Apakah Bapak ibu mengalami kendala dalam melaksanakan penilaian berbasis kelas? Adakah upaya yang pernah BapakIbu lakukan untuk mengatasi kendala tersebut?
3. Kapan BapakIbu melaksanakan penilaian berbasis kelas?
Jawab: Pada setiap kegiatan pembelajaran berlangsung dan akhir pembelajaran. Setiap KD yang diajarkan selalu dilakukan penilaian pada
setiap akhir pembelajaran atau pada pertemuan berikutnya, jika RPP dua pertemuan. Pada kegiatan pembelajaran, penilaian sikap selalu dilaksanakan.
Anak yang aktif dan anak yang suka mengganggu temannya, ada nilainya sendiri dan dimasukan dalam buku nilai. Pada akhir semester setiap siswa
akan memperoleh catatan sikapnya. Nilai sikap diakumulasi dengan nilai kognitif yang diambil pada setiap pertemuannya.
4. Apakah BapakIbu memiliki dokumen atau pedoman penilaian? Bagaimana kearsipan dokumen tersebut?
Jawab: Ya, saya memiliki semua dokumen penilaian seperti panduan penilaian berbasis kelas, panduan BSNP dengan mengacu pada PP No.19 maupun
permen No.20 tahun 2007 dan UU No. 20 tahun 2003. Setiap guru memiliki arsipnya.
5. Apakah BapakIbu pernah mengikuti pelatihan penilaian berbasis kelas? Jika ya, di mana tempat pelaksanaannya, siapa pembicara, dan materi
apa yang diperoleh dari pelatihan tersebut?
Jawab: Ya, saya pernah mengikuti workshop atau diklat khusus pelaksanaan
penilaian dengan judul “penerapan model
-mode
l penilaian” yang dilaksanakan
di LPP Demangan pada tahun 2000-an dengan pembicara yang beragam seperti ibu Puji Dwi Astuti, perwakilan LPPMP, Kepala Provinsi, Kepala
Dinas Pendidikan dan Olahraga yang dilaksanakan selama tujuh hari.
6. Apakah BapakIbu mengetahui model penilaian apa saja yang dapat digunakan dalam penilaian berbasis kelas?
Jawab: Ya, saya menggunakan banyak model penilaian berbasis kelas. Model penilaian yang digunakan beragam disesuaikan dengan kompetensi yang
diajarkan, bisa berupa penilaian unjuk kerja, portofolio, sikap, produk, proyek, dan tertulis. Sementara peniaian diri hanya dilakukan sebatas menyunting
catatan siswa tanpa diikuti penilaian dalam bentuk angka, dikarenakan penilaian diri lebih diarahkan ke Kurikulum 2013.
7. Apakah BapakIbu menggunakan satu model penilaian yang sama dalam mengukur kompetensi berbahasa dan bersastra?
Jawab: Tidak, dikarenakan setiap kompetensi yang diukur memiliki penekanan yang berbeda-beda, baik berbahasa maupun bersastra.
8. Model penilaian berbasis kelas apa saja yang sering BapakIbu gunakan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, baik kompetensi berbahasa dan
bersastra?
Jawab: Tergantung tuntutan kompetensi yang diajarkan. Model peniaian yang saya gunakan, dilakukan sejalan dengan materi yang disampaikan. Misalnya
pada materi menulis puisi, siswa diminta membuat puisi di dalam kelas dan di luar kelas penilaian tertulis kemudian kedua puisi tersebut dibandingkan,
selanjutnya puisi tersebut dibacakan penilaian lisan, kemudian siswa lain diminta untuk mendengarkan dan menanggapi penilaian sikap, setelah
selesai hasil puisi siswa diperbaiki dan dikumpulkan menjadi antologi puisi penilaian produk. Akan tetapi, menurut saya dari semua model penilaian
yang paling jarang dan sulit dilakukan adalah penilaian portofolio. Dikarenakan waktu untuk membuat siswa dari tidak mampu menjadi mampu
itu sulit, selain itu rubrik penilaian yang digunakan juga masih membingungkan dan waktu untuk melakukannya lama.
9. Apakah Bapak ibu mengalami kendala dalam melaksanakan penilaian berbasis kelas?
Jawab: Tentu, setiap guru pasti mengalami kendala sendiri-sendiri dalam melakukan penilaian.
10. Kendala apa saja yang BapakIbu alami saat melaksanakan penilaian berbasis kelas pada kompetensi berbahasa dan bersastra?
Jawab: Biasanya terdapat anak yang mengerjakan tugas asal mengerjakan. Persepsinya bermodel tugas dikerjakan, masalah hasil disampingkan,
khususnya pada tugas menulis atau membuat produk tertentu. Dampaknya siswa tersebut kurang memahami materi yang diajarkan. Sementara itu dari
segi waktu, KBM yang sudah dirancang dan siap diajarkan terbentur dengan jadwal diklat, rapat, kedatangan tamu dan sebagainya.
11. Adakah upaya yang pernah BapakIbu lakukan untuk mengatasi kendala tersebut?
Jawab: Ada, saya selalu melakukan upaya untuk mengatasi kendala tersebut.
12. Usaha apa saja yang telah BapakIbu lakukan untuk mengatasi kendala dalam pelaksanaan penilaian berbasis kelas?
Jawab: pertama, membuat siswa nyaman dengan kita dengan melakukan pendekatan dengan siswa agar meningkatkan kemampuannya. Kedua, saya
selalu melakukan bimbingan secara pribadi pada siswa tersebut. Bimbingan tersebut berupa mengoreksi tugas siswa dengan menuliskan komentar, apa
saja yang perlu diperbaiki. Biasanya siswa baru memahami setelah dibimbing lebih dari dua kali, bahkan ada yang sampai empat kali. Jika hal tersebut tidak
berhasil, saya meminta bantuan pada teman terdekatnya untuk membantu menjelaskan materi yang kurang dipahaminya. Untuk keterbatasan waktu,
biasanya saya memiliki cadangan waktu tersendiri pada pertemuan berikutnya atau mengurai beberapa menit dari waktu normal.