Kriteria Ketuntasan Model PBL dengan Pendekatan Saintifik

rata-rata hasil belajar siswa kelas VIII yang menerima penerapan model PBL dengan pendekatan saintifik dan pembelajaran matematika menggunakan pendekatan saintifik.

2.1.8 Kriteria Ketuntasan

Menurut Permendikbud No. 66 tentang Standar Penilaian 2013b: 3, kriteria ketuntasan minimal KKM merupakan kriteria ketuntasan belajar minimal yang ditentukan oleh satuan pendidikan dengan mempertimbangkan karakteristik kompetensi dasar yang akan dicapai, daya dukung dan karakteristik siswa. Ketuntasan belajar dalam Kurikulum 2013 untuk pengetahuan ditetapkan dengan skor rerata 2,67 untuk keterampilan ditetapkan dengan capaian optimum 2,67 Permendikbud: 2014. Kriteria ketuntasan minimal KKM di SMP Negeri 1 Juwana untuk rerata pengetahuan yaitu 2,67 atau jika dikonversi setara dengan skor 68. Berdasarkan wawancara dengan guru pada kenyataannya nilai KKM tersebut belum sepenuhnya dapat dicapai oleh siswa dan untuk mencapai nilai KKM tersebut guru harus memberikan remedial supaya nilai siswa dapat mencapai KKM. Pada penelitian ini ditetapkan bahwa ketuntasan minimal yang harus dicapai oleh siswa adalah 68 dan persentase siswa yang mencapai KKM tersebut minimal 80.

2.1.9 Model PBL dengan Pendekatan Saintifik

Penerapan model pembelajaran PBL dengan pendekatan saintifik dalam penelitian ini dapat diintegrasikan dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut: 1 Orientasi siswa terhadap masalah dapat dilakukan dengan memberikan siswa sebuah permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari siswa yang memiliki bentuk kubus dan prisma. 2 Mengamati dapat dilakukan siswa dengan cara mengamati permasalahan yang diberikan oleh guru. Mengamati dalam hal ini akan memberikan fakta kepada siswa bahwa permasalahan yang diberikan memiliki hubungan dengan materi kubus dan prisma yang akan disampaikan oleh guru. 3 Menanya dapat dilakukan siswa dengan cara mengajukan pertanyaan kepada guru terkait permasalahan kubus dan prisma yang diamati. Kegiatan menanya ini dapat mengembangkan ide dan kreativitas siswa yang dapat membentuk pikiran kritis siswa. 4 Mengorganisasikan siswa untuk belajar dapat dilakukan dengan cara guru mengelompokkan siswa ke dalam kelompok yang heterogen agar siswa lebih mudah belajar dalam menentukan konsep kubus dan prisma serta mampu menyelesaikan soal-soal mengenai kubus dan prisma. 5 Membimbing penyelidikan individual kelompok dapat dilakukan guru dengan cara membimbing siswa yang merasa kesulitan dalam memecahkan permasalahan kubus dan prisma. Guru juga mendorong siswa untuk melakukan kerjasama antar teman dalam kelompoknya untuk menyelesaikan permasalahan kubus dan prisma yang diberikan. 6 Mencoba dapat dilakukan dengan cara siswa menemukan sendiri pengetahuan baru dan konsep mengenai kubus dan prisma melalui kegiatan eksperimen, sehingga guru merancang proses pembelajaran berbentuk pembelajaran yang memiliki kegiatan menemukan dan percobaan. 7 Menalar dapat dilakukan siswa dengan cara memproses informasi yang sudah dikumpulkan dari hasil kegiatan eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati yang kemudian digunakan untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya. 8 Menyajikan hasil karya dapat dilakukan siswa dengan cara beberapa perwakilan kelompok siswa mempresentasikan hasil permasalahan yang telah mereka diskusikan dengan kelompoknya sedangkan siswa lainnya memperhatikan. 9 Mengomunikasikan dapat dilakukan siswa dengan cara aktif memberikan tanggapan maupun pertanyaan mengenai hasil diskusi yang dipresentasikan. Guru memfasilitasi siswa untuk saling melakukan tanya jawab terhadap hasil diskusi tersebut. 10 Mengevaluasi proses pembelajaran dapat dilakukan dengan cara guru dan siswa bersama-sama mengevaluasi jawaban dari kelompok yang maju serta masukan siswa lain untuk membuat sebuah kesepakatan. Guru juga memberikan konfirmasi terhadap hasil presentasi semua kelompok.

2.1.10 Kubus dan Prisma