On the Job Learning ON

Bahasa Indonesia SMP KK G 13 penyair. Karena bahasanya harus bahasa pilihan, maka gagasan yang dicetuskan harus diseleksi dan dipilih yang terbagus pula. Beberapa pengertian yang diuraikan di atas adalah berkenaan dengan bentuk fisik puisi dan bentuk batin puisi. Bentuk fisik dan bentuk batin lazim disebut pula dengan bahasa dan isi atau tema dan struktur atau bentuk dan isi. Marjorie Boulton 1979: 17 dan 129 menyebut kedua unsur pembentuk puisi itu dengan bentuk fisik physical form dan bentuk mental mental form. Struktur puisi pada dasarnya mempunyai dua unsur yaitu struktur fisik dan struktur batin. Struktur fisik puisi berkaitan dengan bentuk, sedangkan struktur batin berkaitan dengan isi dan makna. Menurut Herman J. Waluyo 2008: 76, bahwa struktur fisik yang disebut juga dengan metode puisi terdiri dari 1 diksi, 2 pengimajian, 3 kata konkret, 4 bahasa figurasi atau majas, 5 versifikasi, dan 6 tata wajah atau tipografi. Struktur fisik atau metode puisi tersebut juga dipengaruhi pula oleh penyimpangan bahasa dan sintaksis dalam puisi. Adapun struktur batin adalah struktur yang berhubungan dengan tema, perasaan, nada dan suasana, amanat atau pesan. Puisi terdiri dari dua unsur pokok yaitu struktur fisik dan struktur batin. Kedua bagian itu terdiri dari unsur-unsur yang saling mengikat keterjalinan dan semua unsur itu membentuk totalitas makna yang utuh. Dalam penafsiran puisi tidak dapat lepas dari faktor genetik puisi. Faktor genetik puisi dapat memperjelas makna yang dilatarbelakangi oleh kebudayaan khas penyair. Unsur genetik itu adalah pengarang dan kenyataan sejarah. Pendekatan ekspresif merupakan pendekatan yang menitik beratkan pada pengekspresian luapan perasaan pengarang yang dituangkan dalam karya sastra. Pendekatan ekspresif disebut juga pendekatan emotif. Pendekatan ini sangat tepat digunakan dalam pengapresiasian sastra secara reseptif. Hal ini dikarenakan pendekatan tersebut memiliki tujuan yang hampir sama yaitu menitik beratkan pada penikmatan, pemahaman serta pengkajian karya sastra. Misalnya saja ketika kita sedang membaca puisi, selama kita membaca Kegiatan Pembelajaran 1 14 puisi kita secara tidak langsung melakukan proses pengkajian terhadap unsur- unsur pengarang puisi yang sedang kita baca. Setelah kita mengkaji unsur- unsur puisi tersebut, kita akan dapat memahami maksud dari puisi tersebut, apa pesan moral yang ingin disampaikan pengarang yang terkandung dalam puisi tersebut, serta apa yang bisa kita komentari dari puisi tersebut. Kemudian, dari pemahaman yang terbentuk dalam diri kita, kita dapat menemukan titik keindahan dari puisi yang kita baca. Secara rohaniah atau kejiwaan kita akan memperoleh kepuasaan batin atau hiburan batin dari bentuk keindahan puisi yang kita dapatkan. Perbedaan dari tiap pendekatan dapat kita tentukan dengan cara memahami tujuan atau pengertian dari masing-masing pendekatan apresiasi sastra. Untuk pendekatan emotif, pendekatan ini lebih menekankan pada penikmatan dalam hal mengindahkan karya sastra.

b. Jenis Puisi

Kita patut berbangga hati karena ternyata bangsa Indonesia memiliki kekayaan karya sastra. Berbagai jenis puisi dapat ditemukan dalam karya sastra Indonesia. Begitu beragamnya bentuk dan jenis puisi di Indonesia, maka dilakukan penggolongan berdasarkan waktu kemunculan puisi tersebut, cara pengungkapannya, keterbacaan sebuah puisi, dan lain-lain. Berdasarkan waktu kemunculannya, puisi dapat digolongkan atas tiga kelompok yaitu: 1 puisi lama, 2 puisi baru, dan 3 puisi modern. Modul ini pembahasannya dibatasi pada dua jenis puisi yaitu 1 puisi lama pantun dan 2 puisi baru. 1 Puisi Lama Puisi lama lahir sebelum kesusastraan Indonesia mendapat pengaruh dari kebudayaan barat. Masyarakat pada masa itu yang cenderung statis dan bersifat kolektif, melahirkan bentuk puisi yang sangat terikat oleh berbagai aturan. Puisi lama harus mengandung rima, memiliki jumlah larik tertentu, bahkan jumlah suku kata dalam satu larik terutama dalam pantun harus mengikuti ketentuan. Ada beberapa jenis puisi lama yaitu: 1 mantra, 2 bidal, 3 pantun dan karmina, 4 talibun, 5 seloka, 6 gurindam, serta 7 syair.