ANALISIS KORELASI DAN REGRESI LINIER

18 8. Hitung batas-batas pengendalian. Tabel 5 menunjukkan beberapa nilai koefisien yang diperlukan dalam perhitungan batas-batas pengendalian menurut Muhandri dan Kadarisman 2006. Tabel 5. Koefisien A2, D3 dan D4 untuk pembuatan bagan kendali N A2 D3 D4 2 1.880 - 3.267 3 1.023 - 2.575 4 0.729 - 2.282 5 0.577 - 2.115 6 0.483 - 2.004 7 0.419 0.076 1.924 8 0.373 0.136 1.864 9 0.337 0.184 1.816 10 0.308 0.223 1.777 Bagan Kendali X : Garis Tengah GT = X BPA = X + A2R BPB = X – A2R Bagan Kendali R : Garis Tengah GT = R BPA = D4 x R BPB = D3 x R 9. Gambarkan rangka Bagan kendali 10. Gambarlah titik-titik X dan R yang sudah dihitung untuk masing-masing sub grup pada Bagan kendali 11. Tuliskam keterangan-keterangan yang perlu, di sebelah kiri tuliskan jenis bagannya X atau R, sedangkan n di kiri atas Bagan kendali memberikan suatu pelajaran mengenai variasi dan sumbernya. Bagan kendali dapat memberikan bukan hanya pengendalian dan monitoring proses, tetapi juga petunjuk untuk tindak perbaikan Breyfogle 2003.

G. ANALISIS KORELASI DAN REGRESI LINIER

Korelasi merupakan suatu hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya Irianto 2008. Usman dan Akbar 2006 menyatakan bahwa korelasi adalah istilah statistik yang menyatakan derajat hubungan linier antara dua variabel atau lebih yang ditemukan oleh Karl Pearson pada awal 1900. Hubungan antara dua variabel di dalam teknik korelasi bukanlah dalam arti sebab akibat timbal balik, melainkan hanya merupakan hubungan searah. Namun, dalam korelasi dikenal penyebab dan akibatnya. Hubungan antara dua variabel pada persamaan linier jika digambarkan secara grafis scatter diagram, semua nilai Y dan X akan berada pada suatu garis lurus. Garis itu disebut regresi linier. Analisis regresi juga digunakan untuk menentukan bentuk dari hubungan antarvariabel Hasan 2001. 19 Diagram pencar scatter diagram adalah gambaran yang menunjukkan kemungkinan hubungan korelasi antara pasangan dua macam variabel. Scatter diagram mempunyai sumbu horizontal X yang menunjukkan ukuran satu variabel dan sumbu vertikal Y menunjukkan ukuran variabel yang lain Nasution 2005. Persamaan matematik yang memungkinkan kita meramalkan nilai-nilai suatu peubah tak bebas dari nilai-nilai satu atau lebih peubah bebas disebut persamaan regresi. Data atau variabel yang ditebarkan atau diplotkan menghasilkan diagram pencar. Analisis korelasi mencoba mengukur kekuatan hubungan antara dua peubah demikian melalui sebuah bilangan yang disebut koefisien korelasi Walpole 1993. Berbagai derajat korelasi yang ditunjukkan diagram pencar dapat terlihat pada Gambar 4. y y x x a korelasi positif dan tinggi b korelasi negatif dan rendah y y x x c korelasi nol d korelasi nol Gambar 4. Berbagai derajat korelasi yang ditunjukkan diagram pencar Walpole 1993 Dalam analisis korelasi dikenal adanya koefisien korelasi atau nilai R. Menurut Hasan 2001, koefisien korelasi R digunakan untuk mengukur keeratan hubungan antara dua variabel yang datanya berbentuk data interval atau rasio. Nilai dari koefisien korelasi R terletak antara - 1 dan +1 -1 ≤ R ≤ +1. 1. Jika R = +1, terjadi korelasi positif sempurna antara variabel X dan Y 2. Jika R= -1, terjadi korelasi negatif sempurna antara variabel X dan Y 3. Jika R = 0, tidak terdapat korelasi antara variabel X dan Y 4. Jika 0 R +1, terjadi korelasi positif antara variabel X dan Y 5. Jika -1 R 0, terjadi korelasi negatif antara variabel X dan Y 20

IV. ASPEK PRODUKSI