jaring diturunkan sampai akhir menurunkan pelampung tanda yang kedua. Setelah seluruh rangkaian jaring diturunkan, selanjutnya jaring direndam 1-2 jam. Tahap
akhir adalah penarikan keseluruhan alat tangkap ke kapal. Hasil tangkapan dinaikkan ke atas kapal kemudian dilepas dari jaring dan dimasukkan ke dalam
wadah berisi es.
2.4 Daerah Penangkapan Ikan Bawal Putih
Ade dan Bathia vide Burhanuddin et al. 1986 menyatakan bahwa jenis bawal putih hidup di perairan yang keadaan dasarnya terdiri dari lumpur atau
berlumpur sampai kedalaman 100 m. Kuthalingan vide Burhanuddin et al. 1986 menyatakan bahwa daerah
penangkapan Pampus argenteus terdapat pada kedalaman 10-75 m dengan keadaan dasar lumpur berpasir. Daerah yang paling produktif adalah pada
kedalaman 10-50 m di muka muara sungai. Widodo vide Burhanuddin et al. 1986 dalam penelitiannya di perairan Laut Jawa mendapatkan hasil tangkapan
bawal putih dengan trawl menurut kedalaman, sedimen perairan dan salinitas sebagaimana disajikan pada Tabel 1 Tabel 2 dan Tabel 3. Berdasarkan Tabel 1,
Tabel 2 dan Tabel 3 dapat dilihat bahwa bawal putih banyak tertangkap pada kedalaman 21-40 m dengan dasar perairan berkarang dan salinitas 32 ppt.
Tabel 1 Jumlah hasil tangkapan bawal putih per kedalaman perairan No Kedalaman m
Hasil tangkapan 1
0 – 20 1
2 21 – 40
0.1 3
41 – 60 4
60 0.2
Sumber : Widodo vide Burhanuddin et al 1986 Tabel 2 Jumlah hasil tangkapan bawal putih per jenis sendimen dasar perairan
No Jenis Sendimen Hasil tangkapan
1 Lumpur 0.3
2 Pasir 0.2
3 Karang 0.4
Sumber : Widodo vide Burhanuddin et al 1986
Tabel 3 Jumlah hasil tangkapan bawal putih berdasarkan angka salinitas No Salinitas
Hasil tangkapan
1 31 0.3
2 32 0.6
3 33 0.2
Sumber : Widodo vide Burhanuddin et al 1986 Daerah penyebaran bawal putih ditemukan hampir di seluruh perairan
Indonesia, terutama Laut Jawa, bagian Timur Sumatera, Sulawesi Selatan, Selat Tiworo, Arafuru, dan utara sampai Teluk Benggala, Teluk Siam, sepanjang pantai
Laut Cina Selatan dan Filipina Direktorat Jenderal Perikanan, 1998.
2.5 Produktivitas Primer dan Klorofil-a
Produktivitas primer adalah laju pembentukan senyawa-senyawa organik yang kaya energi dari senyawa anorganik. Biasanya produktivitas primer
dianggap sebagai padanan fotosintesis. Jumlah seluruh bahan organik yang terbentuk dalam proses produktivitas dinamakan produktivitas primer kotor atau
produksi total. Jumlah sisa produksi primer kotor setelah sebagian digunakan tumbuhan untuk respirasi adalah produksi primer bersih Nybakken, 1992.
Fitoplankton dikenal sebagai produsen primer yang terpenting dalam ekosistem laut. Fitoplankton adalah tumbuhan mikroskopis yang hidupnya
melayang-layang dalam air. Pergerakannya pasif tergantung pada gerakan air Odum, 1971. Fitoplankton dapat berbentuk sel, koloni atau filamen. Sebagai
organisme autotrof, fitoplankton yang dapat menghasilkan makanannya sendiri melalui proses fotosintesis. Fitoplankton memiliki klorofil yang dapat
mengkonversi energi radiasi metahari menjadi energi potensial kimia. Klorofil yang dimiliki oleh semua fitoplankton adalah klorofil-a. Klorofil-
a merupakan pigmen yang paling umum terdapat pada fitoplankton sehingga konsentrasi fitoplankton sering dinyatakan dalam konsentrasi klorofil-a. Biomassa
fitoplankton didefinisikan sebagai berat dari fitoplankton per unit volume atau luas area. Unit umum yang digunakan adalah mgm
3
, gm
2
, kgha. Sama halnya dengan tumbuh-tumbuhan hijau yang lain, plankton membuat
ikatan-ikatan organik yang kompleks dari bahan anorganik yang sederhana
Hutabarat dan Evans, 1984. Kadar klorofil-a sering digunakan sebagai indikator produktivitas primer suatu perairan yang dinyatakan dalam jumlah gram karbon
C yang terkandung dalam satuan luasvolume air laut pada suatu interval waktu grm
3
thn, atau dalam satuan-satuan yang lain. Fotosintesis adalah suatu proses permulaan yang penting dimana mereka dapat membuat atau mensintesa glukosa
karbohidrat dari ikatan-ikatan anorganik karbondioksida CO
2
dan airH
2
O. Hal ini menyangkut serangkaian reaksi-reaksi yang dapat disingkat sebagai
berikut Nybakken 1992: Karbondioksida + air ======ÎGlukosa + Oksigen
6 CO
2
+ 6 H
2
O ======Î C
6
H
12
O
6
+ 6 O
2
Faktor pembatas dari produktivitas fitoplankton yaitu cahaya dan kadar zat hara. Fotosintesis hanya bisa terjadi bila ada cahaya. Fitoplankton produktif hanya
pada lapisan atas dimana intensitas cahaya cukup untuk melangsungkan fotosintesis. Perairan pantai memiliki kadar zat hara yang lebih tinggi dari pada
perairan lepas pantai. Hal ini menyebabkan produktifitas primer perairan pantai 10 kali lebih besar dari perairan lepas pantai. Perairan pantai memiliki sejumlah
besar unsur-unsur kritis yaitu P dan N dalm bentuk PO
4
dan NO
3
melalui run off dari daratan Nybakken, 1992.
Pada tempat yang jauh dari pantai masih ditemukan konsentrasi klorofil-a yang cukup tinggi, keadaan tersebut disebabkan oleh adanya proses sirkulasi
massa air yang memungkinkan terangkutnya sejumlah nutrien dari tempat lain seperti upwelling. Upwelling adalah naiknya massa air laut dari suatu lapisan
dalam ke lapisan permukaan. Proses upwelling ini adalah suatu proses dimana massa air didorong ke atas dari kedalaman 100-200m. Gerakan naik ini membawa
serta air yang suhunya lebih dingin, salinitas tinggi, dan kaya akan zat-zat hara ke permukaan Nontji, 1993.
Selanjutnya Nybakken 1992 mengatakan bahwa faktor lain yang mempengaruhi produksi fitoplankton di lautan adalah turbulensi percampuran
vertikal air laut dan pemangsaan grazing oleh zooplankton. Percampuran vertikal bukan saja menaikkan zat hara mendekati permukaan, tetapi juga
mengangkut sel-sel fitoplankton ke bawah menjauhi permukaan air. Bila percampuran berlangsung dengan intensif, sel-sel fitoplankton mungkin akan
tinggal lebih lama di bawah daerah eufotik. Pemangsaan yang dilakukan oleh zooplankton akan mengurangi jumlah biomassa fitoplankton.
Sebagai produsen terpenting di perairan, fitoplankton merupakan makanan untuk sebagian besar mahluk hidup di perairan. Fitoplankton merupakan makanan
dari zooplankton, dan ikan-ikan kecil. Zooplankton merupakan makanan dari crustacea dan ikan-ikan kecil. Crustacea merupakan makanan dari ikan, termasuk
bawal putih. Semakin banyak kandungan klorofil-a yang terdapat pada fitoplankton di perairan maka akan semakin mengundang datangnya ikan di
perairan tersebut. Tipe jejaring makanan yang umum terjadi pada ekosistem laut membentuk
piramida makanan food piramid seperti disajikan pada Gambar 2. Hal ini diakibatkan oleh semakin bergerak ke tingkat lebih tinggi, perpindahan senyawa
organik yang terjadi berlangsung tidak efisien. Tingkat efisiensi perpindahan senyawa organik dari satu tingkat ke tingkat di atasnya hanya sekitar 10 saja
dan 90 lainnya hilang sebagai panas Nontji, 2005. Dari 10 unit bahan senyawa organik yang dihasilkan oleh fitoplankton hanya 1 unit bahan senyawa organik
yang diserap oleh konsumen pertama herbivora, dan seterusnya hingga kepada karnivor puncak top carnivore.
K3 K2
K1 H
PP
PP=Produsen primer berupa fitoplankton, H=Herbivora berupa zooplaknton, K=Karnivora pertama berupa ikan-ikan kecil, K2=Karnivora kedua berupa ikan ikan
yang lebih besar, K3=Karnivor ketiga berupa ikan besar
Gambar 2 Piramida makanan yang dimulai dari fitoplankton sebagai produsen primer di laut Nontji, 2005.
Lebih dari 90 fitoplankton disusun oleh alga. Fitoplankton laut terutama disusun oleh diatom, dinoflagellata, cocolitophora, dan beberapa flagellata.
Organisme fitoplankton memegang peranan penting secara ekologis karena dapat dipakai sebagai pembanding terhadap produktivitas primer terbesar di laut.
Fitoplankton dapat menjadi penyedia makanan bagi seluruh konsumen dan menyumbang energi bagi biota bentik di tempat yang dangkal. Produktivitas
primer perairan terbuka adalah total fitoplankton yang terdapat pada perairan yang dapat didekati melalui kandungan klorofil maupun kelimpahan volumenya
Basmi, 1995. Nybakken 1992 menyatakan bahwa rantai makanan yang terjadi di laut diawali dari fitoplankton yang merupakan produsen membentuk makanan
sendiri melalui proses fotosintesis. Fitoplankton kemudian dimakan oleh zooplankton herbivora. Selanjutnya zooplankton dimakan oleh ikan penyaring
seperti cucut, ikan terbang dan salem. Pemangsaan terus meningkat ke tingkat trofik yang lebih tinggi yaitu predator dan predator puncak, hal ini terlihat pada
Gambar 3.
Alga : 1 kokolitofor, 2 dinoflagellata. Herbivora : 3 euphasiid, 4 kopepoda, 5 udang. Penyaring : 6 ikan mesopelagik yang bermigrasi vertikal, 7 ikan terbang, 8
amfipoda, 9 lantera, 10 ikan matahari. Predator : 11 ikan mesopelagik, 12 makarel ular, 13 cumi-cumi, 14 lumba-lumba. Predator tertinggi : 15 tuna dan cakalang, 16
lancefish, 17 setuhuk, 18 hiu ukuran sedang, 19 hiu besar.
Gambar 3 Rantai makanan di laut tropis Nybakken, 1992.
2.6 Penginderaan Jauh Remote Sensing