Jenis kandang, konstruksi, kapasitas, dan fasilitas kandang

penangkaran yakni penyakit caplak dan infeksi luka bekas jeratan, 3 pengadaan bibit trenggiling untuk penangkaran dalam jangka panjang sebaiknya berasal dari hasil pembiakan breeding di penangkaran.

5.1.2 Manajemen Perkandangan

Salah satu aspek penting dari usaha penangkaran satwa adalah kandang yang berfungsi sebagai habitat buatan artificial habitat atau tempat hidup satwa. Kandang sebagai habitat buatan bagi satwa harus memenuhi semua kebutuhan hidup dan perkembangan satwa, seperti luas space yang cukup untuk pergerakan satwa movement, suhu temperature dan kelembaban serta sirkulasi udara yang cukup, dan tersedianya komponen-komponen penunjang seperti tempat berlindung cover, bertengger dan berkembangbiak, serta terjaga sanitasinya dari kemungkinan penyebaran penyakit. Terkait dengan manajemen perkandangan sebagai habitat buatan trenggiling di penangkaran UD Multi Jaya Abadi, maka ada dua aspek penting yang berhubungan dengan pengelolaan perkandangan yang dipelajari dalam penelitian ini. Kedua aspek tersebut adalah: a jenis kandang, konstruksi, kapasitas, dan fasilitas kandang; dan b perawatan kandang.

5.1.2.1 Jenis kandang, konstruksi, kapasitas, dan fasilitas kandang

Penyediaan habitat buatan sebagai tempat hidup di penangkaran trenggiling menjadi salah satu prasyarat penting yang harus dipersiapkan sebelum pengembangan penangkaran. Habitat buatan tersebut yakni berupa kandang dan berbagai komponen pendukung dalam kandang seperti lubang sebagai tempat berlindung cover dan istirahat. Penyediaan kandang sedapat mungkin mempertimbangkan kebiasaan habit trenggiling di alam. Dintinjau dari jenis kandang yang dikembangkan di penangkaran UD Multi Jaya Abadi, maka semua unit kandang yang dibangun total 40 unit dikategorikan sebagai kandang pemeliharaan trenggiling. Dalam pengelolaan penangkarannya, pihak pengelola tidak menetapkan atau membedakan unit-unit kandang yang ada secara khusus menurut fungsi atau tujuan penggunaannya. Padahal di beberapa lokasi penangkaran satwa lainnya, jenis kandang yang dikembangkan seringkali dibedakan secara khusus menurut fungsi atau tujuan penggunaannya, yakni a kandang adapatasi untuk keperluan proses adaptasi, b kandang reproduksi untuk kepentingan perkembangbiakan, dan c kandang pembesaran anak untuk keperluan proses pemeliharaan dan pembesaran anak. Meskipun tidak dilakukan pembedaan secara khusus jenis kandang yang dikembangkan karena semua unit kandang yang tersedia dapat dimanfaatkan untuk semua fungsi atau tujuan, maka dapat dinyatakan bahwa secara fungsional di UD Multi Jaya Abadi terdapat 4 jenis kandang menurut tujuan penggunaannya yakni kandang pemeliharaan, kandang adaptasi, kandang reproduksi dan kandang pembesaran anak. Semua unit kandang yang dikembangkan berukuran 500 cm x 186 cm x 208 cm, dengan konstruksi, fasilitas penunjang dan perawatan kandang yang relatif sama Tabel 6. Tabel 6 Jenis kandang trenggiling Manis javanica di penangkaran UD Multi Jaya Abadi No. Jenis dan fungsi kandang Ukuran dan Konstruksi Fasilitas Penunjang Perawatan Kandang 1. Kandang pemeliharaan Ukuran kandang 500 cm x 186 cm x 208 cm. Dinding terbuat dari beton, lantai semen, sisi depan dan belakang kandang kawat berukuran 183 cm x 183 cm. Tempat makan dan minum, tempat memanjat shelter. Untuk kandang pembesaran anak terdapat baskom besar sebagai fungsi cover. Dibersihkan kontinyu. Minimal 4 kali seminggu. 2. Kandang reproduksi 3. Kandang adaptasi 4. Kandang pembesaran anak Bentuk dan ukuran kandang sama Ditinjau dari konstruksi kandang, maka secara umum ada dua kategori tipe kandang yang dikembangkan di UD Multi Jaya Abadi, yakni kandang permanen dan semi permanen. Konstruksi kandang permanen terbuat dari beton baik lantai hingga dinding kandang dan dikombinasikan dengan kawat besi berukuran 183 cm x 183 cm dengan atap kandang terbuat dari asbes sedangkan kandang semi permanen berlantai pasir dan tidak berdinding. Deskripsi singkat konstruksi kandang permanen dan semi permanen ditunjukkan pada Tabel 7 dan contoh kandang permanen maupun semi permanen ditunjukkan pada Gambar 10. Tabel 7 Konstruksi kandang pemeliharaan Manis javanica di penangkaran UD Multi Jaya Abadi Komponen Konstruksi dan ukuran Semi Permanen Permanen Lantai Terbuat dari tanah, luas lantai berukuran 2 x 3 meter. Terbuat dari semen, luas lantai berukuran 500 x 186 cm. Atap Terbuat dari rumbia berukuran lebih besar dari pada lantai dan menutupi bagian luar agar kondisi lantai tidak lembab basah. Terbuat dari asbes. Dinding Tidak berdinding, hanya diberikan sekat dari bambu setinggi 2 – 3 meter dari permukaan tanah. Terbuat dari beton dan beberapa dari kawat berukuran 183 x 183 cm. Artificial enrichment Beberapa rumput dan tumbuhan bawah lain, serta lubang semi permanen untuk mempermudah perilaku menggali lubang. Pohon artificial sebanyak 1 – 2 buah di tengah-tengah kandang, tempat minum dan makanan permanen dari plastik. Gambar 10a Bentuk kandang permanen trenggiling di UD Multi Jaya Abadi Foto: Novriyanti 2010. Gambar 10b Kandang semi permanen di UD Multi Jaya Abadi Foto: Bismark 2009. Setiap unit kandang dengan luas tertentu sebagai habitat buatan untuk tempat hidup satwa pada dasarnya dirancang untuk pemeliharaan sejumlah satwa atau kapasitas tampung tertentu agar mampu mendukung pertumbuhan dan pekermbangan terbaik setiap individu di dalamnya. Apabila jumlah yang dipelihara melebihi kapasitas kandang maka akan berpengaruh terhadap kenyamanan di dalam kandang terutama yang berhubungan dengan suhu mikro di dalam kandang. Populasi trenggiling yang terlalu padat di dalam kandang dapat mengakibatkan trenggiling menderita cekaman stress hingga dapat menimbulkan banyak penyakit dan menurunkan produksi. Berdasarkan ukuran lantai untuk setiap unit kandang seperti disebutkan di atas yakni 500 cm x 186 cm atau sekitar 9 m 2 , oleh pengelola penangkaran digunakan untuk pemeliharaan trenggiling sebanyak 5 −10 ekor atau setara dengan daya tampung 1 −2 ekorm 2 . Dilihat dari rata-rata ukuran tubuh trenggiling yakni panjang badan dewasa sampai kepala sekitar 42 −55 cm dan ekor 34− 47 cm Breen 2003, maka ukuran luas lantai kandang trenggiling tersebut dapat dianggap memadai untuk pemeliharaan trenggiling di UD Multi Jaya Abadi. Hal ini dikarenakan hampir sama dengan hasil penelitian Heath dan Vanderlip 2005 pada penangkaran trenggiling China Manis pentadactyla bahwa syarat minimum luas lantai kandang trenggiling yang harus dipenuhi adalah 10 −12 m 2 . Dengan demikian dalam kondisi normal, yakni kondisi trenggiling dalam keadaan sehat fisik, tidak menunjukkan perilaku menyimpang atau antagonistik terhadap sesama spesies, dan nafsu makan tidak berlebih ataupun menurun, maka luas lantai minimum untuk setiap unit kandang penangkaran trenggiling adalah 9 −10 m 2 dengan daya tampung sekitar 1 −2 ekorm 2 . Kandang sebagai habitat buatan untuk hidup dan perkembangan trenggiling harus juga menyediakan berbagai komponen atau fasilitas pendukung untuk menunjang aktivitasnya. Oleh karena itu di dalam kandang trenggiling harus juga disediakan fasilitas penunjang sesuai karakteristik hidup dan pola aktivitas trenggiling. Hasil pengamatan di penangkaran UD Multi Jaya Abadi diketahui bahwa di dalam kandang terdapat beberapa fasilitas pengayaan yang berfungsi sebagai penunjang kegiatan pemeliharaan trenggiling. Peralatan dan perlengkapan enrichment yang ada di dalam kandang terdiri dari tempat minum terdapat di semua kandang, tempat membuang kotoran, dan 1 −2 buah pohon artificial hanya terdapat di empat unit kandang. Selain itu, sebagai satwa yang mempunyai kebiasaan bersembunyi di lubang-lubang, maka di dalam kandang penangkaran juga disediakan sarana pendukung untuk memenuhi kebiasaan tersebut yakni berupa sebuah baskom besar yang berfungsi sebagai tempat berlindung cover Gambar 11. Gambar 11 Baskom besar untuk cover trenggiling di penangkaran UD Multi Jaya Abadi Medan Foto: Bismark 2009. Secara khusus baskom atau ember besar tersebut diletakkan di dalam kandang anakan atau kandang trenggiling yang masih berada dalam tahap adaptasi. Selama masa adaptasi, baskom tersebut digunakan trenggiling sebagai pelindung atau tempat bersembunyi dari gangguan lingkungan dalam penangkaran. Selain itu, baskom sebagai tempat berlindung juga berfungsi membantu menormalkan kondisi tubuh trenggiling pada saat udara di dalam kandang panas dan kering. Trenggiling juga diketahui secara rutin membuang kotoran feses dan urin. Dalam pengamatan diketahui bahwa kadangkala trenggiling melakukan defekasi dan urinasi di dalam baskom bahkan seringkali terjadi di dalam tempat makan dan minum sehingga kotorannya bercampur dengan makanan dan air minum. Kondisi ini dapat menjadi sumber penyakit dan berakibat jelek bagi kesehatan bahkan dapat menyebabkan kematian trenggiling. Oleh karena itu, di dalam kandang seharusnya juga disediakan tempat khusus untuk pembuangan kotoran feses dan urin. Selain penyediaan tempat khusus, untuk menghindari kemungkinan pencampuran tersebut maka perlu diatur peletakan tempat pembuangan kotoran dan tempat minum yang hendaknya berjauhan yakni di sudut-sudut kandang yang berbeda, sebagaimana yang dilakukan pada trenggiling Cina. Heath dan Vanderlip 2005 melaporkan bahwa didalam pemeliharaan trenggiling Cina disediakan 1 −2 kotak sebagai tempat pembuangan kotoran yang diletakkan di sudut-sudut kandang yang berbeda dengan tempat minumnya. Pemisahan fungsi dan letak tempat minum ataupun tempat pembuangan kotoran dimaksudkan agar kebersihan dan kenyamanan trenggiling dapat terjaga, sekaligus upaya mencegah kemungkinan percampuran air minum dan makan dengan kotoran yang pada gilirannya dapat menjadi sumber berkembangnya bibit- bibit penyakit. Selain penyediaan fasilitas pendukung untuk kebutuhan cover, tempat makan dan minum, maupun tempat membuang kotoran, di dalam kandang trenggiling juga perlu disediakan ranting pohon buatan artificial branch untuk menunjang aktivitas trenggiling sebagai satwa pemanjat seperti di habitat alaminya. Pohon artificial di dalam kandang penangkaran tersebut merupakan enrichment yang sangat bermanfaat bagi trenggiling. Selain untuk kebutuhan memanjat, pohon artificial tersebut di penangkaran UD Multi Jaya Abadi juga digunakan sebagai tempat istirahat rest area sebagaimana di habitat alaminya. Farida 2010 menyatakan bahwa trenggiling sering memanfaatkan pohon mati atau kayu lapuk sebagai tempat tinggal dan tempat mencari makan. Secara teknis penyediaan pohon artifisial relatif mudah, sehingga dalam praktek pengelolaan penangkaran trenggiling hal ini dapat dengan mudah dan murah dilakukan. Hal yang senada juga dinyatakan Kelly 1993 bahwa penggunaan ranting atau cabang pohon artificial branch di dalam kandang merupakan salah satu bentuk metode pengayaan yang mudah dan murah namun memberikan suasana lingkungan yang lebih hidup di dalam kandang penangkaran. Berdasarkan uraian di atas, dengan mempertimbangkan kebiasaan habit trenggiling dan penerapan prinsip kesejahteraan satwa animal welfare, maka dapat dinyatakan bahwa didalam pembangunan kandang untuk penangkaran trenggiling ada beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan, yakni: a minimum luas lantai kandang untuk setiap unit kandang adalah 9 −10 m 2 dengan perhitungan daya tampung 1 −2 ekorm 2 ; b konstruksi kandang dapat dibuat dari tipe sederhana semi permanen sampai permanen tergantung kondisi keuangan perusahaan; c jenis kandang yang dibangun dapat dibedakan menurut fungsi dan tujuan penggunaannya kandang adaptasi, reproduksi, pemeliharaan dan pembesaran; dan d di dalam kandang harus disediakan fasilitas penunjang seperti tempat berlindung baskom, tempat memanjat, tempat makanminum dan tempat pembuangan kotoran.

5.1.2.2 Perawatan Kandang