sifat-sifat tidak diberikan dalam bentuk jadi, tetapi ditemukan sendiri oleh siswa melalui contoh-contoh secara induktif di SD yang kemudian
dibuktikan secara deduktif pada jenjang selanjutnya.
Matematika adalah suatu ilmu pengetahuan dengan objek abstrak, sedangkan siswa pada jenjang sekolah dasar masih berada pada tahap
berfikir konkrit. Oleh karena itu pembelajaran matematika di SD harus disesuaikan dengan karakteristik siswa SD dengan menciptakan kegaiatan
pembelajaran matematika yang dekat dengan kehidupan siswa dan memanfaatkan benda-benda konkrit dalam membantu siswa membentuk
konsep matematika.
3. Model Pendidikan Matematika Realistik Indonesia PMRI
a. Pengertian Model Pendidikan Matematika Realistik Indonesia
PMRI
Istilah matematika realistik semula muncul dalam pendidikan matematika di negeri Belanda yang dikenal dengan nama Realistic
Mathematics Education RME. Model pendidikan ini merupakan reaksi terhadap pendidikan matematika modern new math di Amerika dan
pendidikan matematika di Belanda sebelumnya yang dipandang sebagai “mechanistic mathematics education”.
Model pendidikan ini berangkat dari pendapat Fruedenthal bahwa matematika merupakan aktivitas insani dan harus dikaitkan dengan
realitas. Freudenthal berpendapat bahwa siswa tidak dapat dipandang sebagai penerima pasif matematika yang sudah jadi. Pendidikan
matematika harus diarahkan pada penggunaan berbagai situasi dan kesempatan yang memungkinkan siswa menemukan kembali reinvention
matematika berdasarkan usaha mereka sendiri.
17
17
Supinah, dkk. Pembelajaran Matematika SD dengan Pendekatan Kontekstual dalam Melaksanakan KTSP, Yogyakarta: P4TKM, 2008, h. 14.
Treffers membedakan dua macam matematisasi, yaitu vertikal dan horizontal. Digambarkan oleh Gravemeijer 1994 sebagai proses
penemuan kembali reinvention process, seperti ditunjukkan gambar berikut.
18
Gambar 2.1 Proses Matematisasi Horizontal dan Vertikal
Pada matematisasi horizontal, proses pembelajaran dimulai dari soal- soal kontekstual, siswa mencoba menguraikan dengan bahasa dan simbol
yang dibuat sendiri, kemudian menyelesaikan soal tersebut. Dalam proses ini, setiap orang dapat menggunakan cara mereka sendiri yang mungkin
berbeda dengan orang lain.bagian ini disebut juga dengan matematika informal. Sedangkan dalam matematisasi vertikal, juga dimulai dari soal-
soal kontekstual, tetapi dalam jangka panjang diharapkan siswa dapat menyusun prosedur tertentu yang dapat digunakan untuk menyelesaikan
soal-soal sejenis secara langsung, tanpa bantuan konteks. Bagian ini disebut dengan matematika formal.
18
Ibid., hal. 15
Pada dasarnya, Realistic Mathematics Education RME atau di Indonesia dikenal dengan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia
PMRI adalah suatu teori yang telah dikembangkan khusus untuk perkembangan pendidikan matematika. Konsep matematika realistik ini
sejalan dengan kebutuhan untuk memperbaiki pendidikan matematika di Indonesia yang didominasi oleh persoalan bagaimana meningkatkan
pemahaman siswa tentang matematika dan mengembangkan daya nalar. Pendidikan Matematika Realistik Indonesia PMRI merupakan model
pendidikan matematika yang memanfaatkan pengetahuan awal siswa sebagai jembatan untuk memahami konsep-konsep matematika. siswa
tidak belajar konsep matematika secara langsung dari guru, tetapi siswa membangun sendiri pemahaman konsep matematika melalui sesuatu yang
diketuinya. PMRI memberi kesempatan siswa mengkonstruksi sendiri konsep-konsep matematika melalui sesuatu yang diketahuinya. Dari
sesuatu yang diketahui, siswa melakukan, berbuat, mengerjakan, menginterpretasikan, dan semacamnya, yang akhirnya siswa memahami
konsep matematika.
19
PMRI menggunakan permasalahan realistik yang ada disekitar siswa sebagai fondasi dalam membangun konsep matematika atau disebut juga
sebagai sumber untuk belajar, sedangkan pada pendidikan matematika mekanistik permasalahan realistik ditempatkan sebagai bentuk aplikasi
suatu konsep matematika sehingga sering juga disebut sebagai kesimpulan atau penutup dari proses pembelajaran. Jadi, PMRI diawali dari fenomena
atau permasalahan yang ada disekitar siswa, kemudian siswa dengan bantuan
guru diberikan
kesempatan untuk
menemukan dan
megkonstruksikan konsep sendiri.
19
Husen Windayana, Pembelajaran Matematika Realistik dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Logis, Kreatif, dan Kritis, Serta Komunikasi Matematik Siswa Sekolah Dasar , Jurnal
Pendidikan Dasar, No. 8, 2007, h. 2.
b. Karakteristik Pendidikan Matematika Realistik Indonesia PMRI