5. PEMBAHASAN
5.1 Sebaran Temporal dan Spasial Konsentrasi Klorofil-a
Sebaran konsentrasi klorofil-a secara temporal berdasarkan waktu di perairan Pangandaran berfluktuasi selama bulan Oktober sampai November.
Namun demikian konsentrasi klorofil-a di perairan Pangandaran sepanjang bulan Oktober – November tergolong tinggi 0,2 mgm
3
. Konsentrasi klorofil-a yang lebih besar dari 0,2 mgm
3
telah menunjukkan kehadiran fitoplankton yang memadai untuk menopang atau mempertahankan kelangsungan hidup
perkembangbiakan ikan Gower, 1972 vide Gaol, 2003. Tingginya konsentrasi klorofil-a pada bulan Oktober-November 2008 di perairan Pangandaran diduga
karena banyaknya sungai besar yang bermuara ke perairan Pangandaran yaitu Sungai Citanduy, Citumang, Nusa Wiru, dan Cijulang.
Perairan Pangandaran juga memiliki banyak terumbu karang, yang diduga berpengaruh terhadap kandungan klorofil-a. Romimohtarto dan Juwana 2001
menjelaskan bahwa ekosistem terumbu karang merupakan ekosistem yang mempunyai produktivitas tertinggi dari seluruh ekosistem alamiah karena
memiliki banyak persediaan nitrogen yang penting bagi fitoplankton untuk proses fotosintesis.
Konsentrasi klorofil-a pada daerah dekat pantai jauh lebih tinggi daripada daerah yang jauh dari pantai. Hal ini dikarenakan banyaknya nutrient yang masuk
ke perairan pantai dari muara-muara sungai dekat daerah pantai. Banyaknya nutrien yang masuk dari daratan menyebabkan fitoplankton cepat bertumbuh dan
bertambah banyak. Zat hara masuk ke perairan melalui aliran sungai atau run off dari daratan. Sungai yang bermuara ke perairan Pangandaran yaitu Sungai
Citanduy, Citumang, Nusa Wiru, dan Cijulang. Tingginya konsentrasi klorofil-a pada musim timur Juni-Agustus diduga
karena keadaan atmosfer yang cerah sehingga cahaya matahari yang masuk ke perairan memiliki intensitas yang tinggi sehingga fotosintesis berlangsung dengan
lebih efektif dan dapat terjadi hingga pada lapisan yang lebih dalam. Pada musim timur perairan Pangandaran mengalami musim kemarau. Tingginya konsentrasi
klorofil-a di perairan Pangandaran pada musim timur juga diduga berhubungan
dengan pergerakan massa air di perairan Indonesia. Pada musim barat massa air umumnya mengalir ke arah timur perairan Indonesia, sebaliknya pada musim
timur massa air dari daerah upwelling di laut Arafura dan Laut Banda akan mengalir ke perairan Indonesia bagian barat. Massa air yang mengandung banyak
zat hara diduga masuk ke perairan Pangandaran sehingga perairan Pangandaran memiliki konsentrasi klorofil-a yang tingggi. Wyrtki 1961 menjelaskan pada
musim timur perairan selatan Jawa mendapat banyak masukan massa air dari laut Timor, laut Sawu dan perairan barat Australia yang merupakan sumber arus
khatulistiwa. Selain itu, meningkatnya konsentrasi klorofil-a pada bulan Juni sampai September juga dipengaruhi oleh adanya angin musim tenggara angin
musim timur yang berhembus dengan kecepatan tinggi dari Australia menuju Asia. Angin ini mengaduk lapisan perairan sehingga zat hara silikat, fosfat dan
nitrat dari lapisan bawah terangkat ke lapisan atas. Dengan demikian tingginya konsentrasi klorofil-a pada bulan September ini diduga sebagai akibat adanya
proses penaikan massa air upwelling. Perairan Samudera Hindia di selatan Jawa–Sumbawa merupakan daerah
upwelling dan upwelling yang efektif terjadi pada pada musim timur Gaol, 2003. Adanya upwelling pada perairan selatan Jawa diduga menyebabkan tingginya
konsentrasi klorofil-a di perairan Pangandaran. Zat hara dari daerah upwelling tersebut dibawa oleh arus ke perairan Pangandaran sehingga fitoplankton
berkembang dengan cepat. Proses
terjadinya upwelling di perairan selatan Jawa disebabkan oleh adanya
angin muson tenggara yang bertiup pada musim timur. Pada saat angin muson tenggara bertiup dengan mantap, massa air dari permukaan pantai selatan Jawa
terdorong sehingga permukaannya menjadi lebih rendah. Akibat adanya gaya koriolis, massa air yang terdorong akan berbelok ke baratdaya hingga ke selatan
sehingga terjadi kekosongan di permukaan. Terjadinya kekosongan massa air akan digantikan oleh massa air dari lapisan bawah yang mengandung banyak zat-
zat yang kaya nutrient Gaol, 2003. Nontji 2005 menjelaskan bahwa upwelling yang terjadi di perairan
selatan Jawa sekitar bulan Mei–September. Di lepas pantai selatan Jawa terdapat arus besar bernama Arus Khatulistiwa Selatan AKS yang pada umumnya
mengalir ke barat. Tetapi pada musim timur, di atas perairan selatan Jawa berhembus kuat angin tenggara sehingga menggeser massa air di sepanjang pantai
selatan Jawa– Sumbawa. Adanya gaya koriolis menyebabkan pergerakan massa air dibelokkan ke baratdaya. Jadi saat itu arus permukaan di perairan ini
menunjukkan pola sirkulasi antisiklonik atau berputar ke kiri. Karena arus ini membawa serta air ke luar menjauhi pantai, maka akan terjadi kekosongan yang
berakibat naiknya air dari lapisan bawah. Bukti adanya upwelling di suatu perairan adalah meningkatnya kadar fosfat tiga kali lipat, nitrat dua kali lipat, dan
plankton yang melimpah.
5.2 Fluktuasi Bulanan Hasil Tangkapan Ikan Bawal Putih dan Sebaran Konsentrasi Klorofil-a