Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan teknologi modern dan era globalisasi seperti sekarang ini tentu tidak lepas dari perkembangan matematika di berbagai bidang. Pentingnya peran matematika dalam berbagai disiplin ilmu tentu menyebabkan matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Melalui pembelajaran matematika, siswa diharapkan memiliki kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif, serta kemampuan untuk bekerjasama BSNP, 2006. Dalam perkembangannya, meskipun siswa belajar matematika pada setiap jenjang pendidikan, bukan berarti bahwa siswa dapat menguasai matematika dengan baik. Berdasarkan data dari BSNP 2012 menunjukkan bahwa kemampuan siswa SMP Negeri 1 Juwana dalam menyelesaikan masalah materi bangun ruang masih tergolong belum optimal. Daya serap dalam menyelesaikan masalah materi pokok bangun ruang SMP Negeri 1 Juwana di tingkat provinsi masih lebih rendah dari tingkat Nasional. Hal tersebut dapat dilihat pada Laporan Pengolahan Ujian Nasional Tahun Pelajaran 20112012 dalam menyelesaikan luas permukaan bangun ruang SMP Negeri 1 Juwana di tingkat provinsi sebesar 47,45 sedangkan di tingkat nasional sebesar 63,93. Selain itu dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan volum bangun ruang di tingkat provinsi sebesar 56,78 sedangkan di tingkat nasional sebesar 70,53. Materi bangun ruang sisi datar sebagai salah satu materi yang terdapat dalam Ujian Nasional. Oleh karena itu perlu diadakan suatu upaya dalam materi tersebut sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa SMP Negeri 1 Juwana. Kenyataan tersebut menunjukkan adanya kesulitan yang dialami siswa dalam mempelajari matematika di setiap jenjang pendidikan yang dilalui sehingga mengakibatkan hasil belajar mereka belum optimal. Hasil belajar mempunyai peran penting dalam pendidikan, bahkan menentukan kualitas belajar yang dicapai siswa pada bidang studi yang dipelajari. Beberapa faktor penyebab belum optimalnya hasil belajar mata pelajaran matematika antara lain rendahnya minat dan kualitas belajar siswa terhadap mata pelajaran matematika. Hal ini akan menyebabkan kurang optimalnya pemahaman terhadap konsep dan materi pelajaran, akibatnya matematika dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit. Selain itu guru sudah melakukan sedikit variasi dalam melaksanakan proses pembelajaran agar pembelajaran tidak terkesan monoton namun ada siswa yang mengalami kesulitan. Guru juga sudah mencoba untuk mengoptimalkan kreativitasnya untuk membuat dan menggunakan sarana, media, atau alat peraga dalam kegiatan pembelajaran namun tetap saja ada siswa yang masih mengalami kesulitan dalam belajar. Berdasarkan wawancara dengan seorang guru matematika di SMP Negeri 1 Juwana, dikatakan bahwa kegitan pembelajaran matematika di sekolah menggunakan Kurikulum 2013. Pendekatan saintifik merupakan pendekatan yang digunakan oleh guru kelas VIII di SMP Negeri 1 Juwana. Dalam pelaksanaan pembelajarannya guru sudah menggunakan media dan alat peraga seperti papan tulis dan power point untuk membantu proses pembelajaran, tetapi ada siswa yang masih mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal-soal yang diberikan. Kurang optimalnya kemampuan siswa dalam menyelesaikan permasalahan dan penyerapan materi ajar disebabkan oleh kurang optimalnya kemampuan pemahaman konsep, penalaran dan pemecahan masalah siswa. Hal ini ditunjukkan dengan persentase ketuntasan hasil belajar siswa di SMP Negeri 1 Juwana yaitu 56. Persentase ini diperoleh berdasarkan nilai ulangan akhir semester gasal tahun pelajaran 20142015. Upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa dapat digunakan model PBL dengan pendekatan saintifik berbantuan alat peraga pop up book. Upaya ini selaras dengan pendapat Rusmono, et al., 2009 menyimpulkan bahwa secara keseluruhan hasil belajar matematika siswa yang mengikuti strategi pembelajaran dengan PBL lebih tinggi daripada hasil belajar matematika siswa yang mengikuti strategi pembelajaran ekspositori. Pembelajaran berbasis masalah PBL merupakan suatu pembelajaran di mana siswa dapat memecahkan masalah dengan sendirinya sesuai dengan kecakapan yang siswa miliki untuk berfikir kritis menghadapi masalah serta siswa menerima ataupun menemukan penyelesaian permasalahan pada pelajaran matematika. Dengan demikian, faktor yang mungkin dapat mempengaruhi hasil belajar adalah model pembelajaran. Selain itu, menurut Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 untuk mendorong kemampuan siswa untuk menghasilkan karya kontekstual, baik individual maupun kelompok sesuai dapat dilakukan dengan prinsip-prinsip pembelajaran. Oleh karena itu, pembelajaran konstekstual serta alat peraga yang dipilih juga dapat dijadikan faktor yang mungkin dapat mempengaruhi peningkatan hasil belajar siswa. Berdasarkan Permendikbud No 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah, PBL merupakan salah satu model pembelajaran yang dianjurkan dalam Kurikulum 2013 selain Discovery Learning DL dan Project Based Learning PJBL. Dalam PBL, pembelajaran tidak saja harus memahami konsep yang relevan dengan masalah yang menjadi pusat perhatian tetapi juga memperoleh pengalaman belajar yang berhubungan dengan keterampilan menerapkan metode ilmiah dalam pemecahan masalah dan menumbuhkan pola berpikir kritis. Penerapan PBL bagi siswa dapat membangun pengetahuan baru dan melatih rasa tanggung jawab dalam memecahkan masalah. Selain itu, siswa juga dapat terlibat aktif dan berperan dalam pengalaman belajar. Penerapan model pembelajaran PBL dapat menjadikan pembelajaran matematika lebih bermakna dan siswa dapat mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan. Hal tersebut tentu dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan memecahkan masalah yang terdampak pula dengan hasil belajar siswa. Salah satu materi pembelajaran matematika yang mengacu pada model pembelajaran berbasis masalah yaitu materi bangun ruang atau geometri. Banyak sekali permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan objek geometri. Materi kubus dan prisma merupakan salah satu materi geometri. Materi ini merupakan materi yang memiliki tingkat keabstrakan yang tinggi. Namun, seringkali siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan atau bahkan memahami soal-soal yang berkaitan dengan kubus dan prisma. Dalam proses pembelajaran matematika khususnya pada materi kubus dan prisma di SMP Negeri 1 Juwana, guru sudah menggunakan alat peraga maupun media pembelajaran seperti menggunakan buku siswa, papan tulis dan power point untuk menjelaskan bangun-bangun ruang selama proses pembelajaran. Namun, ada siswa yang masih merasa bingung dan kesulitan dalam memahami materi bangun ruang khususnya kubus dan prisma. Penggunaan media pembelajaran merupakan solusi bagi guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Salah satu media yang dapat digunakan yaitu Pop up book. Pop up book berarti buku yang jika dibuka dengan sudut tertentu akan memunculkan sebuah bentuk tampilan gambar yang memuat unsur tiga dimensi. Pembelajaran dengan menggunakan pop up book menjadikan pembelajaran lebih bermakna karena dapat membuat kesan tersendiri pada siswa sehingga memacu daya ingat mereka terhadap materi yang disampaikan. Hal tersebut tentu saja sangat efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Upaya ini juga selaras dengan penelitian Kusumawardani 2014 yang menyimpulkan bahwa kemampuan keruangan siswa pada pembelajaran yang menerapkan PBL berbantuan pop up book lebih baik daripada kemampuan keruangan siswa yang diajar dengan pembelajaran ekspositori. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut peneliti terdorong untuk mengadakan penelitian tentang Keefektifan Model PBL dengan Pendekatan Saintifik Berbantuan Alat Peraga Pop Up Book terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VIII.

1.2 Rumusan Masalah