analisis yang digunakan yaitu analisis deskriptif dan analisis pendapatan usaha ternak skala I 2000-3000 ekor, skala II 5000-7000 ekor, skala III 7000-8000 ekor.
Sistem bagi hasil keuntungan, peternak 50 persen dan perusahaan 50 persen, sistem kontrak peternak 25 persen, perusahaan 75 persen. Performa sistem bagi
hasil lebih baik dilihat dari nilai IP, yang berimplikasi juga pada pendapatan dan nilai RC ratio. Pada sistem bagi hasil pendapatan dan RC ratio terbesar
diperoleh oleh peternak skala III, pada sistem kontrak pendapatan dan RC ratio terbesar diperoleh peternak skala II. Nilai tersebut secara keseluruhan menunjukan
bahwa sistem bagi hasil lebih baik daripada sistem kontrak.
2.3 Penelitian Terdahulu Tentang Kemitraan
Penelitian tentang kemitraan dilakukan oleh Kartika 2005. Penelitian ini dilakukan pada PT Inter Agro Prospek, bertujuan untuk menjelaskan mekanisme
kemitraan Pola Inti Rakyat PIR yang dilaksanakan oleh PT Inter Agro Prospek dengan peternak plasma. Pelaksanaan kemitraan mencakup persyaratan menjadi
peternak plasma, penetapan harga sarana produksi, pengaturan pola produksi, pemberian bonus dan sanksi serta pengawasan dari inti. Alat analisis yang
digunakan yaitu analisis deskriptif dan analisis usahatani. Peternak dibagi menjadi tiga skala. Hasil analisis pendapatan menunjukan bahwa pendapatan peternak
skala I adalah Rp. 2.584.843 per periode. Pendapatan yang diterima peternak skla II adalah Rp 6.970.493,79 per periode, untuk peternak skala Iii sebesar
Rp.11.544.761,90 per periode. Perolehan nilai positif pada pendapatan total rata- rata menunjukan bahwa peternak mendapatkan keuntungan dari usahaternaknya.
Insentif perusahaan inti diperoleh dari penjualan pakan, DOC, obat-obatan, vaksin dan vitamin serat selisih harga jual ayam di pasar dengan harga
kesepakatan. Mekanisme dalam hal pemasokan DOC inti memperoleh insentif dari selisih harga beli DOC dengan kesepakatan plasma sebesar Rp.400ekor.
Insentif pakan merupakan selish harga beli pakan dengan harga kesepakatan sebesar Rp.100kg sedangkan insentif obat-obatan, vaksin dan vitamin inti
memperoleh potongan harga antara 15-25 persen dari perusahaan obat. Iftaudin 2005 tentang kajian kemitraan serta pengaruhnya terhadap
pendapatan usahatani dan efisiensi faktor produksi udang Windu. Penelitian dilakukan pada kemitraan udang windu di Desa Banjar Pari, Kecamatan
tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo. Tujuan penelitian ini untuk mempelajari pelaksanaan kemitraan antara PT Atina dengan petani udang windu serta
mengidentifikasi manfaat dan kendala kemitraan serta memberikan masukan alternatif pemecahan dari kendala-kendala tersebut. Menganalisis pengaruh
kemitraan terhadap pendapatan usahatani udang windu dan efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi. Sejak awal berdiri PT Atina melakukan kemitraan dengan
petani udang untuk memenuhi ekspor ke Jepang, dengan bentuk kemitraan sub kontrak. Manfaat kemitraan bagi petani mitra antara lain peningkatan penerimaan,
tambak bersertifikat organik, dan bimbingan teknis budidaya tambak organik. Manfaat bagi PT Atina antara lain pasokan bahan baku terpenuhi, kemudahan
memasuki pasar udang internasional dan investasi untuk kemitraan tidak terlalu besar.
Berdasarkan analisis imbangan penerimaan dan biaya diketahui bahwa rasio RC atas biaya tunai dan atas biaya total petani mitra sebesar 1,88 dan 1,69.
Nilai RC pada petani non mitra sebesar 1,92 dan 1,73. berdasarkan nilai RC tersebut kegiatan usahatani petani non mitra lebih efisien dibandingkan petani
mitra. Hasil uji-t menunjukan kemitraan berpengaruh nyata terhadap produksi udang, tetapi tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani. Berdasarkan
analisis efisiensi, penggunaan faktor-faktor produksi baik petani mitra maupun non mitra belum efisien.
Ali Yasin 2008 tentang evaluasi kemitraan dan pengaruhnya terhadap pendapatan usahatani. Penelitian dilakukan di Pemuda tani Indonesia PTI
Kecamatan Cimanggis, Kota Depok. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi pelaksanaan kemitraan PTI serta menganalisis pengaruh pelaksanaan kemitraan
terhadap petani mitra. Alat analisis yang digunakan yaitu analisis deskriptif, Importance Performance Analysis, analisis gap serta indeks kepuasan konsumen
untuk mengetahui tingkat kepuasan petani, untuk pengaruh kemitraan terhadap pendapatan digunakan analisis usahatani dan analisis RC rasio.
Kemitraan yang berjalan antara petani sayuran dan PTI sudah berjalan baik Realisasi kontrak yang tidak sesuai yaitu kewajiban petani dalam membayar
cicilan pinjaman biaya garap dan pembayaran bagi hasil sebesar 18,2 persen. Kredit macet terjadi karena kurangnya pendapatan petani yang disebabkan gagal
panen. Berdasarkan analisis tingkat kesesuaian sebagian besar atribut kemitraan telah memuaskan petani, secara keseluruhan berdasarkan analisis indeks kepuasan
konsumen, pelaksanaan kemitraan telah memuaskan dengan nilai indeks sebesar 72,4 persen. Berdasarkan analisis usahatani, kemitraan telah berpengaruh positif
terhadap peningkatan pendapatan usahatani petani mitra, setelah bermitra rata-rata pendapatan petani meningkat dibandingkan sebelum bermitra.
Widianto 2008 penelitian ini tentang pemberdayaan komunitas petani melalui program kemitraan agribisnis paprika di desa Pasirlangu kecamatan
Cisarua Kabupaten Bandung. Penelitian ini bertujuan mengkaji lebih jauh mengenai bentuk kemitraan yang telah terjalin antara petani dengan perusahaan
swasta dan juga ingin mengetahui kemitraan tersebut merupakan jalan keluar dalam usaha pemberdayaan masyarakat. Bina Tani Mandiri adalah perusahaan
kemitraan, sistem kemitraan yang dijalankan memiliki interaksi negatif, dimana para petani saling berpencar dan menghindari berhubungan dengan perusahaan
mitra. Hal tersebut disebabkan karena pola komunikasi yang dijalankan bersifat satu arah, keputusan semua berada di tangan perusahaan. Keadaan ini membuat
petani mencari alternatif lain. Kegagalan Bina Tani Mandiri dalam memberdayakan petani dapat dilihat
dari dua komponen yaitu partisipasi dan kemandirian. Dalam proses pengembangan kemitraan Bima Tani Mandiri gagal untuk terciptanya partisipasi,
sehingga keberadaan perusahaan sudah tidak penting lagi bagi petani. Komponen lain yaitu kemandirian, dilihat dari tingkat kemandirian warga Pasirlangu
memiliki ciri-ciri petani mandiri. Ciri-ciri tersebut yaitu mereka telah memiliki alternatif penghasilan yang dapat digunakan bila pertanian paprika mereka
mengalami kegagalan, para petani juga telah berhasil menghimpun dana yang digunakan untuk perkembangan pertanian paprika. Tingkat kemandirian yang
didapat petani tersebut bukanlah dari proses kemitraan tetapi proses masyarakat itu sendiri.
2.4 Penelitian Tentang Tingkat Kepuasan Kemitraan