Fluktuasi Bulanan Hasil Tangkapan Ikan Bawal Putih dan Sebaran Konsentrasi Klorofil-a

mengalir ke barat. Tetapi pada musim timur, di atas perairan selatan Jawa berhembus kuat angin tenggara sehingga menggeser massa air di sepanjang pantai selatan Jawa– Sumbawa. Adanya gaya koriolis menyebabkan pergerakan massa air dibelokkan ke baratdaya. Jadi saat itu arus permukaan di perairan ini menunjukkan pola sirkulasi antisiklonik atau berputar ke kiri. Karena arus ini membawa serta air ke luar menjauhi pantai, maka akan terjadi kekosongan yang berakibat naiknya air dari lapisan bawah. Bukti adanya upwelling di suatu perairan adalah meningkatnya kadar fosfat tiga kali lipat, nitrat dua kali lipat, dan plankton yang melimpah.

5.2 Fluktuasi Bulanan Hasil Tangkapan Ikan Bawal Putih dan Sebaran Konsentrasi Klorofil-a

Berdasarkan hasil penelitian tidak ditemukan keterkaitan secara langsung antara konsentrasi klorofil-a dengan jumlah hasil tangkapan ikan bawal putih. Konsentrasi klorofil-a mempengaruhi jumlah hasil tangkapan ikan bawal putih pada rentang waktu sekitar 2 – 4 bulan berikutnya. Hal ini terjada karena ikan bawal bukan pemakan fitoplankton melainkan pemakan zooplankton seperti udang rebon Nontji, 1993. Terjadinya time lag tersebut erat kaitannya dengan rantai makanan yang terjadi di lautan. Konsentrasi klorofil-a menunjukkan keberadaan fitoplankton di suatu perairan. Fitoplankton merupakan produsen yang dimakan oleh organisme herbivora zooplankton, larva dan selanjutnya organism herbivora dimakan oleh organisme pada tingkat trofik yang lebih tinggi. Konsentrasi klorofil-a yang tinggi akan menyebabkan ikan-ikan kecil datang untuk mencari makan, selanjutnya dalam waktu berikutnya ikan-ikan besar datang memangsa ikan-ikan kecil. Time lag menunjukkan adanya waktu yang dibutuhkan untuk memindahkan senyawa organik dari fitoplankton ke tingkat trofik yang lebih tinggi. Pada model yang menggambarkan hubungan antara hasil tangkapan bawal putih dengan kandungan klorofil-a, nilai koefisien determinasi R 2 adalah 0,071, artinya keadaan klorofil-a di perairan hanya dapat menduga CPUE sebesar 7,1 . Hal ini karena ada banyak faktor lain yang dapat menduga CPUE di perairan, diantaranya suhu, arus, keahlian nelayan dan lainnya. Koefisien korelasi atau keeratan hubungan antara klorofil-a dan CPUE adalah 0,266 artinya tidak erat atau tidak berpengaruh secara signifikan nyata. Koefisien korelasi tidak signifikan terhadap peningkatan hasil tangkapan karena, konsentrasi klorofil-a di perairan Pangandaran walaupun bervariasi tetapi semuanya termasuk kategori tinggi yaitu diatas 0,2 mgm 3 Gower, 1972 vide Gaol, 2003. Kedua, kehadiran fitoplankton tidak secara langsung menghadirkan ikan bawal putih, karena bawal putih tidak memakan langsung fitoplankton. Kandungan klorofil-a mungkin akan berpengaruh signifikan dalam interval beberapa bulan berikutnya 2 - 4 bulan. Indikator kandungan klorofil-a belum dapat digunakan untuk menentukan daerah penangkapan ikan bawal putih yang potensial di perairan Pangandaran dalam penelitian ini, karena keterbatasan waktu pengamatan. Untuk itu pengamatan perlu dilakukan lebih lama dengan data time series yang lebih banyak.

5.3 Daerah Penangkapan Ikan Bawal Putih Pampus argenteus