2.8 Keadaan Geografis, Letak Topografis dan Luas Wilayah Pangandaran
Ciamis merupakan salah satu kabupaten yang berada di sebelah Selatan Jawa Barat. Secara geografis Kabupaten Ciamis berada pada koodinat 108
o
20’- 108
o
40’ Bujur Timur dan 07
o
40’20’’ – 07
o
41’20’’ Lintang Selatan dengan batas- batas wilayah sebagi berikut :
a. Sebelah utara : Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Kuningan;
b. Sebelah selatan : Samudera Hindia;
c. Sebelah timur : Provinsi Jawa Tengah dan Kota Banjar;
d. Sebelah barat : Kabupaten Tasikmalaya dan Kota Tasikmalaya.
Luas wilayah kabupaten Ciamis adalah 244.479 ha 6,42 dari luas Provinsi Jawa Barat dengan ketinggian antara 0-1000 meter di atas permukaan
laut. Struktur wilayah kabupaten Ciamis secara garis besar terdiri dari dataran tinggi, dataran rendah, dan pantai. Bagian utara merupakan pegunungan dengan
ketinggian 500-1000 meter di atas permukaan laut, bagian tengah ke arah barat merupakan perbukitan dengan ketinggian 100-500 meter di atas permukaan laut,
sedangkan bagian tengah ke timur merupakan daerah dataran rendah dan rawa dengan ketinggian 20-100 meter di atas permukaan laut serta bagian selatan
merupakan daerah rawa dan pantai dengan ketinggian 0-25 meter di atas permukaan laut Azam, 2009.
Wilayah Kabupaten Ciamis memiliki wilayah pesisir dan laut dengan panjang garis pantai mencapai 91 km dengan luas laut mencapai 67.340 ha yang
meliputi 6 enam wilayah Kecamatan yaitu Kecamatan Kalipucang, Kecamatan Pangandaran, Kecamatan Sidamulih, Kecamatan Parigi, Kecamatan Cijulang, dan
Kecamatan Cimerak Azam, 2009. Kecamatan Pangandaran secara geografis berada pada koordinat 108
o
41’ – 109
o
Bujur Timur dan 07
o
41’ – 07
o
50’ Lintang Selatan dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
a. Sebelah utara : Kota Madya Banjarsari;
b. Sebelah selatan : Samudera Hindia;
c. Sebelah timur : Kecamatan Padaherang;
d. Sebelah barat : Kecamatan Parigi.
Luas wilayah Kecamatan Pangandaran mencapai 61 km
2
dengan luas laut mencapai 13.320 ha 19,78 dari luas laut yang temasuk kedalam kabupaten
Ciamis. Kecamatan ini kemudian terbagi menjadi 8 desa yang terdiri dari 4 desa merupakan bukan desa pesisir diantaranya desa Sukahurip, desa Purbahayu, desa
Pagergunung, dan desa Sidomulyo. Empat desa yang merupakan desa pesisir yaitu desa Babakan, Pangandaran, Pananjung, dan Wonoharjo Azam, 2009.
Secara umum Pangandaran beriklim tropis dengan 2 musim yaitu musim kemarau musim timur dan musim hujan musim barat dengan curah hujan rata-
rata per tahun sekitar 1.647 mm, kelembaban udara antara 85-89 dengan suhu berkisar antara 20-30
o
C. Musim timur dan musim barat secara langsung akan mempengaruhi musim penangkapan ikan di perairan Pangandaran. Musim timur
terjadi pada bulan Mei sampai Oktober, dimana saat terjadi musim ini laut tidak berombak besar dan perairan dalam keadaan tenang, sehingga operasi
penangkapan ikan di laut tidak terganggu. Musim barat terjadi pada bulan November sampai April, dimana saat terjadi musim ini laut sedang dalam keadaan
ombak besar, sehingga operasi penangkapan ikan di laut menjadi terganggu. Pada musim ini, curah hujan relatif banyak sehingga nelayan di Pangandaran hanya
sedikit yang melakukan operasi penangkapan ikan. Wilayah ini memiliki panjang pantai 18 km dengan kemiringan pantai relatif datar yaitu 0
o
- 3
o
, dan elevasi 0-3 meter di atas permukaan laut. Keadaan tanah di Pangandaran terdiri dari pantai
berpasir, pantai berkarang, dan pantai berbatu. Pantai selatan Pangandaran memiliki gelombang laut yang berbentuk berupa gelombang sweel atau
gelombang laut lepas, dimana gelombang ini bisa terjadi di laut dalam Azam, 2009.
3. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Pangandaran, Jawa Barat Gambar 7. Pengumpulan data jumlah hasil tangkapan dan posisi penangkapannya
dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan November 2008. Setelah itu adalah pengambilan data citra klorofil-a dari internet
http:oceancolor.gsfc.nasa.gov, yang dilaksanakan pada bulan November 2008. Data citra klorofil-a yang diambil dari internet disesuaikan dengan waktu dan
posisi penangkapan yang dilakukan di Pangandaran.
Gambar 7 Peta lokasi penelitian.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah : 1
Peta daerah penangkapan ikan digunakan untuk menentukan posisi Lintang dan Bujur pada saat operasi penangkapan dilakukan;
2 Alat tulis, digunakan untuk mencatat data yang dibutuhkan;