undang tersebut adalah suatu bentuk kerjasama usaha antara usaha kecil dengan usaha besar atau menengah disertai pembinaan dan pengembangan oleh usaha
menengah atau usaha besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan.
Dasar pemikiran dari kemitraan adalah bahwa setiap pelaku usaha memiliki potensi, kemampuan, dan keistimewaan sendiri, walaupun berbeda
ukuran, jenis, sifat, dan tempat usahanya. Kelebihan dan kekurangan dimiliki oleh setiap pelaku, sehingga timbulah kebutuhan untuk bekerjasama dan bermitra.
Keuntungan pengusaha besar bermitra dengan pengusaha kecil seperti petani dapat meningkatkan efisiensi, sehingga hasil yang dicapai dapat optimal.
Dunia ekonomi saat ini telah memasuki era perdagangan bebas, dimana pengusaha perlu melakukan efisiensi untuk meningkatkan hasil dan melengkapi
sumberdaya yang tidak dimiliki.
3.1.2 Latar Belakang Timbulnya Kemitraan
Keinginan untuk berinteraksi dapat tercipta dalam sebuah kerjasama bisnis yang memiliki tujuan tertentu. Kerjasama tersebut mencakup kegiatan pembinaan
dan pengembangan dengan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan, kerjasama ini berkembang dan sering disebut dengan
istilah kemitraan. Menurut Tambunan 1996, penyebab timbulnya kemitraan di Indonesia
ada dua, yaitu : 1
Kemitraan yang didorong oleh pemerintah. Kemitraan timbul menjadi isu penting karena telah disadari bahwa pembangunan ekonomi selama ini,
selain meningkatkan pendapatan nasional per kapita juga telah
memperbesar kesenjangan ekonomi dan sosial di tengah masyarakat, antara pengusaha besar dengan pengusaha kecil.
2 Kemitraan yang muncul dan berkembang secara alamiah. Kemitraan usaha
antara unit terjadi secara alamiah disebabkan keinginan untuk meningkatkan efisiensi dan tingkat fleksibilitas untuk meningkatkan
keuntungan.
Kemitraan di Indonesia sebenarnya mulai dibina dan dikembangan pada tahun 1984 yaitu dengan undang-undang Nomor 5 yaitu Undang-undang
Perindustrian Hakim, 2004. Gerakan ini hanya merupakan himbauan karena belum ada peraturan yang khusus mengenai hak dan kewajiban serta sanksi bagi
pengusaha kecil dan pengusaha besar. Usaha pembinaan dan pengembangan kemitraan oleh pemerintah
dilanjutkan dengan mengeluarkan Kepmenkeu RI Nomor 316KMK.0161994 tentang Pedoman Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi melalui pemanfaatan dana
dari bagian laba BUMN. BUMN dalam keputusan ini diwajibkan untuk menyisihkan dana pembinaan sebesar satu hingga tiga persen dari keuntungan
bersih, penjualan saham perusahaan besar dan lain sebagainya menurut Hakim dalam Deshinta 2004.
Pada Tahun 1995, untuk mempertegas landasan hukum pemberdayaan usaha kecil diciptakanlah Undang-undang Nomor 9 tahun 1995 tentang usaha
kecil dan kemitraan. Langkah kongkrit dari undang-undang No.9 tahun 1995 adalah pencanangan gerakan program Kemitraan Usaha Nasional KUN oleh
presiden pada tahun 1996. Gerakan ini pada intinya ingin menekankan bahwa
kemitraan usaha merupakan upaya yang tepat untuk memadukan kekuatan- kekuatan ekonomi nasional.
Tahun 1997 pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44 tahun 1997. Peraturan ini bertujuan untuk mempercepat
terwujudnya kemitraan, karena di dalamnya dipaparkan tata cara penyelenggaraan, pembinaan, dan pengembangannya. Setahun setelah peraturan
tersebut keluar maka pada tahun 1998 dicetuskanlah Keputusan Republik Indonesia Nomor 99 tentang bidang atau jenis usaha yang dicadangkan untuk
usaha kecil dan bidang atau jenis usaha yang terbuka dengan syarat kemitraan. Bidang-bidang yang tercantum dalam keputusan tersebut adalah bidang pertanian,
perkebunan, peternakan, periklanan, industri makanan atau minuman, industri tekstil dan industri percetakan.
3.1.3 Maksud dan Tujuan Kemitraan