16
dialami oleh seseorang yang bekerja di sektor pelayanan sosial yang cukup lama. Dalam jangka panjang seseorang akan mengalami kelelahan, karena ia berusaha
memberikan sesuatu secara maksimal, namun memperoleh apresiasi yang minimal.
Beban kerja yang berlebihan bisa meliputi jam kerja, jumlah individu yang harus dilayani, tanggung jawab yang harus dipikul, pekerjaan rutin dan yang
bukan rutin, dan pekerjaan administrasi lainnya yang melampaui kapasitas dan kemampuan individu. Selain itu, beban kerja yang berlebihan dapat mencakup
segi kuantitaif yang berupa jumlah pekerjaan dan kualitatif yaitu tingkat kesulitan pekerjaan tersebut yang harus ditangani. Dengan beban kerja yang berlebihan
menyebabkan karyawan merasakan adanya ketegangan emosional saat bekerja sehingga dapat mengarahkan perilaku karyawan untuk menarik diri secara
psikologis dan menghindari diri untuk terlibat. Maslach, 1982:63 Kejenuhan meskipun jarang berakibat fatal, merupakan kondisi yang
menganggu di mana orang – orang kehilangan makna tujuan dasar dan penyelesaian pekerjaannya. Kejenuhan berbeda dengan stress, kejenuhan
menyebabkan orang – orang yang sebelumnya sangat berkomitmen pada pekerjaan mereka menjadi kecewa serta kehilangan minat dan motivasi Mondy,
2009:
2.2.2 Penyebab Kejenuhan Burnout Menurut Caputo 1991, 12 penyebab burnout adalah sebagai berikut
1. Penyebab di Lingkungan Kerja
17
1. Interaksi Dengan Publik Pekerjaan yang melibatkan interaksi sosial dengan publik bersifat
sangat melelahkan. Pekerjaan tersebut membutuhkan banyak energy untuk bersabar dalam menghadapi berbagai masalah yang
muncul, serta aktif dalam menjelaskan permintaan dan harapan public yang tidak jelas, dan menunjukkan keahlian sosial yang
sesuai, tidak peduli apa yang pekerja itu rasakan. 2. Konflik Peran
Dua faktor penting dari konflik peran merupakan pemicu terhadap burnout. Pertama adalah karena seseorang merasa kurang cocok
dengan pekerjaannya. Yang kedua adalah konflik antara nilai – nilai individu dan tuntutan pekerjaan.
2. Penyebab Personal Faktor penyebab personal dibagi menjadi empat, meliputi:
1. Jenis Kelamin Peran gender umumnya menjadi faktor penentu stress dalam
pekerjaan. Ketika laki – laki maupun perempuan bekerja dalam profesi yang dianggap bersifat feminine atau maskulin, pekerja
dapat mengalami tekanan untuk menyesuaikan diri. 2. Usia
Orang yang berusia muda memiliki kemungkinan mengalami burnout lebih besar daripada orang yang berusia lebih tua. Orang –
orang dengan pengalaman kerja yang sedikit lebih rentan terhadap
18
burnout, tetapi usia seseorang menjadi faktor yang lebih penting daripada senioritas di tempat kerja. Hal ini menunjukkan bahwa
peningkatann pengalaman hidup membuat individu memiliki kemampuan yang lebih besar untuk mengatasi tekanan yang
mengarah ke burnout. 3. Status Perkawinan
Menjelaskan bahwa status perkawinan juga berpengaruh terhadap timbulnya burnout. Alasannya adalah:
1.Seseorang yang telah berkeluarga pada umumnya cenderung berusia lebih tua, lebih stabil dan lebih matang
secara psikologis, 2.Keterlibatan dengan keluarga dan anak dapat
mempersiapkan mental seseorang dalam menghadapi masalah pribadi dan konflik emosional,
3.Kasih sayang dan dukungan sosial dari keluarga dapat membantuk seseorang dalam mengatasi tuntutan emosional
dalam pekerjaan, dan 4.Seseorang yang telah berkeluarga memiliki pandangan
yang lebih realistis. 4. Pendidikan
Bahwa orang dengan empat tahun kuliah sarjana merupakan yang paling beresiko untuk burnout, diikuti oleh individu dengan tingkat
19
pendidikan pascasarjana. Mereka yang berpendidikan di bawah sarjana memiliki resiko terkena burnout lebih sedikit.
2.2.3 Gejala Terkena Kejenuhan Burnout