Perawatan Kesehatan dan Pengendalian Penyakit

waktu pemberian pakan penting diperhatikan agar pakan yang diberikan efisien dan efektif serta tidak memberikan efek negatif terhadap kesehatan dan perkembangan trenggiling di penangkaran.

5.1.4 Perawatan Kesehatan dan Pengendalian Penyakit

Berdasarkan hasil wawancara dengan animal keeper dan tenaga medis yang menangani trenggiling di UD Multi Jaya Abadi, penyakit yang biasa ditemukan menyerang trenggiling adalah caplak, diare, pilek, dan luka. Tidak ada batasan umur tertentu pada trenggiling yang mengalami penyakit tersebut. Data dan informasi mengenai jenis-jenis penyakit, gejala, dan pengobatan pada trenggiling disajikan pada Tabel 8. Caplak merupakan salah satu ektoparasit yang memiliki peran yang cukup besar sebagai agen penyebab kelainan kulit dan penyebaran penyakit baik pada hewan maupun manusia. Menurut Jongejan dan Uilenberg 2004 seluruh jenis caplak merupakan ektoparasit yang bersifat haematophagus atau penghisap darah dan dapat menjadi patogen zoonosis pada hewan dan manusia. Caplak dapat tersebar di berbagai habitat dan kondisi ekologi yang berbeda. Di penangkaran UD Multi Jaya Abadi, caplak menyerang hampir pada seluruh trenggiling yang ditangkarkan. Caplak ini ditemukan di sela-sela sisik dan bagian tubuh trenggiling yang berbulu, biasanya pada trenggiling yang diperoleh langsung dari alam. Caplak atau penyakit kutu tersebut lazim ditemukan pada trenggiling karena berdasarkan penelitian Yang et al. 2010 terhadap Manis javanica di China juga diketahui ditemukan caplak. Penyakit kutu caplak tersebut ditemukan di bawah sisik trenggiling dengan jenis Amblyomma javanense Supino. Kollars dan Sithiprasasna 2000 juga menyatakan bahwa kutu Amblyomma javanense Supino ini merupakan parasit yang umum ditemukan pada trenggiling dan babi hutan Sus scrofa. Tabel 8 Jenis penyakit, gejala, dan pengobatannya pada trenggiling Manis javanica di penangkaran UD Multi Jaya Abadi No. Jenis Penyakit Gejala tanda-tanda Pencegahan Pengobatan 1. Caplak Seluruh tubuh terutama perut dipenuhi dengan caplak. Menjaga kebersihan kandang dan tubuh trenggiling. Dibersihkan langsung. Tabel 8 lanjutan No. Jenis Penyakit Gejala tanda-tanda Pencegahan Pengobatan 2. Luka Biasa ditemukan pada pangkal paha, telapak kaki atau perut yang berwarna merah, terkadang memar dan bernanah, suhu tubuh meningkat. Mengontrol kondisi kawat pada dinding kandang dan tempat memanjat trenggiling Pemberian obat luka dan vaksinasi pencegah infeksi luka. 3. Diare Nafsu makan berkurang, lemas, suhu tubuh meningkat. Menjaga kebersihan kandang, pakan, dan menjaga kestabilan suhu tubuh trenggiling. Pemberian obat diare. 4. Pilek Pengeluaran liur berlebihan. Menjaga kestabilan suhu tubuh dan suhu lingkungan kandang. Dibiarkan saja dengan tetap menjaga suhu tubuh trenggiling. Caplak termasuk parasit yang berbahaya karena dapat melekat kuat pada inangnya dengan bantuan klisera dan hipostom sehingga caplak sulit dihilangkan Woolley 1988 dan Valenzuela 2004 dalam Sumantri 2007. Caplak pada trenggiling dianggap berbahaya karena menjadi parasit yang memamah kulit, menghisap darah hingga getah bening pada tubuh trenggiling, terutama di bagian perut. Apabila terinfeksi caplak maka tubuh trenggiling yang bercaplak sulit disembuhkan dalam waktu yang singkat karena biasanya trenggiling yang terinfeksi caplak menjadi lemas dan memiliki nafsu makan yang jauh lebih buruk Yang et al. 2010. Diduga kuat bahwa di penangkaran, caplak dapat menurunkan atau menularkan infeksi pada generasi berikutnya Bowman et al. 2003 dalam Sumantri 2007 terutama apabila kondisi habitat atau tempat penangkaran yang kotor atau tidak terawat dengan baik. Di penangkaran yang dilakukan di China, parasit caplak jenis ini menginfeksi sekitar 68,63 dari total trenggiling yang ada di penangkaran kecuali trenggiling remaja. Berdasarkan uraian di atas, khususnya terkait dengan serangan penyakit caplak, maka untuk mencegah penyebaran dan perkembangan caplak pada tubuh trenggiling dapat dilakukan dengan cara menjaga kebersihan sanitasi kandang dan pola pemberian pakan yang teratur dan berkualitas. Hasil pengamatan lapang menunjukkan bahwa dengan menjaga kebersihan kandang secara ketat, pengaturan pola pemberian pakan yang baik dan memenuhi syarat kesehatan dan kesejahteraan satwa terbukti dapat mencegah berkembangnya serangan caplak pada trenggiling di penangkaran. Hal ini dibuktikan dengan diketahui bahwa di tubuh tiga ekor trenggiling anakan hasil penangkaran F1 di UD Multi Jaya Abadi tidak ditemukan caplak. Hasil penelitian Sumantri 2007 juga menunjukkan bahwa caplak biasanya terbanyak ditemukan atau tersebar pada areal di luar kandang atau dengan kata lain caplak hanya dapat tumbuh dan berkembang dengan baik di habitat atau lingkungan yang kotor dan tidak terawat dengan baik. Diare merupakan indikator tingkatan kesehatan satwa di penangkaran karena tanda-tanda diare paling mudah diketahui yakni meningkatnya frekuensi pengeluaran feses disamping berkurangnya nafsu makan. Diare dapat menggambarkan suatu situasi, penyakit, dan kondisi pada satwa Anonim 2010. Diare juga berhubungan langsung dengan pakan yang diberikan karena trenggiling yang terkena diare di penangkaran umumnya sebagai akibat dari pakan yang diberikan tidak cocok. Misalnya pada saat diberikan, dedak terlalu kasar atau terlalu halus, kondisi kroto terlalu beku atau terlalu cair. Pemberian kroto seperti ini biasanya dilakukan karena terbatasnya ketersediaan atau suplai kroto di penangkaran. Bahkan kroto yang dipasok juga seringkali tercampur dengan semut lain yang tidak disukai trenggiling dan dengan bahan lain seperti serbuk kayu atau tanah halus yang apabila termakan oleh trenggiling dapat menyebabkan terjadinya gangguan pencernaan sehingga dapat berakibat pada munculnya diare. Diare dapat menyebabkan kehilangan 10-12 bobot badan dan air serta elektrolit seperti sodium, bikarbonat, klorin dan potassium. Kejadian diare dapat mengakibatkan satwa menjadi lemas, bahkan yang terparah dapat mengakibatkan kematian Amaral-Phillips et al. 2010. Hasil wawancara dengan animal keeper diketahui bahwa apabila kondisi suhu udara cukup tinggi maka proses kehilangan air tubuh pada trenggiling yang terkena diare dapat membahayakan kondisinya bahkan seringkali dapat menyebabkan kematian. Umumnya jika terkena diare, nafsu makan trenggiling berkurang, cenderung malas dan lebih banyak tidur atau tidak banyak melakukan aktivitas. Selain caplak dan diare, trenggiling di penangkaran juga rentan terserang pilek. Pilek pada trenggiling ditandai dengan pengeluaran liur yang berlebihan. Dengan kondisi cuaca di Medan dan suhu lingkungan kandang penangkaran yang tergolong tinggi maka suhu tubuh trenggiling pun dapat meningkat. Heruwatno 1982 menyimpulkan bahwa tingginya suhu udara di dalam kandang berbanding lurus dengan jumlah air yang dibutuhkan atau dikonsumsi oleh satwa. Di penangkaran UD Multi Jaya Abadi, peningkatan suhu yang diiringi dengan banyaknya air yang dikonsumsi dan air yang membasahi tubuh trenggiling ketika suhu terik dapat menjadikan trenggiling mengeluarkan banyak liur. Liur yang banyak tersebut apabila berlebihan dapat mengindikasikan terjadinya pilek. Luka merupakan salah satu media perantara yang mudah menyebarkan penyakit, bukan hanya pada manusia melainkan juga dapat terjadi pada satwa. Luka dapat terinfeksi oleh bakteri, virus ataupun jamur sehingga dapat mengganggu kesehatan satwa. Di penangkaran UD Multi Jaya Abadi, hampir semua trenggiling terkena luka di sekitar tubuhnya baik di kulit maupun di sela- sela sisik. Luka ini terjadi akibat jeratan pada saat penangkapannya oleh masyarakat dengan menggunakan jerat berpaku. Setelah berada dalam pemeliharaan di penangkaran, luka juga biasa ditemukan di bagian pangkal ekor di sela-sela sisik Gambar 14. Luka ini disebabkan oleh aktivitas memanjat trenggiling di dinding kandang yang terbuat dari kawat. Hasil pengamatan di penangkaran diketahui bahwa kawat kandang tersebut sudah mulai berkarat dan sebenarnya tidak layak dipakai sebagai dinding kandang. Akibatnya, kaki atau pangkal paha dan pangkal ekor trenggiling banyak ditemukan luka, diduga tersangkut kawat dinding kandang pada saat trenggiling beraktivitas memanjat. Proses penyembuhan luka dipengaruhi oleh kondisi suhu lingkungan karena luka dapat sulit disembuhkan jika suhu lingkungan meningkat. Berdasarkan pengamatan di dalam kandang, apabila cuaca panas, trenggiling cenderung membasahi dirinya dengan air di dalam tempat minumnya sehingga luka menjadi basah dan dapat terjadi infeksi bernanah dan bau. Apabila terjadi infeksi biasanya nafsu makan trenggiling menjadi berkurang dan kondisi ini dapat mengakibatkan kematian. Buktinya pada tanggal 14 Agustus 2010 ditemukan seekor trenggiling yang mati akibat infeksi luka di bagian pangkal ekornya Gambar 14. Kematian trenggiling akibat infeksi luka tersebut telah terjadi pada lebih dari dua ekor trenggiling di penangkaran UD Multi Jaya Abadi Sunggal. Individu yang mati sebagian besar adalah individu betina. Kematian trenggiling tersebut merupakan suatu kerugian besar karena jumlah induk yang terdapat di penangkaran berkurang. Gambar 14 Manis javanica yang mati akibat infeksi luka bangkai dibekukan Foto: Novriyanti 2010. Kesehatan dan penyakit berhubungan dengan dua faktor utama. Faktor Pertama, adalah kebersihan kandang. Kandang yang dibersihkan secara rutin dengan baik dan benar dapat meningkatkan kesehatan dan menghindarkan kesempatan masuknya bibit penyakit. Faktor Kedua, adalah kondisi fisiologis satwa yang secara langsung mempengaruhi fisiologis satwa seperti metabolisme, pakan yang diberikan, dan reproduksi satwa. Terkait dengan kedua hal tersebut, maka prinsip penting yang harus dilakukan adalah tindakan pencegahan penyakit preventif secara teratur dan konsisten sejak dini. Menurut Mcardle 1972 dalam Trisaputra 2009, ditegaskan bahwa pendekatan untuk pencegahan penyakit dapat dilakukan melalui penanganan aspek pengandangan dan pemberian makanan yang baik, karena pada prinsipnya ada beberapa hal yang diketahui dapat menyebabkan timbulnya penyakit pada satwa, yakni: a pemberian makanan yang tidak tepat dan tidak disukai, b keadaan kandang yang buruk, c isi kandang yang padat, d sirkulasi udara buruk, dan e secara umum pengontrolan terhadap pemberian makan, minum dan hama penganggu kurang diperhatikan atau dilakukan secara rutin. Ada beberapa tindakan manajemen perawatan kesehatan dan pencegahan penyakit yang dilakukan di penangkaran UD Multi Jaya Abadi, yakni: a Pemeriksaan kondisi tubuh trenggiling secara rutin. Pemeriksaan kondisi tubuh trenggiling dilakukan dengan memeriksa suhu tubuh trenggiling, melihat tanda-tanda atau gejala kelainan pada fisik trenggiling seperti perubahan warna pada moncong, pengeluaran liur yang berlebihan dan pemeriksaan suhu tubuh trenggiling. Pemeriksaan kondisi tubuh trenggiling dapat dilakukan pada saat pemberian pakan maupun pada saat membersihkan kandang dan tubuh trenggiling. Jika terdapat luka atau gejala-gejala penyakit lain, pengelola langsung melaporkan kejadian tersebut kepada dokter hewan yang ditugaskan agar segera diperiksa dan diberikan tindakan pengobatan yang tepat. b Pengelolaan sanitasi kandang, fasilitas penunjang dan lingkungan sekitar kandang . Kandang dan fasilitas penunjang di dalam kandang tempat makan dan minum, dan lain-lain serta lingkungan sekitar kandang harus dibersihkan secara rutin dan teratur sebagai tindakan pencegahan berkembangnya penyakit seperti diuraikan pada bagian pengelolaan perkandangan tersebut di atas. Pembersihan dilakukan minimal 4 empat kali seminggu dan pada kondisi tertentu dapat dilakukan setiap hari terutama penggantian air minum. Kawat pada dinding kandang yang biasa digunakan sebagai tempat memanjat trenggiling juga harus dibersihkan agar trenggiling dapat terhindar dari luka dan infeksi luka pada saat memanjat. c Penyediaan pakan yang tepat dan sesuai baik jumlah dan mutu serta habit trenggiling . Pencegahan penyakit juga dilakukan sejak dini melalui pemberian pakan yang memenuhi syarat kesehatan dan kebutuhan serta habit satwa seperti diuraikan di atas. Sebagai sumber energi bagi hidup dan perkembangan kesehatan dan produktivitas satwa, maka dalam penangkaran trenggiling tindakan penyediaan dan pemberian pakan secara baik, tepat waktu dan tepat sasaran sesuai pola aktivitas dan kondisi fisiologis trenggiling dengan sendirinya akan berdampak positif sekaligus mencegah terjangkitnya penyakit.

5.1.5 Manajemen Reproduksi