B. Metode Penemuan Terbimbing
J. Bruner merupakan tokoh yang mempopulerkan model belajar penemuan. Model ini melibatkan keaktifan siswa dalam memahami konsep -
konsep, sedangkan guru hanya mendorong siswa agar memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan siswa menemukan konsep -
konsep untuk diri mereka sendiri. Bruner menganggap bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian
pengetahuan secara aktif oleh manusia, sehingga belajar dengan penemuan akan memberikan hasil yang paling baik. Lebih lanjut Bruner mengatakan
bahwa belajar bermakna hanya dapat terjadi melalui belajar penemuan. Menurut Herman Hudojo, menemukan berarti menghasilkan sesuatu
untuk pertama kali dengan menggunakan imajinasi, pikiran, atau eksperimen. Penemuan dalam belajar matematika berarti kegiatan menghasilkan suatu ide
matematika, suatu aturan, atau suatu cara penyelesaian masalah untuk pertama kali. Ide matematika yang ditemukan pertama kali oleh siswa akan lebih
dipahami dan diingat. Maka dari itu, penemuan digunakan sebagai salah satu metode dalam belajar matematika. Lebih lanjut, Herman Hudojo menyebutkan
metode penemuan sebagai suatu cara penyampaian topik - topik matematika sedemikian hingga proses belajar memungkinkan siswa menemukan sendiri
pola - pola atau struktur - struktur matematika melalui serentetan pengalaman - pengalaman belajar yang lampau. Dengan metode penemuan terbimbing
diharapkan siswa secara aktif terlibat di dalam menemukan suatu prinsip dasar sendiri, ia akan memahami konsep lebih baik, ingat lebih lama dan akan
mampu menggunakannya ke dalam konteks yang lain, serta membawa anak ingin mengetahui lebih lanjut hubungan - hubungan yang lain.
Menurut Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana, Discovery penemuan terpimpin terbimbing, yaitu pelaksanaan discovery yang dilakukan atas
petunjuk dari guru. Dimulai dari pertanyaan inti, guru mengajukan berbagai pertanyaan yang melacak, dengan tujuan untuk mengarahkan peserta didik
ketitik kesimpulan yang diharapkan. Selanjutnya, siswa melakukan percobaan untuk membuktikan pendapat yang dikemukakannya.
Menurut Paul Eggen dan Don Kauchak dalam Satrio Wahono 2012, model penemuan terbimbing digunakan untuk mengajarkan konsep kategori
dengan karakteristik - karakteristik yang sama dan generalisasi hubungan antar konsep. Beberapa generalisasi dianggap berlaku bagi semua kasus dan
secara umum disebut prinsip atau hukum. Generalisasi lainnya secara manasuka diturunkan oleh manusia dan disebut aturan - aturan akademis.
Model ini juga dirancang untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir kritis mereka.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah 2010: 19 - 20, Discovery learning adalah belajar mencari atau menemukan sendiri. Dalam sistem belajar
mengajar ini guru menyajikan bahan pelajaran tidak dalam bentuk final, tetapi anak didik diberi peluang untuk mencari dan menemukannya sendiri dengan
mempergunakan teknik pendekatan pemecahan masalah. Secara garis besar prosedurnya adalah demikian :