Instrumen Non-tes Instrumen Penelitian

41 validator. Selanjutnya peneliti melakukan revisi terhadap instrumen berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan validator. b. Reliabilitas Reliabilitas suatu instrumen merujuk pada keajegan dalam pengukuran. Hal ini sejalan denga pendapat Sukardi 2003: 127 mengatakan bahwa reliabilitas sama dengan konsistensi atau keajegan. Suatu instrumen penelitian dikatakan mempunyai nilai reliabilitas yang tinggi, apabila tes yang dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur yang hendak diukur. Reliabilitas suatu instrumen dapat dihitung menggunakan rumus Alpha Suharsimi, 2009: 108-110. Rumus Cronbach’s Alpha disajikan sebagai berikut: = − − ∑ � � , dengan: : reliabilitas instrumen, : banyaknya butir soal, ∑ � : jumlah variansi butir, dan � : variansi skor soal. Pada penelitian ini, nilai reliabilitas butir soal dianalisis menggunakan rumus Cronbach’s Alpha dengan bantuan SPSS. Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai reliabilitas soal pretest sebesar 0,667, nilai reliabilitas soal postest sebesar 0,637, nilai reliabilitas angket kepercayaan diri sebesar 0,864. Hasil uji reliabilitas dapat dilihat pada Lampiran 3.10.

2. Instrumen Non-tes

Instrumen non-tes dalam penelitian ini adalah anget kepercayaan diri dan lembar observasi. a. Angket Kepercayaan Diri 42 Angket kepercayaan diri siswa dalam penelitian ini diberikan dua kali yaitu ketika siswa belum diberikan perlakuan dan setelah diberi perlakuan. Perbedaaan kedua angket yaitu angket pertama bertujuan untuk mengetahui tingkat kepercayaan diri di awal pembelajaran dan angket kedua bertujuan untuk mengetahui tingkat kepercayaan diri di akhir pembelajaran. Aspek-aspek kepercayaan diri meliputi keyakinan akan kemampuan diri, optimis, objektif, bertanggung jawab, serta rasional dan realistis. Angket yang dibuat berisi 44 pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa. Penyusunan angket dilakukan dengan langkah: 1 menentukan aspek-aspek kepercayaan diri, 2 menentukan indikator setiap aspek, 3 menentukan jumlah butir pernyataan setiap indikator, 4 menuliskan petunjuk mengisi angket dan penentuan skor, 5 menulis butir angket, 6 mengkonsultasikan kepada dosen pembimbing, dan 7 memvalidasi angket dan merevisi sesuai saran validator. Angket dalam penelitian ini menggunakan skala Likert. Sukardi 2003: 146 mengatakan bahwa skala Likert digunakan untuk menilai sikap atau tingkah laku yang diinginkan oleh para peneliti dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan kepada responden Agar respon siswa lebih tegas skala yang digunakan terdiri atas empat pilihan jawaban yaitu “selalu” S, “sering” SR, “jarang” JR, dan “tidak pernah” TP. Sistem penskoran angket kepercayaan diri sebagai berikut. 43 Tabel 10. Sistem Penskoran Angket Kepercayaan Diri Jenis Pernyataan Sering Selalu Jarang Tidak Pernah Pernyataan Positif 4 3 2 1 Pernyataan Negatif 1 2 3 4 Skor angket kepercayaan diri siswa minimal 44 dan maksimal 176. Menurut Eko 2014: 238, konversi skor skala angket kepercayaan diri ke dalam nilai pada skala lima seperti pada tabel berikut. Tabel 11. Kategori Skor Kepercayaan Diri Interval Skor Kategori Kriteria ̅ � + , � � , Sangat baik ̅ � + , � � ̅ � + , � � , , Baik ̅ � − , � � ̅ � + , � � , , Cukup ̅ � − , � � ̅ � − , � � , , Kurang ̅ � − , � � , Sangat Kurang Dengan: ̅ � : rerata ideal = skor maksimal ideal+skor minimal ideal, � � : simpangan baku ideal= 6 skor maksimal ideal – skor minimal ideal, dan : skor empiris. Berdasarkan kategori skor angket kepercayaan diri siswa dikatakan memiliki kriteria kepercayaan diri yang baik apabila skornya pada interval , , . Model pembelajaran dikatakan efektif jika skor kepercayaan diri berada pada interval , , . b. Lembar Observasi Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran yang dibuat terdiri atas dua, yaitu lembar observasi keterlaksanaan kelas eksperimen yang menggunakan pembelajaran Matematika berbasis masalah dengan menggunakan model pembelajaran koeperatif tipe think pair share TPS dan lembar observasi keterlaksanaan kelas konvensional yang menggunakan 44 pembelajaran Matematika dengan pendekatan pembelajaran konvensional. Lembar observasi berisi aktivitas guru dan siswa dari awal sampai akhir pembelajaran dimulai dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir.

H. Teknik Analisis Data

Dokumen yang terkait

Perbedaan hasil belajar biologi antara siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif teknik think pair share dan teknik think pair squre

0 4 174

Upaya meningkatkan hasil belajar IPS melalui pendekatan pembelajaran kooperatif model think, pair and share siswa kelas IV MI Jam’iyatul Muta’allimin Teluknaga- Tangerang

1 8 113

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL STRUKTURAL TIPE TPS (THINK-PAIR-SHARE) TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI KEAKTIFAN SISWA ( Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Bandar.

0 0 7

Perbandingan Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS) dan Tipe Numbered Heads Together (NHT) Ditinjau dari Prestasi dan Sikap Belajar Matematika Siswa MA kelas XI IPS Materi Turunan.

0 0 2

Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) dan Think Pair Share (TPS) Terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau Dari Motivasi Berprestasi

0 0 8

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS)

0 0 71

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA

0 0 9

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI MOTIVASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 PENGASIH KULON PROGO TAHUN PELAJARAN 20132014

0 0 8

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP HASIL BELAJAR DITINJAU DARI MINAT BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI 18 BULUKUMBA

0 1 160

MENINGKATKAN MINAT, KEMANDIRIAN, DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS)

0 0 18