. Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya.

8. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.

3) Pembelajaran Saintifik

Majid dan Rochman (2014: 4) mengungkapkan bahwa dalam saintis kegiatan pembelajaran dilakukan melalui proses mengamati, menanya, mencoba/ mengumpulkan data, mengasosiasi/ menalar, dan mengomunikasikan.


(33)

a) Kegiatan mengamati bertujuan agar pembelajaran berkaitan erat dengan konteks situasi nyata yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Proses mengamati fakta atau fenomena menyangkup mencari informasi, melihat, mendengar, membaca, dan atau menyimak (Majid dan Rochman, 2014: 4). Kegiatan mengamati dalam prototipe rancangan pembelajaran dapat dilakukan peserta didik pada saat melihat media pembelajaran, sesuai dengan perintah dari guru atau pengguna prototipe.

b) Kegiatan menanya dilakukan sebagai salah satu proses membangun pengetahuan peserta didik dalam bentuk konsep, prinsip, prosedur, hukum dan teori, hingga berfikir metakognitif. Tujuannya agar peserta didik memiliki kemampuan berfikir tingkat tinggi secara kritis, logis, dan sistematis. Proses menanya dilakukan melalui kegiatan diskusi dan kerja kelompok serta diskusi kelas. Praktik diskusi kelompok memberi ruang kebebasan mengemukakan ide/gagasan dengan bahasa sendiri, termasuk dengan menggunakan bahasa daerah (Majid dan Rochman, 2014: 4). Kegiatan menanya dalam prototipe rancangan pembelajaran dapat dilakukan setelah peserta didik selesai menggunakan media pembelajaran, guru dapat memulai dengan mengajukan pertanyaan kepada peserta didik.

c) Kegiatan mencoba/mengumpulkan data bermanfaat untuk meningkatkan keingintahuan peserta didik untuk memperkuat pemahaman konsep dan prinsip dengan mengumpulkan data, mengembangkan kreativitas, dan keterampilan prosedural. Kegiatan ini mencakup merencanakan, merancang, dan melaksanakan kegiatan, serta memperoleh, menyajikan, dan mengolah data/informasi. Pemanfaatan sumber belajar termasuk teknologi informasi dan komunikasi sangat disarankan dalam kegiatan ini (Majid dan Rochman, 2014: 4). Kegiatan mencoba dalam prototipe rancangan pembelajaran dapat dilakukan dengan cara membagikan LKS kepada peserta didik, kemudian peserta didik akan mengerjakan LKS tersebut.

d) Kegiatan mengasosiasi bertujuan untuk membangun kemampuan berpikir dan bersikap ilmiah. Data yang diperoleh dibuat klasifikasi, diolah, dan ditemukan hubungan-hubungan yang spesifik. Kegiatan dapat dirancang oleh guru melalui


(34)

situasi yang direkayasa dalam kegiatan tertentu sehingga peserta didik melakukan aktivitas antara lain menganalisis data, mengelompokan, membuat kategori, menyimpulkan, dan memprediksi/mengestimasi dengan memanfaatkan lembar kerjadiskusi atau praktik. Hasil kegiatan mencoba dan mengasosiasi memungkinkan peserta didik berpikir kritis tingkat tinggi hingga berpikir metakognitif (Majid dan Rochman, 2014: 5). Kegiatan mengasosiasi dalam prototipe rancangan pembelajaran dalam pemilih salah satu aktivitas yang direkayasa oleh guru antara lain menganalisis data, mengelompokan, membuat kategori, menyimpulkan, dan memprediksi/mengestimasi dengan memanfaatkan lembar kerjadiskusi atau praktik. Guru dapat menyesuaikan aktivitas yang akan dilakukan dengan RPP yang sudah dibuat.

e) Kegiatan mengkomunikasikan adalah sarana untuk menyampaikan hasil konseptualisasi dalam bentuk lisan, tulisan, gambar/sketsa, diagram atau grafik. Kegiatan ini dilakukan agar peserta didik mampu mengkomunikasikan pengetahuan, keterampilan, dan penerapannya, serta kreasi peserta didik melalui prestasi, membuat laporan, dan/atau unjuk kerja (Majid dan Rochman, 2014: 5). Kegiatan mengkomunikasikan dalam prototipe rancangan pembelajaran dapat dilakukan dengan menyuruh peserta didik untuk menjelaskan hasil kerjanya atas kegiatan yang sudah dilakukan, misalnya mengerjakan LKS kepada guru dan teman-temannya di kelas.

2. Pembelajaran Tematik Kelas III SD

Dari kekhasan Kurikulum 2013 terdapat pembelajaran tematik yang diajarkan di jenjang pendidikan SD sampai SMA dan salah satunya adalah SD. Hendrifiana (2015: 5) mengungkapkan bahwa pada jenjang pendidikan SD terdapat kelas I hingga VI dan yang akan difokuskan pada penelitian ini adalah kelas III. Tema yang terdapat di kelas III ada 6 tema dan peneliti memilih materi yang terdapat perkalian dan pembagian bilangan bulat maka tema yang dipilih adalah tema 3 perubahan di alam, sub tema 3 perubahan musim. Mata pelajaran yang terkait adalah Matematika materi bilangan bulat, perkalian dan pembagian


(35)

dan Bahasa Indonesia tentang membaca serta seni rupa terkait dengan media pembelajaran.

a. Matematika

Matematika merupakan salah satu pelajaran yang sudah dikenalkan pada anak sejak dini terlebih pada jenjang pendidikan Sekolah Dasar. Matematika dasar yang diajarkan pada anak usia dini adalah mengenal angka. Ini adalah tahapan yang paling utama bagi anak untuk perkembangan pembelajaran Matematika selanjutnya. Pelajaran Matematika ini, akan mengembangkan kemampuan mengolah angka atau berhitung pada anak.

Haryono (2014: 6) mengemukakan bahwa Matematika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan yang sifatnya pasti (eksakta) yang digunakan sebagai pengetahuan dalam proses belajar proses belajar. Definisi Matematika menurut Johnson dan Rising (dalam Runtukahu dan Selpius, 2014: 28) adalah bahasa simbol tentang berbagai gagasan dengan menggunakan istilah-istilah yang didefinisikan secara cermat, jelas dan akurat. Matematika dikatakan akurat karena perhitungannya yang bersifat matematis dan pasti. Berbeda dengan Johnson, Reys (dalam Runtukahu dan Selpius, 2014: 29) beranggapan bahwa Matematika adalah studi tentang pola dan hubungan, cara berpikir dengan strategi organisasi, analisis dan sintetis, seni, bahasa dan alat untuk memecahkan masalah-masalah abstrak dan praktis.

Definisi Matematika yang begitu beragam dan luas membuat pengertian Matematika masih terkesan abstrak. Karena banyaknya ilmu-ilmu terapan Matematika yang kian berkembang, Matematika kurang dapat didefinisikan menjadi satu kesatuan yang pasti. Seorang ahli Matematika Bishop (dalam Runtukahu dan Selpius, 2014: 29) mengelompokkan kegiatan Matematika secara umum menjadi enam kegiatan yaitu menghitung, menempatkan (locating), mengukur, mendesain, bermain dan menjelaskan. Kegiatan-kegiatan tersebutlah yang menjadi dasar bagaimana Matematika itu diterapkan dalam pembelajaran.

Matematika selalu memiliki simbol untuk menyatakan sesuatu secara ringkas. Fungsi simbol Matematika ini adalah sebagai komunikasi, merekam


(36)

pengetahuan, menunjukkan struktur, menjelaskan, mengingatkan kembali dan sebagai pengertian (Runtukahu dan Selpius, 2014: 32). Kalimat Matematika dapat diungkapkan secara lisan maupun tertulis. Matematika yang dituliskan melalui simbol sebagai ringkasan dari penjelasan secara lisan. Itulah sebabnya simbol digunakan sebagai penunjuk verbal. Simbol yang dipahami secara tertulis, mampu mempermudah otak untuk merekam, mengingat sehingga apa yang sudah dipelajari dapat dibaca kembali. Dengan mencatat, anak mampu mengingat pembelajaran secara terstruktur pada apa yang telah dipelajarinya selama ini. Matematika dikatakan juga memiliki fungsi seni. Matematika memiliki karakteristik keindahan, keteraturan dan keterurutan (Reys dalam Runtukahu dan Selpius, 2014: 40). Matematika tidak hanya diterapkan pada keterampilan matematiknya saja, tetapi harus juga dikembangkan pada keteraturan dan keindahannya. Matematika yang banyak menggunakan simbol, membuat garis, titik, siku atau bentuk geometri lain juga harus memperhatikan kerapian. Kerapian dalam penulisan ini akan berdampak baik bagi pembaca. Ketika tulisan rapi dan tertata, maka niat untuk belajar akan bertambah, sedangkan penulisan yang kurang rapi dapat membuat ketidakfokusan belajar sehingga apa yang dibaca tidak begitu jelas. Oleh karena itu, perlu adanya keteraturan dalam membuat simbol Matematika agar dapat dinikmati dari segi keindahannya.

Dari pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa Matematika adalah sebuah bidang tentang logika mengenai bentuk, susunan dan konsep-konsep yang berhubungan dengan kegiatan berhitung. Matematika di kelas III SD salah satunya mengajarkan materi perkalian dan pembagian bilangan bulat. Sebelum memasuki konsep perkalian dan pembagian, peserta didik harus memahami terlebih dahulu konsep bilangan bulat, sehingga dapat paham lebih lanjut tentang perkalian dan pembagian.

1) Bilangan Bulat

Bilangan digunakan untuk menyatakan jumlah. Bilangan ini terbagi menjadi beberapa bagian salah satunya adalah bilangan bulat. Bilangan bulat adalah bilangan yang digunakan untuk menghitung sesuatu yang utuh, seperti


(37)

orang, motor, dan lain sebagainya. Bilangan bulat terdiri dari bilangan asli, nol dan lawan bilangan asli (Purnomo, 2014: 32). Bilangan asli dimulai dari 1, 2, 3, 4 dan seterusnya dan lawan dari bilangan asli adalah -1, -2, -3, -4 dan seterusnya.

Supriadi (2013: 100) mengungkapkan bahwa bilangan bulat terdiri dari bilangan asli, bukan bilangan asli dan nol. Contoh bilangan bulat adalah -4, -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, 4. Surya (2015: 1) menjelaskan hal yang yang sama bahwa bilangan bulat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu bilangan bilangan asli yang dimulai dari 1,2,3,4,5 dan seterusnya, lawan bilangan asli yang dimulai dari -1. -2, -3, -4 dan seterusnya serta nol (0).

Dari pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa bilangan bulat terdiri dari bilangan asli, nol dan lawan bilangan asli. Bilangan asli dimulai dari 1, 2, 3, 4 dan seterusnya dan lawan dari bilangan asli adalah -1, -2, -3, -4 dan seterusnya.

2. Perkalian

Perkalian diajarkan pada siswa kelas III Sekolah Dasar. Penanaman konsep pada perkalian penting untuk siswa untuk dapat mengerti dasar perkalian. Perkalian disimbolkan dengan tanda silang (x) yang dibaca kali. Perkalian merupakan operasi penjumlahan yang diulang-ulang (Fajar, 2009: 10). Penjumlahan berulang yang maksudkan adalah menjumlah ulang bilangan yang kedua sebanyak bilangan pertama atau A x B maka B dijumlahkan sebanyak A. Contohnya: 2 x 3 = 3 + 3. Bilangan pertama adalah 2 dan bilangan kedua adalah 3 maka, 3 dijumlahkan sebanyak 2 kali. Contoh lainnya, ada 2 keranjang yang masing-masing keranjang berisi 3 mangga. Maka cara menghitungnya adalah 3 + 3 hasilnya 6 dan bentuk perkaliannya adalah 2 x 3 = 6.

Suesilowati (2011: 35) menyatakan bahwa perkalian sebagai penjumlahan berulang. contoh: ada 4 keranjang yang masing-masing terdapat 3 kue sehingga, ditulis dalam bentuk penjumlahan berulang sebagai: 3 + 3 + 3 + 3 = 12 dan bentuk perkaliannya sebagai: 4 x 3 = 12.

Rukniyah (2007: 29) juga mengukapkan pendapat yang sama tentang perkalian adalah penjumlahan yang berulang-ulang. misalnya: 3 x 1 = 3 adalah 1 + 1 + 1 = 3. 1 yang dijumlahkan sebanyak 3 kali merupakan penjumlahan


(38)

berulang. Perkalian memiliki sifat pertukaran tempat, artinya jika angka yang sama ditukar tempat atau posisinya maka hasilnya akan tetap sama. contoh: 2 x 3 = 3 x 2 = 6. Perkalian mempunyai ciri khusus jika dikalikan dengan angka 1 dan 0. Pada angka satu (1) hasil perkalian adalah tetap dengan angka yang dikalikan. Misal: 5 x 1 = 5. Pada angka nol (0) setiap angka yang dikalikan nol hasilnya adalah nol. Berapa pun besar angka yang dikalikan nol hasilnya adalah nol. Berapa pun besar itu jika dikalikan dengan angka nol maka hasilnya tetap nol. Misal: 5 x 0 = 0; 500 x 0 = 0 (Rukniyah, 2007: 30).

Dapat disimpulkan bahwa perkalian adalah penjumlahan berulang bilangan kedua sebanyak bilangan pertama atau A x B maka B dijumlahkan sebanyak A. Perkalian disimbolkan dengan tanda silang (x).

3. Pembagian

Pembagian diajarkan pula pada siswa kelas III Sekolah Dasar. Pembagian disimbolkan dengan titik dua (:). Jika perkalian adalah penjumlahan berulang, maka pembagian adalah pengurangan berulang (Fajar. 2009: 88). Contohnya: 6 : 3 = 6 – 3 – 3 sisanya nol. 6 dikurangi 3 sebanyak 2 kali, maka 6 : 3 = 2.

Amin dan Zaini (2006: 46) menyatakan bahwa pembagian dapat dinyatakan sebagai pengurangan berulang. Contoh: 12 : 4, maka 12 akan dikurangi 4 sampai hasilnya nol. Ditulis 12 – 4 – 4 – 4 = 0, bentuk pengurangan tersebut adalah pengurangan berulang. Pengurangan dengan 4 dilakukan sebanyak 3 kali. Jadi, 12 : 4 = 3.

Rukniyah (2007: 35) juga mengungkapkan pendapat yang sama tentang pembagian sebagai pengurangan berulang oleh angka yang sama hingga nilainya nol atau habis. Misalnya: 9 : 3 adalah 9 - 3 – 3 - 3 = 0. Sama seperti pada perkalian, pembagian pun mempunyai sifat yang sama yaitu apabila dibagi dengan angka satu (1) maka nilainya akan tetap sama. Misal: 5 : 1 maka hasilnya akan tetap lima (5). Begitu pula dengan angka nol (0) jika dibagikan dengan angka berapa pun hasilnya akan tetap nol, misalnya 5 : 0 = 0. Namun, pada pembagian letak angka yang dibagi sangat berpengaruh pada hasilnya misal 6 : 3 = 2 berbeda hasilnya jika 3 : 6 = 0,5.


(39)

Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembagian adalah pengurangan berulang oleh angka yang sama hingga nilainya nol atau habis. Pembagian disimbolkan dengan titik dua (:).

b. Bahasa Indonesia

Menurut Suwarno (2012: 1) bahasa Indonesia berasal dari bahasa melayu yang dalam perkembangan berikutnya mendapat serapan dari bahasa-bahasa daerah dan bahasa asing. Bahasa daerah atau bahasa asing yang menjadi bahasa Indonesia diproses melalui beragam penyeleksian dengan melihat unsur fonetis/fonologis (kesesuaian bunyi) dan morfologis (kesesuaian bentuk kata) di dalamnya. Bahasa Indonesia telah dijadikan bahasa yang sah digunakan oleh bangsa indonesia, namun di setiap daerah, masyaraknya menggunakan bahasa masing-masing untuk berkomunikasi, seperti yang di jelaskan dalam Undang-Undang Dasar 1945 Bab XV, Pasal 36, dinyatakan bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa negara, dan bahasa daerah yang dipakai sebagai alat perhubungan dan dipelihara oleh masyarakat pemakainya, dipelihara juga oleh negara sebagai bagian kebudayaan nasional yang hidup (Badudu, 1980: 7).

Bahasa Indonesia menjadi pendidikan yang paling utama dalam pendidikan di Indonesia, seperti yang diterangkan oleh Abidin (2012: 6) bahwa bahasa indonesia memiliki peran yang sangat penting bukan hanya untuk membina keterampilan komunikasi melainkan juga untuk kepentingan penguasaan ilmu pengetahuan. Hal tersebut diperkuat oleh Winarti dkk. (1997: 1) yang menyebutkan bahwa bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa pengantar untuk semua jenis jenjang pendidikan.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa sah bangsa indonesia atau bahasa utama bagi bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia sangat menjadi pendidikan yang paling penting dalam pendidikan di Indonesia, karena bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa pengantar untuk semua jenis jenjang pendidikan di Indonesia.


(40)

1) Membaca

Abidin (2012: 148) menjelaskan bahwa membaca adalah mereaksi, yaitu memberikan reaksi karena dalam membaca seseorang terlebih dahulu melaksanakan pengamatan terhadap huruf sebagai representasi bunyi ujaran ataupun tanda penulisan lainnya. Abidin (2012: 150) menjelaskan bahwa membaca dapat diartikan sebagai proses untuk mendapatkan informasi yang terkandung dalam teks bacaan untuk memperoleh pemahaman atas bacaan tersebut. Ditinjau dari teori yang dipakai sebagai landasannya membaca pada prinsipnya dapat didefinisikan dari dua segi yakni sebagai proses dan membaca sebagai hasil. Membaca sebagai proses pada dasarnya adalah kegiatan yang dilakukan untuk mendapatlan arti dari kata-kata tertulis. Proses membaca sendiri meliputi proses visual, perseptual dan, konseptual. Membaca sebagai hasil dapat didefinisikan sebagai pemahaman atas simbol-simbol bahasa tulis yang dipelajari seseorang.

Sependapat dengan pengertian tersebut, maka Abidin (2012: 155) mengartikan pembelajaran membaca sebagai serangkaian aktivitas yang dilakukan peserta didik untuk mencapai keterampilan membaca di bawah arahan, bimbingan, dan motivasi guru. Pembelajaran membaca bukan semata-mata dilakukan agar peserta didik mampu membaca melainkan sebuah proses yang melibatkan seluruh aktivitas visual dan kognisi peserta didik dalam memahami, mengkritisi, dan bahkan memproduksi sebuah bacaan.

Dari pendapat ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa membaca adalah proses untuk mendapatkan informasi dari suatu teks untuk mendapatkan pemahaman dan mengkritisi atas bacaan tersebut. Mata pelajaran Bahasa Indonesia yang terkait dalam Kurikulum 2013 salah satunya adalah Kompetensi Dasar membaca teks bacaan materi perubahan musim.

2) Perubahan Musim

Perubahan musim terjadi ketika perputaran bumi mengelilingi matahari dengan kemiringan sekitar 23,5º terhadap garis vertikal (Woodward, 2006: 18). Bumi selalu bergerak seperti itu, akibatnya pada bulan Juni, Kutub Utara


(41)

mendekati matahari dan pada bulan Desember menjauhi matahari. Artinya, pada bulan Juni belahan bumi Utara menerima panas lebih banyak daripada belahan bumi Selatan kemudian setelah enam bulan akan bergantian.

Musim adalah salah satu pembagian utama tahun berdasarkan bentuk iklim yang luas. Perubahan musim terjadi ketika bumi mengelilingi matahari dan bumi berputar miring pada porosnya (Erminawati, 2008: 38). Posisi kemiringan bumi dan gaya putar bumi menyebabkan variasi musim (Howel, 2003: 66). Dipadukan dengan variasi orbit bumi, iklim panas dan dingin bumi mencapai keseimbangan.

Dari pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa perubahan musim merupakan perubahan alami karena posisi kemiringan bumi dan revolusi bumi atau disebut sebagai gerakan bumi mengelilingi matahari.

a) Musim pada Iklim Tropis

Daerah beriklim tropis memiliki dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Lama waktu siang dan malam sama yakni 12 jam (Kusuma, 2015: 89). Tumbuhan yang hidup di wilayah beriklim tropis sangat beragam. Diantaranya adalah buah-buahan yaitu pepaya, nanas, mangga, pisang, rambutan dan tomat. Hewan seperti orang utan, badak bercula satu dan macan tutul banyak terdapat di wilayah ini. Negara-negara yang termasuk dalam wilayah tropis antara lain Malaysia, Singapura dan Hongkong.

Tropis merupakan salah satu iklim yang terletak di Garis Balik Utara 23º 27º LU dan Garis Balik Selatan terletak pada 23º 27º LS (Howel, 2003: 25). Karakteristiknya terjadi dua musim yaitu musim kemarau atau panas dan musim hujan. Musim kemarau terjadi pada bulan April sampai bulan Oktober, sedangkan musim hujan terjadi sebaliknya yaitu pada bulan Oktober sampai bulan April.

Musim hujan di daerah iklim tropis merupakan daerah yang mendapatkan intensitas sinar matahari maksimal bergeser dari arah Utara ke Selatan sepanjang tahun (Woodward, 2006: 19). Hal ini menyebabkan terjadinya badai tropis di Utara dan Selatan serta menimbulkan musim hujan dan musim kemarau.


(42)

Dari pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa musim pada iklim tropis meliputi musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan terjadi pada bulan Oktober sampai April, sedangkan musim kemarau terjadi pada bulan April sampai Oktober.

b) Musim pada Iklim Subtropis

Jenis musim pada iklim subtropis, dibagi menjadi 4 musim dan masing-masing terjadi selama 3 bulan (Erminawati, 2008: 40). 4 musim tersebut adalah musim dingin atau musim salju, dimana suhu sangat dingin pada musim ini. musim ini berlangsung selama bulan Desember sampai Maret pada belahan Utara bumi. Kedua, musim gugur dimana pepohonan mulai mengugurkan daun terjadi pada bulan September sampai Desember. Ketiga adalah musim semi dimana musim ini menjadi peralihan dari musim dingin ke panas dan terjadi pada bulan Maret hingga Juni. Musim keempat adalah musim panas yang terjadi pada bulan Juni sampai September.

Kusuma (2015: 89) menjelaskan bahwa daerah beriklim subtropis memiliki empat musim yaitu musim semi, musim panas, musim gugur dan musim dingin. Negara-negara yang termasuk dalam wilayah subtropis antara lain Jepang, Korea, Amerika Serikat dan sebagian wilayah Cina. Howel (2003: 27) mengungkapkan hal yang sama bahwa iklim subtropis memiliki empat musim yaitu musim semi, musim panas, musim gugur dan musim dingin atau salju. Iklim ini disebut juga sebagai iklim sedang yang berarti udara dapat terasa hangat, sejuk atau dingin.

Berdasarkan pendapat para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa iklim subtropis memiliki empat musim. Empat musim tersebut yaitu, musim panas, musim gugur, musim semi dan musim dingin yang berlangsung dengan periode masing-masing 3 bulan.

c) Perilaku Hewan yang dapat menunjukkan Perubahan Cuaca

` Perubahan musim tidak hanya dirasakan oleh manusia saja, tetapi dapat juga dirasakan oleh hewan. Hewan memiliki kepekaan dan insting tersendiri


(43)

terhadap perubahan lingkungan di sekitarnya. Salah satu hewan yang peka terhadap perubahan cuaca adalah sapi perah. Sapi perah sangat peka terhadap perubahan iklim mikro terutama suhu dan kelembaban udara (Yani, 2007: 19). Ketika sapi sedang terlihat gelisah dengan menggoyangkan ekornya, bisa jadi salah satu tanda akan adanya perubahan cuaca seperti mendung atau hujan.

Kodok dapat menunjukkan perubahan cuaca. Ketika musim hujan berlangsung, tanah dan udara menjadi lebih lembab. Begitu pula dengan kodok yang peka terhadap perubahan tersebut. Kodok akan keluar dari sarangnya dan mulia mengeluarkan suara. Suara kodok yang nyaring dan keras, menandakan bahwa perubahan cuaca sedang terjadi yaitu dari musim kemarau ke musim hujan (Rahman, 2009: 2). Fanggidae (2014: 30) menyatakan bahwa penanda musim hujan akan ditandai dengan suarau burung Toltiu yang keras sambil berterbangan dengan ketinggian yang rendah.

Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa ada beberapa hewan yang peka terhadap perubahan cuaca. Hal ini dapat dilihat melalui tingkah laku yang ditunjukkan oleh hewan.

c. Seni Rupa

Seni rupa diartikan sebagai aktivitas yang penciptaannya memerlukan koordinasi mata dan tangan karena seni rupa dapat dilihat, diraba dan juga dirasakan (Kamaril, 1999: 1.20). Dengan menggunakan kordinasi mata dan tangan, maka keterampilan dasar yang diperoleh siswa adalah latihan motorik halus. Dalam konsepnya, seni memiliki berbagai macam aspek atau sering disebut sebagai matra substansial seni. Matra terbagi menjadi beberapa bagian yaitu, matra pengetahuan, matra apresiasi, matra keterampilan dan matra kreativitas. Bidang seni kreativitas dan keterampilan berpadu bersama dalam suatu karya. Seperti dikatakan bahwa seni rupa memadukan gerak mata dan tangan, akan sama dengan keterampilan mengolah tubuh hingga mampu menciptakan gerakan-gerakan yang indah. Itu adalah hal yang yang diolah dalam matra keterampilan. Kemampuan keterampilan ini berkaitan dengan kemampuan senso-motorik seseorang.


(44)

Dalam berkarya, kegiatan seni rupa dapat menimbulkan kegembiraan. Kegembiraan anak akan nampak dan terlihat disebabkan oleh keaktifan atau kesempatan bergerak, bereksperimen, berlomba dan berkomunikasi. Dapat pula dilihat betapa senangnya anak-anak berkarya melalui seni rupa, mereka akan bergerak-gerak dengan sadar atau tidak, mencoba-coba sesuatu yang diinginkan dan mereka selalu berlomba untuk menyelesaikan karyanya sesuai dengan gagasan masing-masing. Apabila anak berhasil berkarya, dengan spontan ia akan menunjukkan perasaan senangnya dengan berteriak dan bergerak. Demikian sesuai yang disampaikan Muharam dan Sundaryati (1992: 4) bahwa seni rupa adalah rasa keindahan, rasa keharuan yang melengkapi kesejahteraan hidup yang dinyatakan melalui pikiran menjadi bentuk yang dapat disalurkan dan dimiliki oleh setiap orang. Ketika seseorang meluapkan rasa emosionalnya pada sebuah bidang gambar untuk menggambarkan isi hati atau pemikirannya, di situlah fungsi seni rupa sebagai penghilang tekanan jiwa akibat kegagalan ataupun ketidakpuasan seseorang. Sehingga, seni dikatakan menjadi sebuah wadah yang baik karena hasil karya yang terbentuk juga dapatdinikmati melalui panca indera.

Dari pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa seni rupa merupakan sebuah hasil karya seni yang dibuat oleh manusia. Hal ini menggunakan indera manusia untuk menggambarkan pemikiran, ungkapan perasaan melalui sebuah gambar.

1) Pendidikan Seni Rupa di Sekolah Dasar

Sekolah Dasar atau SD merupakan jenjang pendidikan dasar yang akan ditempuh oleh anak di awal usia ketika menginjak 6 tahun. SD menjadi tempat bagi anak untuk mengembangkan diri dan juga talenta yang dimilikinya. Tidak hanya itu, Ssekolah Dasar juga diharapkan mampu membentuk perilaku siswa menjadi lebih baik dengan cara berpikir dan menyelesaikan masalah sehingga terbentuklah pribadi anak. Pendidikan sangat penting dalam membentuk kepribadian seorang anak.

Metode-metode dalam pendidikan pun kian berkembang, salah satunya adanya metode pendidikan seni seperti, seni tari, seni musik, seni rupa dan lain


(45)

sebagainya. Disebut pendidikan melalui seni, sebab tujuannya adalah untuk mengusahakan pendidikan anak seutuhnya dengan seni sebagai wahana. Dalam

buku “Proses Kreasi-Gambar Anak-Proses Belajar” karya Tabrani (2014: 6) pendidikan melalui seni rupa mempersiapkan anak untuk menghayati, membuat dan menangkap pesan rupa baik melalui imajinasinya sendiri maupun melalui karya gambarnya.

Pendidikan seni rupa anak penting bukan hanya untuk pembinaan, pertumbuhan dan perkembangan anak yang seimbang, tetapi juga karena setiap anak memiliki kesenangan untuk menggambar meskipun tidak memiliki bakat tersebut. Dalam buku yang sama karya Tabrani (2014: 6), dicantumkan sebuah skema perkembangan bahasa seni rupa gambar anak dan hasilnya menyatakan bahwa anak usia 2 sampai sekitar 13 tahun mempunyai perkembangan tahap menggambar yang makin kompleks. Dikatakan, apabila pembinaan bahasa rupa gambar pada anak ini berhasil, anak yang berbakat menggambar akan menjadi calon senirupawan bahkan yang tidak memiliki bakat pun akan tetap suka menggambar dan tidak takut untuk melukiskan sebuah gambar sedangkan jika pembinaan gagal, anak tidak suka menggambar bahkan menyatakan dirinya tidak bisa menggambar.

Kamaril (1999: 1.41) juga mengungkapkan tentang tujuan pendidikan seni di sekolah dasar adalah mengembangkan keterampilan berkarya serta menumbuhkembangkan cita rasa keindahan dan kemampuan menghargai seni. Selain itu, pendidikan seni juga memiliki manfaat yaitu, mengolah keterampilan berpikir anak. Keterampilan berpikir tersebut meliputi berpikir kreatif, inovatif dan kritis yang diolah melalui cara belajar yang seimbang.

Konsep dasar pendidikan seni di SD diajukan oleh pakar pendidikan seni bernama Herbert Read dan Lowenfeld serta Brittain, konsep tersebut adalah

Education Through Arts atau dalam bahasa Indonesia pendidikan melalui seni

(Tabrani, 2014). Konsep ini diterapkan karena melalui pendidikan seni kemampuan-kemampuan anak untuk belajar dapat dikembangkan yang meliputi fisik, cerap (perspektual), pikir, emosional, cipta dan estetika. Dengan demikian, munculnya seni selalu mengikuti perkembangan fisik anak yang disertai


(46)

bertambahnya kemampuan anak dalam menerima masukan, mengolah kesadaran, mencurahkan perasaan, kemampuan mencipta, kemampuan anak mengolah kesadaran sosial dan mengolah kepekaan perasaan akan nilai-nilai keindahan (Tabrani, 2014: 9). Kemampuan dasar fisik yang dapat diolah melalui aktivitas seni adalah motorik kasar dan halus, serta koordinasi dari berbagai motorik kasar dan halus tersebut dengan indera-indera penglihatan, pendengaran, penciuman dan juga perabaan.

Dari pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa konsep pendidikan seni di SD berorientasi pada perkembangan kemampuan anak serta kebutuhan-kebutuhannya. Kemampuan dan kebutuhan tersebut diolah melalui kemahirannya berpikir kritis, kreatif dan inovatif dalam pendidikan seni.

3. Media Pembelajaran

a. Pengertian Media Pembelajaran

Sukiman (2012: 29) menjelaskan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta kemauan peserta didik sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran secara efektif.

Sukiman juga mengungkapkan bahwa proses pendidikan/ pembelajaran identik dengan sebuah proses komunikasi. Dalam proses komunikasi terdapat komponen-komponen yang terlibat di dalamnya, yaitu sumber pesan, pesan, penerima pesan, media, dan umpan balik. Sumber pesan yaitu sesuatu (orang) yang menyampaikan pesan. Pesan adalah isi didikan/ isi ajaran yang tertuang dalam kurikulum yang dituangkan ke dalam simbol-simbol tertentu (encoding). Penerima pesan adalah peserta didik dengan menafsirkan simbol-simbol tersebut sehingga dipahami sebagai pesan (incoding).

Kustandi dan Bambang (2011: 8) mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah alat yang dapat membantu proses belajar mengajar dan berfungsi untuk memperjelas makna pesan yang disampaikan, sehingga dapat


(47)

mencapai tujuan pembelajaran dengan lebih baik dan sempurna. Media pembelajaran adalah sarana untuk meningkatkan kegiatan proses belajar mengajar. Mengingat banyaknya bentuk-bentuk media tersebut, maka guru harus dapat memilihnya dengan cermat, sehingga dapat digunakan dengan tepat.

Secara sederhana media pembelajaran menurut Anitah (2010: 5) bila segala sesuatu yang dapat membawakan pesan untuk suatu tujuan pembelajaran. Segala sesutu dalam hal ini adalah media yang dapat artikan sebagai setiap orang, bahan, alat atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan pebelajar untuk menerima pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Dengan pengertian itu, maka guru atau dosen, buku ajar, serta lingkungan adalah media. Setiap media merupakan sarana untuk menuju ke suatu tujuan. Informasi ini mungkin didapatkan dari buku-buku, rekaman, internet, film, mikrofilm, dan sebagainya. Semua itu adalah media pembelajaran karena memuat informasi yang dapat dikomunikasikan kepada pebelajar.

Menurut pendapat para ahli tersebut, maka media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat membawakan pesan dari pengirim ke penerima untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran secara efektif. Media pembelajaran juga sebagai sarana untuk meningkatkan kegiatan proses belajar mengajar.

b. Komik

Definisi komik menurut Sudjana dan Rivai (1990: 64) adalah suatu bentuk kartun yang mengungkapkan karakter dan memerankan suatu cerita dalam urutan yang erat dihubungkan dengan gambar dan dirancang untuk memberikan hiburan kepada para pembaca. Perwatakan dalam komik harus dikenal agar kekuatan dalam komik sendiri dapat dihayati. Komik memusatkan perhatian di sekitar pembacanya. Cerita-cerita mengenai diri pribadi sehingaa pembaca dapat segera mengidentifikasikan dirinya melalui perasaan serta tindakan dari perwatakan tokoh utamanya. Cerita dalam komik ringkas dan menarik perhatian, dilengkapi dengan aksi, bahkan dalam lembaran surat kabar dan buku-buku, komik dibuat lebih hidup, serta diolah dengan pemakaian warna-warna utama secara bebas.

Munadi (2010: 100) mengungkapkan hal yang sama tentang komik mempunyai sifat sederhana dalam penyajiannya dan memiliki unsur urutan cerita


(48)

yang memuat pesan besar tetapi disajikan secara ringkas dan mudah dicerna, terlebih lagi dilengkapi dengan bahasa verbal yang dialogis. Dengan adanya perpaduan antara bahasa verbal dan nonverbal ini, mempercepat pembaca paham terhadap isi pesan yang dimaksud, karena pembaca terbantu untuk tetap fokus dan tetap dalam jalurnya. Dari pendapat ahli di tersebut, dapat disimpulkan bahwa komik adalah suatu cerita yang digambarkan dalam bentuk kartun yang memiliki sifat sederhana dalam penyajiannya dan memuat pesan untuk pembacanya.

c. Kelebihan Gambar sebagai Visualisasi Seni Rupa dalam Komik

Gambar menjadi alat visual penting dan mudah sekali didapatkan. Gambar membuat orang dapat menangkap ide atau informasi yang terkandung di dalamnya dengan jelas daripada hanya sekedar diungkapkan dengan kata-kata yang ditulis ataupun diucapkan. Gambar menjadi media untuk belajar yang dapat digunakan dalam jangka panjang dengan efektif.

Kelebihan gambar yang dikemukakan oleh Suleiman (1981: 29) mengungkapkan bahwa:

1. Gambar mudah diperoleh dan mudah digunakan.

2. Penggunaan gambar merupakan hal yang wajar dalam proses belajar tanpa memberi kesan “show” seperti penggunaan slaid atau film. 3. Koleksi gambar dapat terus diperbesar.

4. Gambar mudah diatur dan dapat disesuaikan dengan pelajaran atau ukuran yang diinginkan.

Karena kemudahannya, gambar dijadikan sebagai media yang sampai sekarang masih sering digunakan sebagai media pendidikan. Pengajar bisa membuatnya secara manual, menemukan di internet, atau menggunting dari majalah, koran dan lain sebagainya.

Selain itu, gambar juga merupakan curahan hari dan pikiran manusia yang diungkapkan melalui gambar. Gambar yang indah serta warna yang menarik menjadi perhatian tersendiri bagi penikmat seni atau bahkan orang biasa yang


(49)

melihatnya. Sandiman (1986: 29) mengungkapkan pendapat mengenai kelebihan gambat yaitu:

1. Sifatnya konkret karena gambar lebih realistis menunjukkan pokok masalah dibandingkan dengan media verbal semata.

2. Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu.

3. Media gambar atau foto dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita. 4. Dapat memperjelas suatu masalah.

5. Murah, mudah didapat dan digunakan.

Hamalik (1982: 81) juga mengungkapkan kelebihan yaitu: 1. Gambar memiliki sifat konkret.

2. Gambar mengatasi batas waktu dan ruang.

3. Gambar mengatasi kekurangan daya mampu panca indera manusia. 4. Dapat digunakan untuk menjelaskan sesuatu yang salah.

5. Gambar mudah didapat dan murah.

6. Mudah digunakan oleh individu maupun kelompok.

Penggunaan gambar dapat mengolah panca indera penglihatan untuk memahami suatu gambar dan mampu diterjemahkan oleh otak menjadi sebuah ungkapan. Pada umumnya peserta didik lebih mudah memahami gambar dari pada kalimat atau ucapan yang panjang dan peserta didik menyukai keindahan dan senang membuat bentuk-bentuk yang merupakan unsur dalam sebuah gambar.

Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa kelebihan gambar sebagai media adalah gambar memiliki sifat konkret yang mudah didapat, mudah digunakan dan dapat memperjelas suatu kondisi berdasar pada sebuah gambar.

4. Minat Belajar

Slameto (2010: 180) menyatakan bahwa minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat. Slameto juga menjelaskan bahwa suatu minat dapat


(50)

diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Siswa yang memiliki minat terhadap subyek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subyek tertentu. Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian, minat terhadap sesuatu dipelajari dan mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi penerimaan minat-minat baru. Jadi minat terhadap sesuatu merupakan hasil belajar dan menyongkong belajar selanjutnya.

Djamarah (2011: 166) mengungkapkan pengertian minat adalah kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas. Seseorang yang berminat terhadap suatu aktivitas akan memperhatikan aktivitas itu secara konsisten dengan rasa senang. Dengan kata lain, minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Djamarah beranggapan bahwa suatu minat dibawa sejak lahir adalah sesuatu yang keliru. Minat merupakan perasaan yang didapat karena berhubungan dengan sesuatu. Minat terhadap sesuatu itu dipelajari dan dapat mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi penerimaan minat-minat baru. Jadi, minat terhadap sesuatu merupakan hasil belajar dan cenderung mendukung aktivitas belajar berikutnya.

Secara sederhana minat menurut Baharuddin dan Esa (2015:29) adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat bukanlah istilah yang popular dalam psikologi, disebabkan ketergantungan terhadap berbagai faktor internal lainnya seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi dan kebutuhan. Namun lepas dari kepopulerannya, minat sama halnya dengan kecerdasan dan motivasi, karena memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar. Karena jika seseorang tidak memiliki minat belajar, ia akan tidak bersemangat atau bahkan tidak mau belajar. Oleh karena itu, dalam konteks belajar di kelas, seorang guru atau pendidik lainnya perlu membangkitkan minat siswa agar tertarik terhadap materi pelajaran yang akan dipelajarinya.


(51)

Menurut pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa minat adalah suatu rasa ketertarikan dan kecenderungan yang tinggi terhadap suatu hal atau aktivitas. Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian. Minat seseorang dapat ditandai dengan adanya unsur senang, perhatian, ketertarikan dan motivasi. Berdasarkan pada unsur minat yang telah dikemukakan oleh para ahli, peneliti mengambil indikator minat yang akan diteliti adalah rasa senang yaitu ditandai dengan adanya semangat atau tidak mengeluh saat belajar dan perhatian yang ditandai dengan menyimak atau memperhatikan penjelasan guru.

a. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi minat peserta didik dalam belajar, menurut Suyono dan Hariyanto (2015: 180), ada faktor internal maupun faktor eksternal yang berpengaruh terhadap peserta didik.

Faktor internal meliputi kesehatan, bakat dan inteligensia, peserta didik yang sehat jasmani dan rohaninya akan terdorong untuk belajar dengan baik. Kesehatan jasmani yang terganggu, misalnya karena flu yang menyebabkan demam akan berpengaruh terhadap daya tahan dan konsntrasi belajar atau mengganggu minat dan perhatian terhadap pembelajaran. Dalam hubungan ini peserta didik yang kecewa terhadap orang tuanya, gagal dalam pertemanan atau bahkan hubungan asmara akan cenderung menurun semangat dan gairah belajarnya, minat dan perhatiannya terhadap pembelajaran juga jauh berkurang (Suyono dan Hariyanto, 2015: 180).

Faktor eksternal yang paling berpengaruh adalah lngkungan keluarga. Keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan utama bagi anak. Faktor eksternal lain adalah sekolah, lingkungan masyarakat dan lingkungan alami disekitar anak (Suyono dan Hariyanto, 2015: 180).

Media komik dalam penelitian merupakan faktor eksternal karena membantu peserta didik untuk tertarik belajar sehingga dapat memudahkan dalam memahami pembelajaran.


(52)

b. Indikator Minat Belajar

Pada dasarnya minat seseorang terhadap sesuatu akan diekspresikan melalui aktivitas atau kegiatan yang berhubungan dengan minatnya. Slameto (2010: 180) suatu minat diekspresikan melalui kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan terus-menerus disertai rasa senang, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktifitas. Sependapat dengan Slameto, Susanto (2013: 66) mengungkapkan bahwa minat merupakan sesuatu yang sangat penting, karena dengan adanya minat seseorang dapat memusatkan perhatian pada seseorang, benda dan lain-lain. Sedangkan menurut Rohani (2014: 170) minat ditunjukkan melalui kemauan dan usaha peserta didik dalam mencapai kebutuhan belajarnya.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa indikator minat terdiri dari: (1) rasa senang, (2) perhatian atau memusatkan perhatian, (3) kemauan untuk berkembang, dan (4) partisipasi. Penelitian yang dilakukan menggunakan dua indikator dari empat indikator sebagai acuan untuk mengetahui minat peserta didik yaitu rasa senang dan perhatian.

1) Rasa Senang

Minat dapat diartikan sebagai rasa lebih suka atau senang dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh (Slameto, 2010: 180). Berdasarkan pernyataan tersebut, maka diketahui bahwa rasa senang menjadi salah satu indikator terbentuknya minat. Rasa lebih suka atau senang dapat timbul akibat adanya rangsangan. Rangsangan inilah yang dapat diperoleh melalui sesuatu yang menjadi kesukaan atau ketertarikan peserta didik.

Menurut Djamarah (2011: 166), seseorang yang berminat terhadap suatu aktivitas akan memperhatikan minat tersebut secara konsisten dengan rasa senang. Rasa senang dapat datang karena suatu kegemaran yang dimiliki oleh seseorang. Hal itu muncul dari dalam diri peserta didik dan memberikan dorongan untuk melakukan sessuatu (Baharuddin dan Esa, 2015: 28).

Berdasarkan pernyataan para ahli, dapat disimpulkan bahwa rasa senang merupakan salah satu faktor timbulnya minat. Rasa senang muncul akibat adanya ketertarikan atau kegemaran terhadap sesuatu.


(1)

126 Lampiran 10. Hasil LKS Peserta Didik


(2)

127 Lampiran 11. Hasil Refeksi Peserta Didik


(3)

128 Lampiran 12. Dokumentasi Uji Coba Prototipe


(4)

129

BIOGRAFI PENELITI

Penulis bernama lengkap Ayu Ratna Kumalasari yang dilahirkan di Temanggung pada tanggal 21 September 1995 dari bapak yang bernama Eko Ratmono dan ibu yang bernama Marga Retno Sari Yayuk Mulyati. Penulis merupakan anak pertama dari 2 bersaudara. Menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri Karsawinaya Cimahi pada tahun 2007, kemudian melanjutkan pendidikannya di SMP Negeri 4 Temanggung dan tamat pada tahun 2010, melanjutkan pendidikannya di SMA Negeri 1 Pringsurat dan lulus pada tahun 2013, mulai pada tahun 2013 sampai dengan penulisan skripsi ini penulis masih terdaftar sebagai mahasiswa Program S1 PGSD Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.


(5)

ABSTRAK

PENGEMBANGAN PROTOTIPE RANCANGAN PEMBELAJARAN TEMATIK MATEMATIKA MATERI PERKALIAN DAN PEMBAGIAN

BILANGAN BULAT KELAS III SD MELALUI MEDIA KOMIK Ayu Ratna Kumalasari

Universitas Sanata Dharma 2017

Potensi penelitian ini adalah pembelajaran tematik Matematika dan Bahasa Indonesia di kelas 3, tema 3, subtema 3. Materi Matematika membahas tentang perkalian dan pembagian bilangan bulat, sedangkan materi Bahasa Indonesia berkaitan dengan membaca tentang “perubahan musim”. Dari hasil kuesioner yang dibagikan kepada 25 peserta didik kelas 3, peneliti mendapatkan data: 80% peserta didik mengalami kesulitan memahami bilangan bulat dan perkalian serta 68% sulit memahami pembagian. Peneliti terdorong mengembangkan bacaan berupa komik tentang perubahan musim yang berisi konsep bilangan bulat, perkalian dan pembagian. Media komik tersebut dapat menjadi bagian dari prototipe RPP tematik yang peneliti kembangkan. Tujuan penelitian ini 1) menjelaskan prosedur pengembangan, 2) mendeskripsikan kualitas prototipe.

Prototipe disusun dengan menggunakan 7 langkah penelitian Borg dan Gall, yaitu: 1) potensi dan masalah, 2) pengumpulan data, 3) desain produk, 4) validasi desain, 5) revisi desain, 6) uji coba produk dan 7) revisi produk. Validasi prototipe dilakukan oleh 3 validator, skor rata-rata yang didapat adalah 3.55 (dari rentang 1-4) artinya sangat baik, sehingga prototipe layak diujicobakan setelah direvisi.

Uji coba terbatas dilakukan di kelas 3B SD N Tegalrejo 2, diikuti 14 peserta didik. RPP tematik yang diujicobakan adalah materi bilangan bulat yang menggunakan media komik “Ayo Mengenal Bilangan Bulat melalui Musim Kemarau”. Dari hasil evaluasi, 100% peserta didik mendapat nilai 100 untuk materi bilangan bulat. Dari hasil refleksi, 86% peserta didik menulis bahwa media komik membantu mereka memahami konsep bilangan bulat.

Kata kunci: rancangan pembelajaran, Matematika, bilangan bulat, perkalian, pembagian, Bahasa Indonesia, membaca, komik


(6)

ABSTRACT

PROTOTYPE DEVELOPMENT OF MATHEMATICS THEMATIC LEARNING DESIGN IN MULTIPLICATION AND DIVISION OF INTEGERS FOR THE THIRD GRADE OF ELEMENTARY SCHOOL

THROUGH COMICS MEDIA

Ayu Ratna Kumalasari Universitas Sanata Dharma

2017

The potential of this research is Mathematical thematic learning and Indonesian language in third grade, topic 3, subtheme 3. Math subjects explain about multipication and division of integers, then Indonesian language is reading

about “season change”. The result of quesioner is shared to 25 grade 3 learner,

researcher get data: 80% learner is difficult to study about integers and multipication with 68% learner is difficult in division. Researchers are encouraged to develop comic readings about seasonal changes that contain the concept of round, multiplication and division. This comic medium could be part of the thematic RPP prototype that the researchers developed. Research which aims to 1) explain the development procedure, 2) describes the quality of prototype.

There were seven steps applied throughout according to Borg and Gall, including: 1) the potentiality and problems, 2) data collction, 3) product design, 4) design validation, 5) design revision, 6) product testing and 7) desaign product. Validation do with 3 validator with average score 3.55 (from range 1-4) means very good so, prototype feasible tested after being revised.

The experiment was conducted by researcher at SD N Tegalrejo 2 class 3B to 14 learners. Themed RPP is a matter of integers using comic media “Let’s know the integers through the summer”. From the results of the evaluation, 100% of learners received a value of 100 for the matter of integers. From the results of reflection, 86% of the students wrote that the comic media helped them understand the concept of integers.

Keywords: learning design, Mathematic, integers, multiplication, division, Indonesian language, reading, comic.